بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Kasus Bunuh Diri Tertinggi Ada di Guyana
Go Green

Clock Link

Saturday, September 6, 2014

Kasus Bunuh Diri Tertinggi Ada di Guyana


liputan6.com - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah merilis data statistik tingkat kasus bunuh diri dunia pada Kamis 4 September 2014. Hasilnya, kasus tertinggi terjadi di Negara Guyana, disusul Korea Utara dan Selatan.

Guyana yang terletak di pesisir utara Amerika Selatan memiliki tingkat bunuh diri paling tinggi yaitu 44,2 dari setiap 100.000 orang. Demikian seperti diberitakan Daily Mail, Jumat (5/9/2014).

"Guyana ada di peringkat pertama, lalu Korea Utara dan Selatan berada di posisi kedua dan ketiga," kata WHO dalam pernyataannya.

Dalam laporan global pertama tentang pencegahan bunuh diri, badan kesehatan PBB mengatakan sekitar 75 persen dari kasus bunuh diri terjadi di negara-negara miskin dengan penghasilan ekonomi rakyat yang rendah. Namun kini tingkat bunuh diri yang tinggi juga terjadi di negara-negara yang lebih maju, yakni Korea Selatan dengan angka 28,9 dari 100 ribu orang.

Sedangkan Amerika Serikat bersama dengan Australia, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya berada dalam tingkat rata-rata 10 sampai 14,9 persen dari 100 ribu orang.

Data yang baru dirilis WHO juga menunjukkan, lebih dari 800 ribu orang setiap tahun tewas akibat bunuh diri. Artinya setiap 40 detik, 1 orang meninggal dengan cara tersebut. Ada yang sengaja meminum racun, menggantung diri hingga menembaki tubuh sendiri.

Data ini menjelaskan kasus bunuh diri terjadi di seluruh dunia dan dari berbagai kalangan usia.

Secara global, tingkat bunuh diri tertinggi terjadi pada orang yang berusia 70 tahun atau lebih, tetapi di beberapa negara lain, tingkat bunuh diri dilakukan oleh kaum muda. Pada kelompok usia 15-29 tahun, kasus bunuh diri menjadi penyebab kedua kematian dunia.

Fakta lain yang diungkapkan dalam data itu yakni pria lebih banyak melakukan bunuh diri daripada wanita. Di negara-negara kaya, pria tiga kali lipat lebih banyak yang melakukan bunuh diri dibanding wanita.

Pria berusia 50 tahun rentan melakukan hal itu.

Di negara miskin dan menengah, wanita memiliki tingkat bunuh diri lebih tinggi dibanding dengan wanita di negara-negara maju. Wanita berusia lebih dari 70 tahun lebih rentan bunuh diri, daripada wanita berusia kisaran 15 sampai 29 tahun.

"Laporan ini diterbitkan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang luas, yang diselimuti tabu terlalu lama," jelas Direktur Jenderal WHO Margaret Chan.

Stigma negatif yang melekat pada orang yang menderita gangguan mental, menyebabkan seseorang mengalami putus asa dan mengambil jalan bunuh diri untuk mengakhiri kesusahannya.

WHO juga mengkritik pemberitaan berlebihan di media terkait dengan kematian aktor Hollywood Robin Williams yang diduga bunuh diri.

Badan Kesehatan Dunia itu juga menyerukan sejumlah negara untuk memberikan dukungan kepada warga yang sebelumnya pernah ingin melakukan upaya bunuh diri. Karena merekalah kelompok yang paling berisiko mengulangi aksinya.

Juru kampanye anti-bunuh diri di Inggris Jonny Benjamin mengatakan, "Saya pikir perlu ada kesadaran umum mengenai kasus bunuh diri. Mereka harus mengerti bagaimana cara mendekati orang-orang yang mungkin memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup. Terlalu sedikit dari kita yang tahu bagaimana harus bereaksi jika mereka mengalami hal-hal seperti itu."

"Saya pikir kita harus membuat kesadaran publik. Pendidikan tambahan di sekolah perlu diberikan, karena banyak anak muda sekarang lebih berisiko mengakhiri hidupnya sendiri," kata Benjamin seperti dikutip BBC.

Data WHO ini diterbitkan menjelang hari pencegahan bunuh diri sedunia, yang jatuh pada Rabu 10 September mendatang. (Imelia Pebreyanti/Sss)

No comments:

Post a Comment