بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 05/02/17
Go Green

Clock Link

Tuesday, May 2, 2017

Driver Ojek Online Bunuh Mantan Istri di Kampung Rambutan


Liputan6.com, Jakarta - Pembunuhan terjadi di parkiran motor Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Seorang driver ojek online, Didin (38), nekat menghabisi nyawa mantan istrinya, Ela Milatun Ani (21) dengan menggunakan golok.

Kapolsek Ciracas, Jakarta Timur Kompol Tuti Aini menyatakan, peristiwa itu terjadi pada Minggu 30 April 2017 sekitar pukul 20.00 WIB malam.

"Ini si pelakunya langsung menyerahkan diri ke Pospol Terminal Kampung Rambutan," tutur Tuti saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Senin (1/5/2017).

Tuti menyebut, pelaku bernama gelap mata lantaran sakit hati telah diselingkuhi Ela Milatun Ani. Meski telah dicerai, pelaku tetap menyimpan dendam dan berujung pada aksi sadis itu.

"Korban merupakan mantan istri kedua dari pelaku yang dinikahi 2013. Kemudian diceraikan 2016 karena korban selingkuh. Pelaku merasa sakit hati," jelas dia.

Demi menjalankan niatan itu, Didin mengajak Ela berkeliling terlebih dahulu. Dia menjemput mantan istrinya itu dari Cianjur ke Jakarta dan mengajaknya makan di pinggir jalan.

"Setelah di TKP itu korban diajak ngobrol. Saat korban lengah, rambutnya ditarik dan langsung digorok gitu. Korban sempat minta tolong tapi ya digorok lagi," ujar Kompol Tuti Aini.

Dari kejadian itu, polisi mengamankan barang bukti sebilah golok. Sementara korban dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polri Kramat Jati untuk divisum.

Tips Mempercepat Koneksi Internet di Android


Liputan6.com, Jakarta - Koneksi internet super cepat pada perangkat mobile adalah dambaan semua orang. Namun terkadang koneksi internet masih saja lelet, padahal sinyal jaringan ponsel penuh.

Dalam hal ini, mengakses internet cepat tak selalu bergantung pada jaringan yang stabil atau kuota internet yang cukup. Ada hal lain yang ternyata luput dari perhatian kita. Apa saja?
Anda dapat mencoba empat tips ini untuk mempercepat koneksi internet di perangkat Android Anda. Simak ulasan tim Tekno Liputan6.com selengkapnya berikut ini:

1. Jaringan "3G Only" atau "4G Only"
Biasanya, perangkat Android memiliki opsi pada pengaturan jaringan (cellular network), yakni 3G Only, 4G Only, atau WCDMA. Upayakan Anda tidak memilih opsi jaringan WCDMA karena sinyal akan masuk ke jaringan 2G atau EDGE. Cukup pilih opsi "3G Only" atau "4G Only". Kemudian, pilih pencarian jaringan operator secara otomatis bukan manual. Hal ini akan membuat jaringan seluler Anda lebih stabil.

2. Tutup Aplikasi Tak Perlu
Saat sedang asyik menggunakan ponsel, tanpa sadar kita sering kali membiarkan banyak aplikasi terbuka dan berjalan. Padahal, itu bisa memperlambat Anda performa ponsel Anda. Apalagi saat Anda sedang mengunduh atau browsing di internet, sebaiknya tutup aplikasi yang sedang berjalan atau tidak perlu. Semakin banyak aplikasi terbuka, RAM akan semakin penuh.

4. Matikan Fitur Tethering
Thetering adalah semacam hotspot pada ponsel. Artinya Anda dapat menjadikan ponsel Anda sebagai "MiFi" dan membagikan koneksi internet ke teman-teman Anda. Namun, karena jaringan internet Anda terbagi, artinya Anda harus siap berbagi bandwith dengan perangkat lain. Ini akan membuat koneksi internet Anda menjadi lambat.

5. Menghapus Cache
Salah satu hal penting yang tak pernah terpikirkan adalah cache pada memori penyimpanan maupun "History" peramban Anda. Sesekali hapus cache di ponsel Anda agar performa ponsel dapat berjalan baik dan Anda dapat mengakses internet dengan lancar.

(Msu/Cas)

Ketika Mobil Rp 64 Miliar Jadi Bahan Selfie di IIMS 2017


Liputan6.com, Jakarta - Importir Umum Prestige Image Motorcars menggebrak Indonesia International Motor Show (IIMS) dengan produk tak biasa. Mereka memamerkan beberapa produk, salah satunya adalah hypercar Koenigsegg CCX.

Mobil ini dipamerkan berbeda dari mobil-mobil lainnya. Di sekeliling mobil ceper berkelir putih-hitam ini, dipasang pembatas yang menandakan ia tak boleh disentuh oleh siapapun, hanya bisa dilihat dan dijadikan objek foto.

Pantauan Liputan6.com, momen ini dimanfaatkan oleh banyak orang untuk melakukan selfie. Dari mulai anak muda, bapak-bapak, sampai ibu-ibu tak ketinggalan, meski sebetulnya mereka tidak tahu persis apa objek foto ini.

Koenigsegg CCX adalah mobil istimewa. Laman topcarrating.com menyebut mobil ini dibanderol dengan harga US$ 4,85 juta, atau setara dengan Rp 64,7 miliar. Harga setinggi itu menjadikan CCX sebagai mobil termahal di IIMS 2017.

Di sektor mesin, CCX dimenggendong mesin berkonfigurasi V8 DOHC 4.700 cc yang bertenaga 794 Tk pada 7.000 rpm dan torsi 920 Nm pada 5.700 Nm. Mesin ini bisa membuat mobil melaju sampai 100 km/jam hanya dalam waktu 3,2 detik saja.

Menariknya, meski performanya sangat tinggi, namun faktanya CCX adalah mobil pertama Koenigsegg, yang dibuat pada 2006 lalu.
Keistimesaan CCX semakin "terjaga" karena Prestige tidak bermaksud untuk menjualnya. Mereka semata memamerkan CCX hanya untuk meningkatkan citra merek. "Tidak untuk dijual, untuk pajangan saja," ujar salah seorang salesman.

Buruh Tuntut Penghapusan Sistem Pembayaran Nontunai Gerbang Tol

Seorang petugas parkir ISS Parking Management menunjukkan kartu e-toll Mandiri yang dapat digunakan untuk pembayaran biaya parkir dengan parkir ISS Parking di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buruh yang tergabung dalam Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia menuntut penghapusan sistem nontunai atau elektronik secara penuh untuk pembayaran di gerbang tol di seluruh Indonesia.

Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat mengatakan pihaknya bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang akan menerapkan sistem nontunai secara penuh di gerbang tol seluruh Indonesia melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) atau cashless society, yang dicanangkan oleh Bank Indonesia (BI) sejak 2014.

"Dengan GNNT artinya pembayaran tunai atau secara cash tidak lagi dilayani. Kebijakan ini berpotensi melahirkan puluhan ribu pengangguran baru, pada saat masih tingginya angka pengangguran di Indonesia," katanya di Jakarta, Senin (1/5).

Pemerintah dinilainya hanya peduli pada kepentingan bisnis semata, dan melalaikan kewajiban negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. "Pemerintah telah menjadi pihak yang justru melahirkan pengangguran baru. Bagaimana mungkin konsumen yang membayar dengan menggunakan uang rupiah yang sah berlaku di negeri ini, justru ditolak untuk dilayani? Cara ini merupakan konspirasi dunia perbankan bersama Pemerintah, untuk bisa menarik dana dari masyarakat, dan meraup keuntungan bisnis dari setiap transaksi non tunai," kata Mirah Sumirat.

Menurut dia, GNNT justru hanya didisain untuk kepentingan korporasi dan bahwa pemilik dan pengguna kartu elektronik pembayaran, tanpa sadar sesungguhnya telah 'diambil paksa' uangnya oleh pihak pengelola jalan tol dan oleh bank yang menerbitkan kartu elektronik pembayaran.

Mirah mencontohka, apabila masyarakat membeli kartu tersebut seharga Rp 50 ribu sesungguhnya hanya mendapatkan saldo sebesar Rp 30 ribu. "Ke mana selisih uang yang Rp20.000? Konsumsen dipaksa untuk merelakan kehilangan dananya, bahkan sebelum kartu e-toll digunakan untuk transaksi! Bayangkan, berapa triliun dana masyarakat yang akan diambil paksa dari sistem 100 persen GNNT ini?" Kata Mirah.

Ia menegaskan bahwa saat ini hal yang dibutuhkan rakyat adalah kemudahan akses untuk bisa mendapatkan pekerjaan, untuk bisa memperoleh penghasilan, untuk bisa meningkatkan daya beli terhadap kebutuhan pokok yang semakin melambung harganya.

Saat hari buruh, pihaknya menurunkan massa untuk beraksi salah satunya menuntut penghapusan GNNT di samping tuntutan yang lain.

Hanya 10 Menit untuk Lari, Warga Jepang Dihantui Rudal Korut


Liputan6.com, Tokyo - Ada satu hal yang kini sangat ditakutkan oleh warga Jepang yang tinggal berdekatan dengan pangkalan militer Amerika Serikat di Negeri Sakura.

Ketakutan itu adalah bahwa suatu hari nanti, pemukiman tempat mereka tinggal --yang berdekatan dengan pangkalan militer AS-- terkena dampak serangan misil mematikan Kim Jong-un.

Ketakutan itu semakin terasa di tengah tensi tinggi di Semenanjung Korea.

Para warga khawatir jika mendadak tangan sang pemimpin tertinggi Korea Utara itu terasa 'gatal' dan menarik pelatuk rudal jarak jauh yang menyasar fasilitas militer milik Negeri Paman Sam. Nahasnya, sejumlah rumah warga hanya berjarak beberapa meter dari pangkalan itu. 

"Hal itu mungkin saja terjadi. Dan, tak ada jalan bagi kami untuk melarikan diri. Kami tak punya bunker atau tempat berlindung untuk serangan semacam itu," kata Seijiro Kurosawa yang tinggal dan bekerja sebagai supir taksi di Fussa, terletak di barat Tokyo, lokasi tempat Yokota Air Base --milik AS-- berada.

"(Jika serangan terjadi) kami mungkin hanya bisa lari ke gedung pusat perbelanjaan," kata pria berusia 58 tahun itu seperti yang dikutip Associated Press, Senin (1/5/2017).


Seijiro Kurosawa, warga Fussa, daerah tempat Yokota Air Base berada (Mari Yamaguchi/AP)

Sepanjang minggu ketiga dan keempat April 2017, sejumlah berita dan program televisi di Jepang kerap didominasi oleh isu Korea Utara, kemungkinan serangan rudal yang mampu menghantam Negeri Sakura, dan mekanisme evakuasi jika serangan rudal terjadi.

Hangatnya isu itu merupakan hal yang wajar di Jepang, mengingat kedekatan geografis Negeri Matahari Terbit dengan Korea Utara.

Perkembangan situasi terbaru menunjukkan bahwa Kim Jong-un kembali melakukan tes rudal jarak jauh pada Sabtu, 30 April 2017. Pada hari yang sama, Pyongyang juga mengancam akan menenggelamkan sejumlah kapal perang AS yang berada dekat dengan wilayah perairan Jepang.

Negeri Paman Sam pun dilaporkan sedang melaksanakan latihan kemaritiman gabungan dengan Jepang dan Korea Selatan.

Namun, yang menjadi kekhawatiran besar adalah lokasi fasilitas militer AS yang berada di Jepang.

Jika sewaktu-waktu tensi kian meninggi dan Korea Utara memutuskan untuk melakukan penyerangan terlebih dahulu, salah satu basis militer AS di Jepang dapat jadi sasaran empuk rudal Pyongyang.

Dan, pada Maret 2017 lalu, Korea Utara dilaporkan melakukan simulasi peluncuran rudal jarak jauh yang jatuh beberapa ratus kilometer dari pesisir pantai Jepang.

Terkait hal itu, para warga Nippon takut akan dua hal. Pertama, rudal Korea Utara dilaporkan sanggup mencapai Jepang. Kedua, sejumlah basis militer AS di Negeri Sakura berlokasi tak jauh dari pemukiman warga.

Jumpei Takamiya, warga Fussa, daerah tempat Yokota Air Base berada (Koji Ueda/AP)


Meski dirundung kekhawatiran, hasil pengamatan dan wawancara jurnalis AP di Fussa, Jepang, melaporkan bahwa 58.000 warga yang tinggal di sana tetap melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti biasa.

"Jika dipikir-pikir, apakah Yokota akan menjadi target pertama yang akan diserang? Aku rasa tidak. Dan jujur, aku tak begitu khawatir," ujar Jumpei Takemiya, pemilik toko reparasi yang letaknya berseberangan dengan Yokota Air Base.

"Seperti yang Anda lihat, tidak ada peningkatan keamanan atau kegiatan yang tak biasa di sini," tambah pria 34 tahun itu.

Sejumlah warga juga merasa skeptis dengan kemungkinan misil menimpa wilayah permukimannya. 

"(Korea Utara) Hanya menggertak saja. Dan, melalui televisi, senjata mereka digunakan untuk menakut-nakuti orang lain," kata Hiroki Fujii yang memiliki rumah tak jauh dari Yokota.

Bahkan beberapa di antaranya justru lebih takut jika suatu saat pesawat patroli AS yang terbang di langit Fussa, Yokota, tiba-tiba jatuh di atap perumahan warga.

"Mereka (pesawat AS) terbang di atas. Aku lebih khawatir pesawat itu jatuh di rumahku ketimbang misil," kata salah satu warga.


Hanya 10 Menit untuk Lari


Pesawat C-130 milik AS terbang di langit Fussa, tempat Yokota Air Base berada (Koji Ueda/AP)


Sementara itu, bagi Yoshio Takagi (75), pembicaraan tentang misil Korea Utara membangkitkan kembali memori tentang Perang Dunia II. Pada 1945, Tuan Takagi harus meninggalkan Tokyo saat pasukan AS membombardir ibukota Jepang.

"Tensi mengalami peningkatan dan situasi jadi sulit ditebak sejak pemerintahan (Presiden Amerika Serikat) Donald Trump. Jepang juga sangat mengandalkan militer AS dan salah satunya ada di sini. Aku rasa kami harus menerima konsekuensinya," kata Takagi.

Sejak Maret hingga April 2017, sebuah situs elektronik (website) mitigasi bencana dan situasi darurat yang dikelola pemerintah Jepang, mengalami lonjakan pengunjung hingga mencapai jutaan. Pada rentang bulan yang sama, tensi politik dan militer di Semenanjung Korea sedang mengalami eskalasi.

Instruksi yang dimuat website itu berisi sejumlah langkah penyelamatan diri jika terjadi serangan misil.

Situs itu mengimbau kepada para warga untuk berlindung di dalam bangunan kokoh jika terjadi ledakan. Jika tidak ada bangunan seperti itu, warga diminta untuk menunduk dan melindungi kepala masing-masing.

Jika terjadi serangan senjata kimia, warga diinstruksikan untuk menutup hidung dan mulut dengan kain basah, berlindung di dalam rumah masing-masing, dan menutup jendela.

Pelatihan simulasi mitigasi bencana dan situasi darurat sempat dilakukan pada Maret 2017 di Prefektur Akita, utara Jepang.

Sejak itu, pemerintah pusat memerintahkan seluruh pemerintah daerah di 47 prefektur untuk menyiapkan hal serupa.

Namun, menurut laporan, sejauh ini hanya dua wilayah --Yamagata dan Nagasaki-- yang telah mematangkan skema mitigasi tersebut.

"Kami harus berhati-hati untuk merencanakan hal itu. Dan disaat yang bersamaan agar tidak menakuti publik," kata Keiko Nakajima, atase badan penanggulangan situasi darurat di Tokyo.

Salah satu warga khawatir bahwa Jepang --yang telah bertahun-tahun menarik diri dari intervensi militer internasional-- sengaja terlibat dalam situasi di Semenanjung Korea sebagai ajang untuk menguatkan kapasitas militernya. Terutama, sejak Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengusulkan undang-undang ekspansi militer pada tahun 2015 yang kini telah disahkan.


Reiko Naya, warga Fussa, daerah tempat Yokota Air Base berada (Mari Yamaguchi/AP)


"Nampaknya kami (pemerintah Jepang) perlahan-lahan melibatkan diri dalam konflik yang memanas. Aku rasa selama ini kami mengira (misil) Korea Utara tak akan bisa mencapai Jepang. Tapi setelah melihat uji coba tersebut, tak menutup kemungkinan salah satunya akan menimpa kami," kata Reiko Naya yang toko kelontongnya hanya berseberangan jalan dari Yokota Air Base. Sejumlah analis militer menilai bahwa hanya 10 menit waktu yang dibutuhkan sebuah rudal Korea Utara untuk mencapai Jepang. Di saat yang bersamaan, waktu yang sangat singkat itu pula-lah yang hanya dimiliki oleh warga Nippon untuk menyelamatkan diri.

"Apa yang terjadi, terjadilah," tutup Jumpei Takemiya.