بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 04/06/12
Go Green

Clock Link

Friday, April 6, 2012

Laura Catherina, Wanita seperti Boneka Barbie

sumber: google.com


After numerous operations, layers of makeup, and a little Photoshop for good measure Laura Catherina has achieved her goal of looking just like Barbie. This glamour girl is all the rage on Facebook, and she appears quite happy too.

Setelah melakuakan banyak operasi, lapisan make up, dan sedikit Photoshop untuk meyakinkan Laura Catherina telah mencapai tujuannya untuk terlihat seperti Barbie. Gadis glamour adalah semua kemarahan di Facebook, dan ia tampak cukup senang juga. 


















25 Hal yang Menjadi Icon Utama Kota Bandung (bagian 3)

sumber: http://dejulogy.wordpress.com/2012/03/11/25-icon-utama-bandung/


19. Trans Studio Bandung 


Trans Studio Bandung adalah taman bermain di dalam ruangan terbesar di dunia yang dikelola oleh Trans Corp. Trans Studio Bandung adalah taman bermain di dalam ruangan kedua yang dibangun untuk menyusul kesuksesan Trans Studio Makassar yang dibangun pada tahun tahun 2009. Wahana yang disajikan diberi nama sesuai dengan program-program yang ada di Trans TV ataupun Trans7. 



20. Dago Plaza 


Dago Plaza atau biasa disingkat DAPLA ini terletak di JL. Ir. H. Djuanda No 61 – 63 Bandung. Saat ini Dago Plaza telah berubah konsep menjadi "Entertainment Building" yang katanya menyediakan berbagai tempat untuk hang out anak muda dan eksekutif muda (dengan umur antara 15 s/d 40 tahun ) dan siapapun diluar umur tersebut tetapi masih berjiwa muda. Setiap malam minggu Dapla ini sering dipenuhi oleh anak anak Bandung ataupun dari luar kota yang sekedar ingin nongkrong ataupun berkumpul bersama klubnya masing masing. 



21. Bukit Bintang 


Bandung terkenal sebagai kota di dalam ‘mangkuk’ karena dikelilingi oleh pegunungan dan bukit. Ketika malam tiba, melihat kota Bandung dari bukit di kejauhan menjadi daya tarik sendiri bagi para wisatawan. Sebut saja Dago Pakar, Punclut atau Caringin Tilu (Cartil) yang menjadi tujuan wisatawan saat malam. Tempat-tempat tinggi dimana pengunjung bisa melihat Bandung dari kejauhan tersebut biasa disebut “Bukit Bintang” oleh remaja-remaja yang sudah sering ke sana. Dari namanya, Bukit Bintang, sudah bisa diartikan sebagai tempat tinggi untuk melihat bintang lebih dekat dan lebih jelas. Bintang yang dimaksud bisa berarti ribuan bintang yang ada di langit, atau lampu-lampu kota di malam hari yang seolah menjadi bintang itu sendiri. 


22. Cireng 


Cireng (singkatan dari aci goreng, bahasa Sunda untuk 'tepung kanji goreng') adalah makanan ringan yang berasal dari daerah Sunda yang dibuat dengan cara menggoreng campuran adonan yang berbahan utama tepung kanji. Makanan ringan ini sangat populer di daerah Priangan, dan dijual dalam berbagai bentuk dan variasi rasa. Makanan ini cukup terkenal pada era 80-an. Bahan makanan ini antara lain terdiri dari tepung kanji, tepung terigu, air, merica bubuk, garam, bawang putih, kedelai, daun bawang dan minyak goreng.

Seiring dengan perkembangan zaman, cireng telah terinovasi hingga variasi rasa yang ada mencakup daging ayam, sapi, sosis, baso, hingga keju dan ayam teriyaki. Sekarang Cireng tidak hanya terdapat di Priangan saja, tetapi sudah menyebar ke hampir seluruh penjuru Nusantara. Cireng yang dulu pada umumnya dijual oleh pedagang yang menaiki sepeda dengan peralatan membuat Cireng di bagian belakang sepedanya, bahkan telah tersedia online. 


23. Monumen Bandung Lautan Api 


Monumen Bandung Lautan Api, merupakan monumen yang menjadi markah tanah Bandung. Monumen ini setinggi 45 meter, memiliki sisi sebanyak 9 bidang. Monumen ini dibangun untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api, dimana terjadi pembumihangusan Bandung Selatan yang dipimpin oleh Muhammad Toha.

Monumen ini berada di tengah-tengah kota yaitu terletak di kawasan Lapangan Tegallega. Monumen ini menjadi salah satu monumen terkenal di Bandung. Monumen ini menjadi pusat perhatian setiap tanggal 23 Maret mengenang peristiwa Bandung Lautan Api. 



24. Saritem 


Saritem adalah sebuah lokalisasi yang terletak di kota Bandung, Jawa Barat. Lokalisasi ini terletak di dekat stasiun kereta. Tepatnya di antara jalan Astana Anyar dan Gardu Jati. Dari dulu berkali-kali diumumkan akan ditutup tapi tak pernah terjadi. Di depan jalan ini didirikan pesantren Dar Al Taubah, yang ironisnya menjadi pintu gerbang kompleks lokalisasi ini.

Saritem berdiri jauh sebelum kemerdekaan RI, dan konon didirikan sehubungan dengan pembuatan jalan kereta api di akhir abad 19.

Dengan adanya Perda Kota Bandung No. 11/1995, efektif mulai November 2006 semua kompleks lokalisasi mulai dihapuskan. Semua kegiatan lokalisasi Saritem diakhiri pada 17 April 2007 pukul 24.00, dan Saritem ditutup pada 18 April 2007 pukul 09.00 WIB. 

Nah yang terakhir nih, tentunya merupakan salah satu hal yang menjadi Icon dari kota Bandung yang dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia yaitu : 


25. Mojang Priangan 






Ada salah satu faktor yang membuat para wisatawan betah bermain dan wisata ke kota Bandung yaitu adanya Mojang Priangan alias Mojang Bandung tea yang terkenal gareulis (cantik-cantik). Siapa mojang Bandung tersebut? bisa dibilang gadis dari kota Bandung asli. Tapi tentunya agans agans juga jangan lupa kalau selain memiliki Mojang Mojang yang cantik, Bandung juga tentunya memiliki Jajaka Jajaka Kasep (Ganteng) yang tentunya ga boleh di kesampingkan, yah termasuk ane lah

Selasih Seleguri : Novelis Perempuan Pertama Di Indonesia

sumber:http://www.minangforum.com/Thread-Selasih-Seleguri-Novelis-Perempuan-Pertama-Di-Indonesia


Kebanyakan generasi muda Urang Talu – apalagi yang remajanya — boleh jadi tak pernah menyangka kalau kampungnya yang berada di lembah Gunung Talamau dan dikelilingi bebukitan itu , pernah melahirkan tokoh atau pejuang bertaraf nasional. Banyak Rang Talu tak pernah mengenal siapa itu Sariamin, siapa itu Selasih atau Seleguri, dan apa itu Kalau Tak Untung. Apalagi — konon — di sekolah-sekolah, baik di tingkat SMP maupun SMA (era sekarang), baik dalam pelajaran bahasa atau kesusastraan, nama beliau sudah tak pernah disebut-sebut lagi. Maka jangan heran kalau anak-anak sekarnag juga tak pernah tahu bahwa wanita pengarang novel pertama di Indonesia adalah berasal dari kampung kecil mereka, Talu.

Untuk itulah, kali ini Yo Rang Talu.Net mencoba mengangkat kembali sosok ibunda Sariamin, seorang sastrawan perempuan sekaligus pejuang yang telah mengharumkan negeri kecil bernama Talu di tingkat nasional.

Menurut literatur Wikipedia Bahasa Indonesia, pada biodatanya disebutkan Sariamin lahir pada tanggal 9 Juli 1909 di Talu, (sekarang Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat), Sumatera Barat, dengan nama Basariah. Namun menurut Korrie Layun Rampan, seorang wartawan senior dan juga budayawan, dalam satu tulisannya Selasih : Wanita Novelis Indonesia Pertama menyebutkan bahwa Sariamin Ismail ini lahir tanggal 31 Juli pada tahun yang sama di Talu, Kecamatan Talamau, Pasaman, Sumbar. Agaknya tak begitu penting soal perbedaan tanggal itu , pastinya kedua-duanya menyebutkan beliau lahir pada bulan dan tahun yang sama, yakni Juli 1909, di Talu. Lebih dari itu Wikipedia Bahasa Indonesia — ensklopedia bebas itu — juga tak menjelaskan kenapa dan bagaimana nama Basariah itu kemudian berganti menjadi Sariamin.

Memang tak banyak data atau cerita yang diperoleh tentang bagaimana masa kecil Basariah yang kemudian berganti nama Sariamin. Apalagi kawan-kawan seumuran beliau yang mungkin bisa dijadikan nara sumber juga sudah tidak ada lagi.Tapi yang jelas setelah menamatkan Sekolah Dasar kelas V (Gouvernement School), Sariamin melanjutkan ke sekolah guru (Meisjes Normaal School), yang dulu mungkin sama dengan SGA (Sekolah Guru Atas) yang kemudian berubah menjadi SPG (Sekolah Pendidikan Guru).

Setamat sekolah guru tahun 1925, Sariamin betul-betul mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. Dan demi pengabdian itu pulalah ia tak sungkan-sungkan sekalipun pada tahun itu juga ditugaskan untuk mengajar di Bengkulu. Tak cuma sekedar guru, ia kemudian diangkat jadi Kepala Sekolah. Lima tahun kemudian, Sariamin dipindahkan ke Matur, Padangpanjang, lalu ke Lubuk Sikaping (sekarang Ibu Kota Kab. Pasaman), dan seterusnya ke Bukittinggi, hingga tahun 1939. Setelah itu ia ditugaskan pula ke Aceh selama 2 tahun. Dan sejak tahun 1941 beliau lebih banyak mengabdikan dirinya sebagai pendidik di Riau, seperti Kuantan, Pekanbaru, dan Tanjung Pinang, setidaknya sampai tahun 1968. Di sini ia juga sempat terjun ke politik sehinga terpilih jadi anggota DPRD Propinsi Riau priode 1947 – 1948.

***

Sariamin tak cuma punya jiwa mendidik. Ternyata dalam dirinya juga mengalir darah seni. Selama tinggal di Riau itu beliau terus bermetamorfosa. Ia mengaktualisasikan diri pada seni peran ; dimana Sariamin sering ikut main sandiwara berkeliling di daerah Kuantan, Pekanbaru dan Tanjung Pinang. Sesuai dengan profesinya yang seorang guru, maka sandiwara yang dimainkannya pun selalu bertemakan pendidikan.

Tak hanya seni peran, menjadi sorang pujangga rupanya juga sudah menjadi mimpi Sariamin. Agaknya baginya mimpi itu bukanlah tak beralasan, sebab ia merasa mempunyai bakat menulis yang kuat. Terbukti kemudian, kepujanggaannya inilah yang telah melambungkan namanya ke pentas nasional. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, diketahui bahwa untuk mewujutkan mimpinya itu, Sariamin sudah mulai menulis sejak berumur 16 tahun. Tapi menurut Korrie Layun Rampan, budayawan Darman Moenir pernah menulis di majalah sastra Horison no 11, Thn XXI, Edisi November 1986, bahwa Sariamin dalam suatu ceramah sastra yang diadakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 17 September 1986, menjelaskan ia mulai menulis bulan Mei 1926 ketika menjadi guru di Matur. Ketika itu, Siti Noor Mariah Naro yang bekas gurunya memaksa dirinya supaya menulis di majalah Asyara yang terbit di Padang. Majalah milik Persatuan Guru Perempuan yang juga dipimpin oleh Rustam Effendi dan Rasjid Manggis ini banyak mendorong bakat-bakat baru untuk tampil memberikan gagasan-gagasan yang inovatif. Maka lahir tulisan pertama Sariamin dalam majalah ini dengan judul “Perlukah Anak Perempuan Bersekolah?”

Diantara beberapa tempat- tempat tugas nya, bakat menulis Sariamin lebih berkembang setelah ia pindah ke Lubuk Sikaping, pada tahun 1927. Di daerah yang dingin dan diapit bebukitan ini membuat ia lebih inspiratif. Apalagi, katanya, di sini ia banyak memperoleh bacaan-bacaan yang semakin mendorongnya untuk menulis. Dan di Lubuk Sikaping ini pula beliau bertemu dengan Abdul Latif yang memperkenalkan dirinya dengan majalah Sari Pusaka, Panji Pustaka dan Bintang Hindia.

Dari Lubuksikaping, Sariamin kemudian dimutasi lagi ke kota Bukittinggi. Di Kota Jam Gadang yang lebih dingin ini, Sariamin mengaku cakrawala wawasannya semakin luas berkat beberapa suratkabar seperti; Suratkabar Persaman, Sinar Sumatera dan Sumatera Bond. Pada beberapa suratkabar inilah Sariamin terus mengembangkan bakat menulisnya, baik dibidang sastra, seni budaya, pendidikan, bahkan politik.

Pada zaman penjajahan, untuk menjadi seorang penulis bukanlah soal yang mudah. Karena selain bentuk karya tulis dibatasi, setiap penulisnya juga harus mempertanggungjawabkan hasil tulisannya di hadapan penjajah. Sementara saat itu — selain sebagai penulis — rupanya Sariamin juga aktif sebagai anggota organisasi politik seperti; organisasi Indonesia Muda, Gerakan Ingin Merdeka, bahkan ia sempat menjadi - Ketua Jong Islamieten Bond Dames Afdeling Cabang Bukitttingi tahun 1928 -1930. Karena itulah Sariamin selalu berada dibawah ancaman, takut kalau-kalau ditemukan bukti bahwa tulisannya melawan rezim penjajah. Ia tidak ingin mengalami nasib seperti teman-teman seperjuangannya seperti Aziz Chan, Alwi Luwis, Djafar Djambek, yang bergerak dibawah tanah kemudian bernasib malang di ujung bedil penjajah, atau mendekam di jeruji besi. Tapi Sariamin tetap ingin jadi penulis sakaligus pejuang untuk kemerdekan tanah airnya. Untuk itu Sariamin mensiasatinya dengan menggunakan sejumlah nama samaran untuk karya tulisnya.

Beberapa nama samarannya itu adalah; Sekejut Gelingging ( sekejut agaknya adalah sejenis tanaman yang bahasa Talunya Sikojuik), Dahlia, Seri Tanjung, Seri Gunung, Bunda Kandung, Sen Gunting, Ibu Sejati, Mande Rubiah, Selasih, Saleguri, atau digabung Selasih Seleguri.
***
NAMA samaran Selasih ditemukan ibu Sariamin tahun 1932 ketika ia berehasil merampungkan novelnya Kalau Tak Untung. Semula Sariamin bingung dengan nama samaran apa novel itu akan diterbitkan. Sedangkan sejumlah nama samaran di atas sudah sering digunakannya, kecuali Selasih. Diantaranya seperti Ibu Sejati dan Saleguri sudah dikenal sebagai penulis yang menentang pemerintah kolonial Belanda. Setelah menimbang-nimbang sejumlah nama samaran, akhirnya Sariamin menumakan nama Selasih untuk novel Kalau Tak Untung itu. Nama Selasih itu juga diambilnya dari salah satu jenis tanaman kecil yang banyak tumbuh di kampung halamannya, Talu.

Maka, tahun 1933 terbitlah novel Kalau Tak Untung itu dengan nama samaran penulisnya Selasih. Tak tanggung-tanggung, novel itu diterbitkan oleh Balai Pustaka yang bagi Sariamin merupakan penerbit kebanggaan tersendiri saat itu. Dan yang membuat Sariamin lebih bangga lagi; setelah diluncurkan ternyata novel itu — istilah sekarang — menjadi best seller. Bahkan ketika itu Aman Datuk Madjoindo yang juga pengarang dalam siaran radionya berkomentar, bahwa telah lahir pujangga putri pertama di Hindia Belanda. Bukan hanya itu, pengarang Armeijn Pane dan Kasoema Datuk Pamuntjak juga sepakat untuk menobatkan Selasih sebagai pioner bagi kaum perempuan dalam penulisan novel. Malah pengarang lainnya tak sungkan-sungkan menyatakan bahwa Selasih adalah pengarang novel perempuan pertama di Indonesia.
Dan Selasih itu adalah Selaguri, Selasih Selaguri itu adalah Sariamin… Dan Sariamin itu adalah Urang Talu.....

Gara-gara Facebook, Pemuda Tangerang Dikeroyok Sampai Tewas



Tangerang - Koko Permana (23) tewas akibat dikeroyok oleh dua orang remaja. Pengeroyokan dipicu karena Koko menulis kata-kata tidak senonoh di dinding akun facebook milik Citra, mantan pacarnya.

Menurut Agung teman Koko, peristiwa itu bermula dipicu dari keluhan Citra kepada Putu temannya di facebook. Citra mengeluhkan tindakan Koko yang menulis pada dinding Facebbok Citra dengan kata-kata kurang sopan. 

Rupanya, setelah mendengar cerita Citra, Putu merasa kesal dan ingin membalaskan sakit hati Citra kepada Koko. Pada Sabtu(14/1) sekitar pukul 16.30 WIB, Putu menyuruh Citra agar menghubungi korban untuk pertemuan di halaman mesjid Aljabar Tangerang.

"Citra kirim SMS ke Koko, ngajakin ketemuan," ungkap Agung, tetaman korban. 

Tanpa pikir panjang Koko langsung menyanggupinya dan minta temannya memboncengkannya ke lokasi pertemuan. "Setelah sempat bertemu Citra, tiba-tiba-tiba dia dipukuli. Saat dipukuli itu, Koko terjatuh, bagian kepalanya tangga," katanya.

Di alam keadaan terjatuh itu, korban tetap dipukuli. Warga yang melihat korban sudah tidak berdaya langsung membawa korban ke RS Qadr. 

"Tapi nyawanya sudah tidak dapat ditolong," katanya.

Menurut Kanit Reskrim Polsek Kelapa Dua, Aiptu Mu'min, setelah mendapatkan laporan dari salah seorang warga bahwa ada korban pengeroyokan itu, pihaknya langsung ke lokasi. "Dua orang tersangka pemukulan ditangkap malam itu juga, di rumahnya masing-masing tanpa ada perlawanan,”katanya.

Pemain Drama Penyaliban Yesus Meninggal Usai Pertunjukan

sumber: http://news.okezone.com/read/2012/04/06/337/607003/pemain-drama-penyaliban-yesus-meninggal-usai-pertunjukan


SURABAYA - Drama visualisasi penyaliban Yesus Kristus di Gereja Roh Kudus, Purimas, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, siang tadi berakhir duka. 

Seorang pemain drama, FX Suryadi (53) meninggal dunia diduga karena kecapekan, tak lama setelah berperan sebagai algojo tentara Romawi, yang bertugas menyiksa Yesus dengan cambuk.

Warga Medayu Utara Surabaya ini meninggal dunia usai drama. Tak ayal, kematian korban yang begitu cepat membuat keluarga dan kerabat menagis histeris. Korban yang sehari-hari bekerja sebagai sekuriti gereja ini sempat pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.

Namun, nyawanya tidak tertolong. Maria Imakulata, istri korban, sebelum meninggal korban hanya mengeluh badannya kurang sehat karena semalam sempat melayat di rumah tetangga yang meninggal dunia.

“Diduga kecapekan,” kata Maria kepada wartawan, Jumat (6/4/2012).

FX Suryadi meninggalkan seorang istri, dua putra, dan tiga cucu.

(Nur Syafei/Sindo TV/abe)

7 Keunikan Benua Asia (bagian 1)



 Great Asia: 




Letak, Luas, dan Batas

Asia merupakan benua terbesar di dunia dengan luas mencapai ± 43.998.920 km², meliputi hampir 30,6% dari luas wilayah daratan dunia.
Secara astronomis, wilayah Benua Asia terletak antara
± 15°BT – 180°BT dan ± 75°LU – 11°LS dengan batas-batas wilayah berikut ini.

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Samudra Arktik (Kutub Utara).
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Benua Australia.
3) Sebelah Barat dengan Benua Eropa dan Laut Merah.
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Samudra Pasifik.



Kondisi Fisik

Benua Asia memiliki relief dan kondisi alam yang bervariasi, yaitu ada titik tertinggi dan ada titik terendah, ada dataran tinggi dan ada dataran rendah, ada kawasan yang sangat panas dan ada kawasan yang sangat dingin, serta ada daerah yang subur dan ada daerah yang tandus. 

1 .Iklim 

Berdasarkan letak lintangnya, Benua Asia dilalui garis
khatulistiwa (0°) di bagian Tenggara (Indonesia) dan garis balik Utara pada lintang 23½° LU.
Kondisi ini menyebabkan benua ini memiliki variasi iklim berikut ini.
a) Iklim monsun tropis, terjadi di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.
b) Iklim subtropis, terjadi di kawasan Asia Tengah dan Asia Timur.
c) Iklim gurun, terjadi di kawasan Asia Barat, Asia Tengah, dan Asia Timur.
d) Iklim dingin, terjadi di kawasan Siberia (Asia Utara). 


2.Gurun di Asia

Asia merupakan benua yang memiliki banyak wilayah gurun, yaitu Gurun Arab (± 2.590.000 km²) di Asia Barat, Gurun Thar (± 453.000 km²) di perbatasan Asia Barat dan Asia Selatan, Gurun Karakum (± 350.000 km²) di perbatasan Asia Tengah dan Eropa Timur, Gurun Kyzykum (± 298.000 km²) di Asia Tengah, serta Gurun Gobi (± 1.295.000 km²) dan Gurun Taklimakan (± 272.000 km²) di kawasan Asia Timur. Gurun-gurun di Asia memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan gurun-gurun yang ada di benua lain. Berikut ini beberapa keunikan dari gurun-gurun di Asia.

a) Gurun Gobi merupakan gurun terdingin di dunia, suhunya bisa mencapai -40°C.

Gurun Gobi: 



Gurun Gobi: 

b) Gurun Arab merupakan gurun paling berpasir di dunia.

Gurun Arab: 



Umumnya, gurun hanya memiliki 10 – 15% pasir, sementara di Gurun Arab memiliki kandungan pasir yang lebih besar.

c) Letak gurun tertinggi dan gurun terendah terdapat di RRC.

Qaidam Basin: 



Turfan Basin:
 

Gurun tertinggi berada di Lembah Qaidam (2.600 m dari permukaan laut) sedangkan gurun terendah berada di Lembah Tupan atau Turfan (150 m di bawah permukaan laut).


3.Gunung dan pegunungan di Asia

Gunung dan pegunungan yang ada di kawasan Asia adalah suatu rangkaian jalur gunung api.

Gunung dan pegunungan yang terkenal di Asia, yaitu Pegunungan Himalaya – Karakoram di Nepal, Pegunungan Hindukush di perbatasan Afghanistan dan Pakistan, Pegunungan Altay dan Kunlun di RRC, Pegunungan Arakan Yoma di Asia Tenggara, Pegunungan Bukit Barisan dan Pegunungan Jaya Wijaya di Indonesia, Pegunungan Sulaiman di Afghanistan, dan Pegunungan Ghat di India. Puncakpuncak tertinggi terdapat di Pegunungan Himalaya, yaitu Gunung Everest (8.848 m) yang merupakan puncak tertinggi di dunia


Hindukus: 



Altay mountain: 



Kunlun mountain: 



Arakan Yoma: 



Bukit Barisan: 



Jaya Wijaya: 



Sulaiman Mountain: 



Ghat Mountain: 



4.Dataran tinggi di Asia

Benua Asia juga memiliki banyak wilayah dataran tinggi, yaitu Dataran Tinggi Tibet di bagian Barat Daya Cina yang merupakan dataran tinggi terluas dan tertinggi (ketinggiannya mencapai 4.875 m dari permukaan laut), Dataran Tinggi Dekkan di India, Dataran Tinggi Anatolli di Turki (Asia Barat), Dataran Tinggi Mongolia di Asia Tengah, Dataran Tinggi Afghanistan, dan Dataran Tinggi Siberia di bagian Utara Asia.

Tibetan Plateu: 



Deccan Plateu: 




Anatolian Plateu: 



Mongolian Plateu: 



Afghanistan Plateu: 



Siberian Plateu: 

Tropical Island, Pulau Tropis di Dalam Ruangan

sumber: Ghiboo.com

Tropical Island, Pulau Tropis di Dalam Ruangan

Walupun negara-negara di Benua Eropa tidak memiliki hutan hujan tropis karena iklimnya yang dingin, namun, mereka tidak habis akal. 

Salah satu contohnya adalah di Jerman, di sini Anda bisa melihat hutan hujan besar persis seperti yang dimiliki negara-negara di Asia. Tempat tersebut bernama Tropical Island yang terletak di kota kecil Krausnick, tidak jauh dari Ibukota Jerman, Berlin.

Tropical Island merupakan sebuah kubah besar berukuran 6,7 kilometer persegi, sama dengan delapan buah lapangan bola. Kubah ini memiliki tinggi 107 meter, lebih tinggi dari Patung Liberty dan Menara Eiffel.

Hutan hujan yang ada di Tropical Island bukanlah buatan, melainkan pohon-pohon asli yang terdiri dari 50 ribu pohon, semak, dan tanaman-tanaman lain. 

Selain dapat menikmati hutan hujan sambil berjalan-jalan di sekitarnya, di kawasan ini pengunjung juga dapat menikmati hutan dari atas dengan menaiki wahana Island Ballooning. 

Tak hanya itu, di sini juga terdapat pantai buatan seluas 3.200 meter persegi bernuansa Bali yang disebut Bali Lagoon. Pantai ini benar-benar menggunakan air laut, pasir, serta pohon-pohon kelapa di sekelilingnya.

Bagi pengunjung yang lelah berjalan dan bermain di Tropical Island, tempat wisata ini memiliki desa-desa kecil yang berisi pondokan makanan dan tempat istirahat. Ada pula panggung pertunjukan,water park, fasilitas sauna dan spa ala Thailand dan Bali, dan fitness club-nya yang juga bisa Anda kunjungi. 

Tiket masuk ke Tropical Island ini cukup beragam, untuk dewasa dikenakan biaya USD37 (Rp340 ribu) dan untuk anak-anak usia 4-14 tahun dikenakan biaya USD30 (Rp275 ribu).

ini dia BUDY MULJADI, MENAPAKI JALAN PANJANG KOMODO (BUSWAY GANDENG)

SUMBER: http://www.haltebus.com/detail40.html


Berbicara bus gandeng yang beroperasi di Indonesia, khususnya Jakarta, yang terlintas adalah pasti diimport dari luar negeri. Lebih spesifik lagi pasti dari China. Mungkin tak ada salahnya pendapat itu, karena dua tahun belakangan ini ASEAN – China Free Trade Agreement (perjanjian perdagangan ASEAN dan China - ACFTA) sedang gencar-gencarnya. Alhasil banyak produk China masuk ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Apalagi, beberapa unit bus gandeng yang beroperasi untuk bus Transjakarta memang didatangkan utuh dari China.

Tak banyak orang yang mengetahui sepak terjang PT. Asian Auto Internasional. Adalah Budy Muljadi, Direktur Produksi PT AAI, yang menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya perakitan bus gandeng di Indonesia. PT AAI ini sejak hampir empat tahun silam memproduksi bus gandeng berlabel KOMODO.

“Awalnya dari pertemuan meja kecil saja antara saya dan beberapa teman. Saya dan beberapa teman berpikir, kami bisa, bangsa Indonesia mampu merakit bus gandeng,” ujar Budy sambil menerawang.

Merakit bus sendiri adalah cita-cita Budy sejak lama. Wajar, di dalam dirinya mengalir darah kreatif karoseri bus. Sebelum di AAI, tak kurang dari 15 tahun Budy berkiprah bersama keluarga besarnya di Rahayu Santosa, salah satu karoseri besar di Indonesia.

Tak puas hanya membentuk body bus, Budy banyak belajar dan berdiskusi dengan berbagai kalangan. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan seorang pengusaha Malaysia M. Aman. “Agak nekat juga kalo dipikir-pikir waktu itu. Kami mulai satu-satu. Dari bengkel kecil kami mengutak-atik chasis, cari mesin yang cocok sampai akhirnya nemu formula awal untuk prototype kami,” kata dia.

Jalan panjang pun ditempuh. Serangkaian tes, kegagalan, sampai akhirnya terwujud sebuah bus gandeng. Begitu bus tercipta, jalan berliku harus ditempuh. Tak cukup melengkapi perijinan. Uji kelayakan dari pihak-pihak terkait, hingga kepercayaan akan kualitas bus ini bukanlah hal yang mudah diraih. Maklum, bus gandeng hanya bisa ditemui berkeliaran bebas di jalan-jalan negeri tetangga.


Satu persatu upaya menumbuhkan kepercayaan dibangun. Prototype KOMODO dipamerkan di berbagai kesempatan. Mulai pameran di Kementerian Perindustrian, hingga sempat ‘mampir’ di halaman Istana Wakil Presiden di tahun 2007. “Wah bagus juga bus ini,” begitu Jusuf Kalla, Wakil Presiden saat itu.

Dan kepercayaan pun datang, saat PT Ekasari Lorena ikut dalam pengadaan bus TransJakarta koridor V. KOMODO yang identik dengan warisan hayati Indonesia yang mendunia ini, akhirnya beroperasi melayani warga Jakarta. Meski hanya 13 unit, perlahan namun pasti kepercayaan itu mulai didapat. Tahun 2010 PT AAI ikut pengadaan bus TransJakarta, dan 25 unit KOMODO dibuat untuk Koridor IX dan X. “Sebelumnya Empat unit juga dibeli PPD untuk TransJakarta di 2010, jadi total KOMODO yang sudah beroperasi di Jakarta ada 42 unit,” kata Budy.

Di workshopnya di Selatan Jakarta, Budy memimpin produksi dua hingga tiga unit chasis KOMODO per minggunya. Ini tentu jauh dari kesan sebuah pabrik besar. Namun, ilmu rancang bangun bus dan semangat orang-orang yang terlibat dalam pusat perakitan ini patut menjadi panutan.

Rekayasa teknologi ini ternyata juga mereka patenkan. Bus gandeng KOMODO ini bukan yang pertama kali di Indonesia, ada INOBUS. Tetapi KOMODO adalah bus gandeng pertama yang dibuat secara massal di Indonesia. Wajar jika PT AAI mendaftarkan produknya ke Kemenhukham. “KOMODO tidak seperti bus-bus gandeng yang banyak di produksi negara lain di dunia karena lantainya yang tinggi. Umumnya, bus gandeng berlantai berlantai rendah,” ujar Budy merendah.


Hasil kerja keras PT AAI untuk melahirkan KOMODO juga diakui pemerintah. Akhir 2008 Anugerah Rintisan Teknologi Industri 2008 yang diserahkan langsung Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk inovasi KOMODO. Di tengah Gerakan 100 persen CINTA Produk Indonesia, karya anak bangsa yang belakangan bergaung, KOMODO menjadi kebanggaan Indonesia dalam sejarah perkembangan industri bus dunia.

25 Hal yang Menjadi Icon Utama Kota Bandung (bagian 2)

sumber: http://dejulogy.wordpress.com/2012/03/11/25-icon-utama-bandung/


9. Monju: Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat 


Monju adalah singkatan atau mungkin kata umum yang biasa digunakan untuk menyebut Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Seperti pada umumnya sebuah monumen lain, Monju dibangun untuk mengenang heroiknya para pahlawan-pahlawan asal Jawa Barat yang berjuang mati-matian melawan penjajah. Bentuk monumen ini cukup unik, menyerupai sebuah bambu runcing yang menjadi senjata andalan para pejuang dalam merebut kemerdekaan. Lokasinya ada di Jalan Dipati Ukur, depan kampus Unpad. Tidak jauh dari Monju, tepatnya di sebelah selatannya terdapat Gedu Sate yang juga cukup popular sebagai objek untuk city tour di Bandung. 


10. Jaipongan 


Tari ini diciptakan oleh seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira, sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tari kreasi yang relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta Ronggeng. Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. 


11. Grand Hotel Preanger 


Grand Hotel Preanger adalah hotel 5-bintang terletak di pusat kota Bandung adalah salah satu hotel besar dan tertua di Bandung. Pada tahun 1884, ketika para Priangan planters (pemilik perkebunan di Priangan ) mulai berhasil dalam usaha pertanian dan perkebunan di sekitar kota Bandung - dahulu bernama Priangan - mereka mulai sering datang untuk menginap dan berlibur ke Bandung. Kebutuhan mereka disediakan oleh sebuah toko di Jalan Groote Postweg (sekarang Jalan Asia Afrika). Tetapi kemudian toko itu bangkrut, sehingga pada tahun 1897 oleh seorang Belanda bernama W.H.C. Van Deeterkom toko itu diubah menjadi sebuah hotel dan diberi nama Hotel Preanger Kemudian pada tahun 1920 berubah menjadi Grand Hotel Preanger . 


12. Gunung Tangkuban Parahu 


Gunung Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu. . 


13. Jalan Dago 


Jalan Dago adalah nama lama jalan Ir. H. Juanda di Bandung. Walaupun saat ini nama jalan tersebut telah diubah secara resmi, penduduk Bandung masih sering merujuk jalan itu dengan nama Dago. Sepanjang jalan ini dapat ditemui berbagai rumah makan, pusat perbelanjaan, butik, toko-toko dan pusat hiburan terkemuka. Selain itu juga terdapat Rumah Sakit Santo Boromaeus dan Institut Teknologi Bandung. 


14. Keripik Setan 


Keripik atau kripik adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian, buah-buahan atau sayutan yang digoreng di dalam minyak nabati. Untuk menghasilkan rasa yang gurih dan renyah biasanya dicampur dengan adonan tepung yang diberi bumbu rempah tertentu. Secara umum keripik dibuat melalui tahap penggorengan, tetapi ada pula dengan hanya melalui penjemuran, atau pengeringan. Keripik dapat berasa dominan asin, pedas, manis, asam, gurih, atau paduan dari kesemuanya. Keripik Setan sendiri adalah keripik singkong yang dibumbui dengan bumbu cabai yang sangat pedas. Keripik yang paling terkenal adalah keripik Maicih dari Bandung yang mulai terkenal di seluruh Indonesia. Recommended deh buat agans yang suka kuliner makanan pedas. 


15. Gedung Merdeka 


Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, Bandung, Indonesia, adalah bersejarah gedung yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini tahun 1955. Halaman depan gedung ini sampai memanjang ke arah jalan Braga sekarang sering digunakan sebagai spot untuk foto-foto baik foto formal ataupun foto foto iseng oleh warga sekitar ataupun pengunjung dari kota lain. 


16. Kawah Putih 


Kawah Putih adalah danau kawah dan tempat wisata di kawah gunung berapi sekitar 50 km selatan Bandung di Jawa Barat di Indonesia. Kawah Putih (7.10 ° LS 107,24 ° E) adalah salah satu dari dua kawah yang membentuk Gunung Patuha , sebuah andesitik Stratovolcano (sebuah "komposit" gunung api). Gunung Patuha merupakan salah satu banyak gunung berapi di Jawa . Kawah Putih dibuka untuk pengunjung pada tahun 1987. Danau itu sendiri adalah 2.430 meter di atas permukaan laut sehingga iklim lokal sering cukup dingin (suhu sering sekitar 10 derajat celsius). 



17. Cepot 


Cepot atau Astrajingga adalah salah satu karakter Wayang Golek dalam wayang Sunda. Cepot adalah karakter panakawan wayang golek bersama Petruk dan Dawala, yang dalam bahasa aslinya Mahabarata atau Ramayana. Cepot adalah salah satu anak Semar. Cepot adalah karakter pedesaan dari desa fiksi Tumaritis, di sana ia tinggal bersama Semar ayahnya dan dua saudaranya, Petruk dan Dawala. Cepot lucu dan easy going. Cepot adalah karakter favorit maestro wayang golek Asep Sunandar Sunarya. 


18. Stadion Si Jalak Harupat 


Si Jalak Harupat adalah suatu stadion olahraga yang berlokasi di desa Kopo dan Cibodas, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Nama Si Jalak Harupat diambil dari julukan salah seorang pahlawan nasional dari Bojongsoang, Bandung yaitu Otto Iskandardinata. Kini stadion tersebut menjadi milik Pemerintah Kabupaten Bandung. Persikab Bandung, yang merupakan wakil Kabupaten Bandung di Liga Indonesia menjadikan stadion tersebut sebagai kandangnya. Begitu pula dengan tim sekota Persikab, Persib yang menjadikan stadion ini sebagai homebase mereka. Stadion ini dibangun mulai Januari 2003 pada saat Kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati Obar Sobarna. Selanjutnya diresmikan pada hari jadi Kabupaten Bandung ke 364, tanggal 26 April 2005 oleh Agum Gumelar yang menjabat sebagai Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat.