بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 01/17/13
Go Green

Clock Link

Thursday, January 17, 2013

Kisah Tragis Dibalik Lagu "Hymne Guru"



Siapa yang tak kenal lagu ini lirik hymne guru berjudul “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa“? Masih terngiang betapa di era 1980-an, lagu ini sangat sering dinyanyikan di sekolah-sekolah. Sebab setiap upacara bendera pada hari Senin, lagu ini selalu dinyanyikan.

Istilah “pahlawan tanpa tanda jasa” bahkan kemudian menjadi ikon yang disematkan kepada para guru. Siapa sangka bila “sang pahlawan” yang tanpa tanda jasa itu sejatinya dialami si pencipta lagu tersebut. Ya, Sartono, pencipta lagu yang juga guru itu di masa senjanya hidup dalam kesederhanaan. Laki- laki asal Madiun yang genap berusia 72 tahun, 29 Mei ini, tinggal rumah sederhana di Jalan Halmahera 98, Madiun. Sejak ia mengajar musik di SMP Purna Karya Bhakti Madiun pada 1978, hingga “pensiun” pada 2002 lalu, Sartono tetap menyandang guru honorer. Ia tak punya gaji pensiunan, karena statusnya bukan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Kawan-kawan sesama guru sempat membantu mengajukan dia menjadi PNS. “Katanya sih sering diajukan nama saya, tetapi sampai saya pensiun dari tugas sebagai guru, PNS untuk saya kok tidak datang juga,” kata Sartono.

Sartono memang minder dengan latar belakang pendidikannya yang tak tamat SMA. Ia mengajar di SMP Purna Karya Bhakti, yang belakangan lebih dikenal sebagai SMP Kristen Santo Bernadus, berbekal bakatnya di bidang musik. Sartono yang beragama Islam itu melamar di Santo Bernadus berbekal sertifikat pengalaman kerja di Lokananta, perusahan pembuat piringan hitam di Solo, Jawa Tengah.

Hidup serba dalam kesempitan, tak membuat Sartono meratapi nasib. Ia merasa terhibur, dengan kebersamaan dengan Damiyati, BA, 59 tahun, isterinya yang guru PNS. Damiyati dinikahi Sartono pada 1971. Dari pernikahan mereka belum jua dikaruniai anak. Sehingga mereka mengasuh dua orang keponakan. Damiyati yang juga guru, juga seniman biasa manggung bersama Ketoprak Siswo Budoyo Tulungagung, di masa mudanya.

Kehidupan sehari-harinya kini hanya dari pensiun istrinya yang tak lebih dari dari Rp 1 juta. Sartono sendiri kala masih aktif mengajar, gajinya pada akhir pengabdiannya sebagai guru seni musik cuma Rp 60.000 per bulan. “Gaji saya sangat rendah, bahkan mungkin paling rendah diantara guru-guru lainnya,” katanya mengenang masa lalunya.

Kala masih kuat, Sartono menambal periuk dapurnya dengan mengajar musik. Sepekan sekali, Sartono yang pandai bermain piano, gitar, dan saksofon, ini rutin mengajar kulintang di Perhutani Nganjuk, sekira 60 kilometer dari rumahnya di Madiun.




BERMULA DARI LOKANANTA
Jalan menjadi guru berawal dari kegemarannya bermain musik. Putra sulung dari lima bersaudara ini sebenarnya lahir dari keluarga cukup berada. Maklum, ayahnya R. Soepadi adalah Camat Lorog, Pacitan. Sartono kecil memang suka bermain musik secara otodidak. Namun, hidup nyaman tak bisa dirasakan berlama-lama. Ketika ia berusia 7 tahun, Jepang menduduki Indonesia. Ayahnya pun tak lagi menjabat camat.

Sartono, bersama empat adiknya, Sartini, Sartinah, Sarwono dan Sarsanti, tak bisa mengenyam pendidikan tinggi. Ia sendiri putus sekolah kala kelas dua di SMA Negeri 3 Surabaya. Ia kemudian bekerja di Lokananta, perusahaan rekaman dan produsen piringan hitam. “Saya Lupa tahun berapa itu, tapi saya hanya bekerja selama dua tahun saja,” kata Sartono, yang mengaku sudah susah mengingat tahun.

Selepas kerja di Lokananta, Sartono bergabung dengan grup musik keroncong milik TNI AU di Madiun. Ia bersama kelompok musik tentara itu pernah penghibur tentara di Irian. “Di sana selama tiga bulan,” jelasnya.


DARI SECARIK KORAN
Ihwal penciptaan lagu himne guru itu boleh dibilang tak sengaja. Ketika itu, tahun 1980, Sartono tengah naik bis menuju Perhutani Nganjuk, untuk mengajar kulintang. Di perjalanan, secara tidak sengaja ia membaca di secarik koran, mengenai sayembara penciptaan lagu himne guru yang diselenggarakan Depdiknas. Hadiahnya besar untuk saat itu, Rp 750.000. Waktu yang tersisa dua pekan, untuk merampungkan lagu.

Sartono yang tak bisa membaca not balok ini, mulai tenggelam dalam kerja keras mengarang lagu saban harinya. “Saya mencermati betul seperti apa sebenarnya guru itu,” jelas Sartono sambil memulai membuat lagu itu.

Waktu sudah mepet, lagu belum juga jadi. Sartono pusing bukan kepalang. Syairnya masih amburadul. Pada hari pertama Hari Raya Idul Fitri, Sartono tidak keluar rumah. Ia bahkan tak turut beranjang sana mengantar istri dan dua keponakannya silaturrahmi ke orangtua dan sanak famili. “Saat itu kesempatan bagi saya untuk membuat lagu dan syair secara serius,” katanya. “Waktu itu saya merasa begitu lancar membuat lagu dan menulis syairnya.”

Awalnya, lirik yang ia ciptakan kepanjangan. Padahal, durasi lagu tak lebih dari empat menit. Sartono pun berkali- kali mengkajinya untuk mengetahui mana yang harus dibuang. “Karena panjang sekali, maka saya harus membuang beberapa syairnya,” jelas Sartono. Hingga muncullah istilah “pahlawan tanpa tanda jasa.”

“Guru itu juga pahlawan. Tetapi selepas mereka berbakti tak satu pun ada tanda jasa menempel pada mereka, seperti yang ada pada polisi atau tentara,” katanya.

Persoalan tak begitu saja beres. Lagu ada, Sartono kebingungan mengirimnya ke panitia lomba di Jakarta. Sebab ia tidak punya uang untuk biaya pengiriman via pos. “Akhirnya saya menjual jas untuk biaya pos,” katanya. Sartono menang. “Hadiahnya berupa cek. Sesampainya di Madiun saya tukarkan dengan sepeda motor di salah satu dealer,” kata Sartono.


PENGHARGAAN MINIM
Lagunya melambung, Sartono tidak. Sang pencipta tetap saja menggeluti dunia mengajar sebagai guru honorer hingga “pensiun.” Kalaulah ada penghargaan selain hadiah mencipta lagu, “cuma” beberapa lembar piagam ucapan terimakasih. Nampak piagam berpigura dari Gubernur Jawa Timur Imam Utomo yang diberikan pada 2005. Pak Gubernur juga memberikan bantuan Rp 600.000, plus sebuah keyboard.

Piagam lainnya diberikan Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin pada 2000. Kemudian piagam dari Menteri Pendidikan Nasional Bambang Soedibyo pada 2005, plus bantuan uang. “Isinya enam ratus ribu rupiah,” kata Sartono.

Tahun 2006 lalu, giliran Walikota Madiun yang dalam sepanjang sejarah baru kali ini memberikan perhatian kepadanya. “Pak Walikota menghadiahi saya sepeda motor Garuda,” kata Sartono seraya menunjuk sepeda motor pemberian Walikota Madiun.

Meski minim perhatian, Sartono tetaplah bangga, lagunya menjadi himne para guru. Pekerjaan yang dilakoninya selama 24 tahun. Pengabdian yang tak pendek bagi seorang pahlawan tanpa tanda jasa.


Pergantian lirik lagu hymne guru pada kalimat terakhir telah disepakati dan ditandatangani pada tanggal november 2007 disaksikan oleh Dirjen PMPTK Depdiknas dan ketua pengurus besar PGRI dan juga dengan diperkuat dengan surat edaran Persatuan Guru Republik Indonesia
Nomor : 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007
berikut liriknya
yang lama diatas
dan yang baru dibawah

Hymne Guru


Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa


Cipt. Sartono

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendikia


http://unik247.blogspot.com/2011/12/kisah-tragis-dibalik-lagu-hymne-guru.html

Lakukan Ini Kalau Mobil Anda Terendam Banjir


Jakarta, KompasOtomotif - Apa yang harus Anda dilakukan bila mobil terlanjur kecebur banjir? Saran para ahli, matikan mesin! Alasannya, kalau percikan air tersedot oleh mesin melalui saluran isap, akibatnya sangat fatal. Mesin yang menjadi jiwa mobil, riwayatnya tamat! Efek water hammer atau terjangan air, membuat setang piston bengkok, piston pun menghajar blok dan kepala silinder.

Untuk mencegah kerusakan mesin, lakukan tidakan berikut, seperti yang dijelaskan oleh Wiewie Rianto dari Bengkel Firna Protechnik.

Cabut aki
Tujuannya, mematikan semua sistem kelistrikan mobil termasuk komputer. Hubungan pendek (korslet) bisa dicegah.

Derek
Setelah banjir menyusut, jangan langsung menghidupkan mesin. Apalagi mesin ikut kelelap. .

Cek Komponen
Jika kedalaman air tidak sampai merendam mesin, beberapa komponen yang wajib diperiksa adalah kaki-kaki. Salah satu yang penting diperiksa adalah tie-rod. Komponen ini dilumasi oleh 'gemuk' lalu ditutup dengan karet. Air bisa saja masuk melalui celah. Jika tidak dibuang, gemuk bercampur dengan air kotor dan menyebabkan karat.

Ganti oli
Untuk menghindari oli kemasukan air, sebaiknya oli transmisi diganti. begitu juga pelumas untuk gardan (gerak belakang).
"Contoh kasus, Toyota Innova matik nekat menerjang banjir dengan ketinggian air sampai merendam girboks. Ternyata, ada air yang berhasil masuk dan bercampur dengan oli. Untuk menguras dan membilasnya dibutuhkan 18 liter oli untuk kembali ke kondisi normal. Padahal proses kuras oli untuk mobil standar hanya butuh 12 liter," ungkap Wiewie.


http://otomotif.kompas.com/read/2013/01/16/6196/Lakukan.Ini.Kalau.Mobil.Anda.Terendam.Banjir?

Navicula, Band Bali yang Sukses di AS dan Australia

REPUBLIKA.CO.ID


Navicula, band grunge asal Bali, menoreh prestasi setelah diundang untuk berpentas di festival seni bergengsi Sydney Festival 2013. Radio Australia berbincang dengan Robi, vokalis dan gitaris band yang baru saja pulang dari Amerika Serikat setelah memenangkan kompetisi internasional Rode Rockers.

Film perjalanan mereka ke Amerika Serikat ini pun akan segera dirilis. Tapi apa yang membuat Navicula semangat terus berkarya (termasuk menerbitkan sabun mandi sendiri)? Ternyata bukan hanya musik, tapi juga berbagai tujuan sosial lainnya yang mereka bisa lakukan melalui musik. Ikuti wawancara berikut ini:

Radio Australia (RA): Bagaimana rasanya bermain musik di negara lain?

Robi Navicula (RN): Exciting, karena crowd-nya baru, terus kalau kita biasa manggung di Indonesia mungkin presentasi audiens sudah lebih banyak yang tahu. Kalau di sini benar-benar baru, kita harus mempelajari medan, tapi adaptasi ini berlangsung sangat cepat sih, karena secara teknis performance baik live maupun recording, teknisnya hampir sama, tapi fasilitasnya berbeda.

RA: Di Australia, ada band-band berpengaruh untuk grunge seperti King Snake Roost, Beasts of Bourbon, The Scientists, selain Silverchair etc. Anda juga sudah bertemu dengan musisi Australia seperti Paul Kelly dan Nick Cave (RN: Kita juga pernah main sepanggung dengan Wolfmother). Apa pengaruh Australia bagi Navicula?

RN: Navicula tumbuh di Bali, dan di Bali kan kulturnya kontras. Di satu sisi kebudayaan yang sangat menghargai budaya tradisional, di satu sisinya sendiri Bali sebagai melting pot, sangat terbuka dengan pengaruh asing. Dan di satu sisi sangat tradisional, di satu sisi sangat modern.

Australia di Bali persentasenya cukup besar; kita berinteraksi dengan komunitas ini, dan Navicula ada di tengah-tengah budaya lokal dan budaya asing, dan budaya asing ini banyak dikontribusi oleh seniman dan warga negara Australia di Bali.

Tempat kita studio latihan di Bali pun dimiliki Andrew, warga Australia yang menjadi guru di Bali. Dan kita latihan reguler di rumahnya dia, jadi interaksi langsung.

RA: Grunge besar di tahun 90an, dengan band-band seperti Pearl Jam, Nirvana. Tapi melemah setelah itu. Apa yang menyebabkan Grunge masih hidup di Indonesia?

RN: Saya pikir dengan generasi yang waktu kita ABG mendengarkan itu dan terpengaruh dengan trend itu pasti akan kita putar lagu itu seumur hidup. Saya ada joke bahwa musik apa yang kamu dengar waktu kamu SMA, musik itu yang kamu dengar seumur hidup. Bukan hanya di Indonesia, di negara mana pun ada nostalgia. Sweet memory.

Dan musik sama seperti fashion, mereka akan retro lagi, mereka akan berevolusi lagi. Seprti kita lihat flannel kan booming, sepatu boot seperti Doc Martin juga booming lagi.

Musik juga kayak gitu, kemaren sempat sound-sound retro 80an naik, sekarang saya pikir 90 naik lagi.

Itu juga dibuktikan banyaknya reuni band-band grunge, seperti Soundgarden, Alice in Chains tur lagi. Bukan hanya grunge, band-band dari 90an seperti Rage Against the Machine juga reuni lagi.

RA: Kritikus musik Simon Reynolds berkata pada tahun 1992 bahwa ‘Grunge adalah musik anak-anak muda yang merasa depresi dengan masa depan.’ Indonesia saat ini menghadapi masa depan yang cerah. Kenapa Indonesia perlu Grunge?

RN: Grunge itu kita pilih sound-nya. Medianya. Kita milih grunge karena itu yang paling besar mempengaruhi kita sejak SMA. Tapi kalau dari message, mungkin karena kebetulan saya di band sebagai penulis lirik dan dapat tugas, interest saya pribadi selain musisi saya juga konsultan di beberapa organisasi sosial di Bali, di Indonesia, yang berkaitan dengan isu ekologi.

Dan akhirnya interest untuk membuat lagu-lagu yang bertemakan ekologi dan sosial ini menjadi daya tarik saya dalam menulis topik tentang itu.

Dan dengan menggunakan musik grunge, yang saya sangat enjoy, sebagai media. Bisa dibilang Navicula adalah jurnalisme tentang sosial dan ekologi yang menggunakan musik sebagai media. Itu konsep Navicula.

Kalau dari lirik sih memang pada waktu itu tahun 90an Grunge identik dengan anti kemapanan, alienasi, tapi saya pikir band-bandnya juga sebenarnya range-nya luas. Mungkin karena Nirvana yang booming dengan lirik-liriknya kayak gitu, jadi identik dengan itu. Tapi sebenarnya kalau kita lihat, seperti Pearl Jam, seiring mereka tumbuh semakin tua, lirik-liriknya semakin tajam, semakin dalam. Eddie Veder juga banyak aktivismenya di bidang lingkungan, dan itu bisa dilihat dari lirik Pearl Jam era sekarang.

Jadi musiknya grunge, tapi liriknya bisa apa saja. Kebetulan kalau Navicula liriknya konservasi dan ekologi.
Redaktur: Endah Hapsari
Sumber: radioaustralia


Ini videonya:



http://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/13/01/12/mghoee-ini-dia-band-bali-yang-sukses-di-as-dan-australia-1



'Sumpah Perawan' di Albania

http://id.berita.yahoo.com/foto/sumpah-perawan-di-albania-slideshow/

"Seorang gadis biasa, mungkin saja dia punya keinginan menikah atau menjadi seorang ibu, diminta oleh keluarganya untuk mengambil sumpah selibat atau hubungan seksual lainnya seumur hidup. Dia bukan dipaksa untuk menjadi suster. Dia mengambil tanggung jawab dan kehormatan untuk melindungi rumahnya, keluarganya, dan secara sosial menjadi seorang pria. Di daerah yang sangat patriarkal dan diwarnai dengan pertentangan berdarah serta pembunuhan demi kehormatan di pengunungan Albania, banyak perempuan yang dipaksa menjadi pria agar bisa berperan sebagai kepala keluarga. Sebagai imbalan telah mengorbankan kewanitaannya, mereka mendapat keistimewaan maskulin. Rok dan blus berganti menjadi celana dan kemeja. Rambut panjang dipotong sangat pendek seperti pria. Mereka merokok, bekerja, dan berkeliling kota dengan pria-pria lain. Mereka pun dipanggil 'paman'. Transisi mereka diterima, dianggap biasa oleh orang-orang yang hidup bersama mereka. Mereka dijuluki Perawan Tersumpah dari Albania atau 'burneshas'. Kini, hanya sedikit dari 'burneshas' yang tersisa." --Jill Peters



















Di Blitar, Sekolah Katolik Dipaksa Ajarkan Agama Islam

TEMPO.CO


Blitar - Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Blitar mewajibkan enam sekolah Katolik memberikan pelajaran agama non Katolik kepada siswanya. Instruksi ini dikeluarkan menyusul penolakan sekolah memberikan layanan pelajaran agama Islam.

Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Blitar mememanggil pengurus Yayasan Katolik untuk membahas tentang peraturan sekolah yang tidak memberikan layanan pendidikan agama selain Katolik kepada siswanya. Padahal, banyak pelajar tersebut yang memeluk agama lain.

Menurut dia, banyak orang tua siswa protes karena menganggap sekolah tersebut diskriminatif. »Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan setara,” kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Blitar, Imam Muchlis, Rabu 16 Januari 2013.

Sebelumnya, enam sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Katolik Kota Blitar tidak menyediakan pelajaran agama lain kepada siswa-siswanya. Kebijakan ini dilakukan mulai sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas Katolik, Sekolah Menengah Atas Kejuruan Diponegoro, Sekolah Teknik Menengah Katolik, Sekolah Menengah Pertama Yos Sudarso, Sekolah Dasar Santa Maria, dan Taman Kanak-kanak Santa Maria.

Kebijakan tersebut menuai protes di kalangan orang tua siswa dan masyarakat. Pemerintah bahkan mengancam akan menutup sekolah tersebut jika tetap menolak instruksi. Ancaman itulah yang pada akhirnya membuat Yayasan Katolik berubah sikap dan berjanji memberikan layanan pelajaran agama non Katolik. »Kami akan mengevaluasi,” kata Romo Rafael, perwakilan Yayasan Katolik.

Meski tidak menyediakan guru agama selain Katolik, Romo Rafael berjanji akan menitipkan anak didiknya yang beragama lain untuk belajar agama di sekolah terdekat. Sebab posisi sekolah Katolik tersebut berdekatan dengan lembaga sekolah lain yang menyelenggarakan pendidikan selain Katolik.

Romo Rafael menjelaskan kebijakan tidak menyediakan guru pengajar selain Katolik ini merupakan keputusan yang diambil pengurus Yayasan di Surabaya. Ketentuan ini berlaku kepada seluruh lembaga pendidikan yang bernaung di bawah yayasan tersebut. Karena itu pelaksanaan perubahan kebijakan ini masih menunggu sikap pusat. »Yang jelas pelaksanaan pelajaran (agama selain Katolik) di luar sekolah,” katanya.

Walikota Blitar, Samahudi Anwar, meminta pengurus sekolah Yayasan Katolik memberikan pelajaran agama Islam bagi siswanya. Apalagi dia telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 8 Tahun 2012 yang mewajibkan setiap anak didik beragama Islam di Kota Blitar harus mampu membaca Al Quran. SK tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama.

Ibu kota RI dipindahkan ke Palangkaraya?

MERDEKA.com


Jakarta sebagai ibu kota negara kini sudah tidak ideal lagi. Kota ini menyimpan segudang masalah. Mulai dari kemacetan akut, kepadatan penduduk, pembangunan tak terencana hingga banjir yang selalu mengintai jika musim hujan datang.

Presiden Soekarno pada tahun 1950-an sudah meramalkan Jakarta akan tumbuh tak terkendali. Soekarno dulu punya mimpi memindahkan ibu kota Republik Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Mengapa Palangkaraya? Ada beberapa pertimbangan Soekarno. Pertama Kalimantan adalah pulau terbesar di Indonesia dan letaknya di tengah-tengah gugus pulau Indonesia. Kedua menghilangkan sentralistik Jawa.

Selain itu, pembangunan di Jakarta dan Jawa adalah konsep peninggalan Belanda. Soekarno ingin membangun sebuah ibu kota dengan konsepnya sendiri. Bukan peninggalan penjajah, tapi sesuatu yang orisinil.

"Jadikanlah Kota Palangkaraya sebagai modal dan model," ujar Soekarno saat pertama kali menancapkan tonggak pembangunan kota ini 17 Juli 1957.

Satu hal lagi, seperti Jakarta yang punya Ciliwung, Palangkaraya juga punya punya sungai Kahayan. Soekarno ingin memadukan konsep transportasi sungai dan jalan raya, seperti di negara-negara lain.

Soekarno juga ingin Kahayan secantik sungai-sungai di Eropa. Di mana warga dapat bersantai dan menikmati keindahan kota yang dialiri sungai.

"Janganlah membangun bangunan di sepanjang tepi Sungai Kahayan. Lahan di sepanjang tepi sungai tersebut, hendaknya diperuntukkan bagi taman sehingga pada malam yang terlihat hanyalah kerlap-kerlip lampu indah pada saat orang melewati sungai tersebut," kata Soekarno.

Untuk mewujudkan ide itu Soekarno bekerjasama dengan Uni Soviet. Para insinyur dari Rusia pun didatangkan untuk membangun jalan raya di lahan gambut. Pembangunan ini berjalan dengan baik.

Tapi seiiring dengan terpuruknya perekonomian Indonesia di awal 60an, pembangunan Palangkaraya terhambat. Puncaknya pasca 1965, Soekarno dilengserkan. Soeharto tak ingin melanjutkan rencana pemindahan ibukota ke Kalimantan. Jawa kembali jadi sentral semua segi kehidupan.

Kini Jakarta makin semrawut, sementara pembangunan di Palangkaraya berjalan lambat. Hampir tak ada tanda kota ini pernah akan menjadi ibukota RI yang megah.

Hanya sebuah monumen berdiri menjadi pengingat Soekarno pernah punya mimpi besar memindahkan ibukota ke Palangkaraya.

Galaksi Bima Sakti Mungkin Lebih Kecil Dari yang Diperkirakan

Space.com


Galaksi Bima Sakti, tempat Bumi berada, mungkin sebenarnya hanya setengah besarnya dari yang diperkirakan saat ini, tutur para ilmuwan.

Bintang di ujung Bima Sakti, antara 260.000 dan 490.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, secara mengejutkan bergerak perlahan di orbitnya, menurut bukti yang ditemukan peneliti. Massa galaksi dan kecepatan bintang saling terkait, sehingga hasilnya itu dapat memiliki implikasi besar.

"Karena kecepatan ini sangat rendah, massa galaksi kita mungkin jauh lebih rendah dari yang kita perkirakan," tutur peneliti utama Alis Deason dari University of California, Santa Cruz, kepada wartawan pada Rabu (9 Januari) dalam pertemuan Society American Astronomical yang ke-221 di Long Beach, California.

"Jika menyimpulkan sifat dari bintang-bintang yang kita anggap wajar, maka kita menemukan massa Bima Sakti mungkin besarnya hanya setengah dari yang saat ini kita yakini," tambah Deason, yang melakukan penelitian ini saat berada di University of Cambridge, Inggris.

Bima Sakti terdiri dari tiga bagian utama: tonjolan pusat, piringan yang relatif datar dan lingkaran yang mengelilinginya.

Deason dan timnya melihat ke luar lingkaran Bima Sakti, yang jauh melebihi 100.000 tahun cahaya lebar piringan galaksi tersebut. Mereka mengukur kecepatan radial dari sampel lingkaran cahaya bintang menggunakan dua instrumen yang berbeda: teleskop European Southern Observatory 8,2 meter di Chili dan 4,2 meter William Herschel Observatory di Spanyol.

Mereka menemukan bahwa dispersi, atau penyebaran, dari kecepatan lingkaran cahaya bintang adalah sekitar setengah yang terlihat untuk bintang yang lebih dekat ke pusat galaksi.

"Kami cukup terkejut ketika menemukan hal ini," kata Deason.

Dengan menggunakan informasi ini, tim menghitung bahwa massa total dari Bima Sakti dari jarak ekstrem tersebut mungkin antara 500 miliar dan 1 triliun kali dari matahari — jauh lebih rendah dari perkiraan saat ini, tutur Deason.

Namun penelitian terbaru ini belum tentu merupakan kesimpulan akhir massa Bima Sakti, yang tidak dipahami dengan baik.

"Masalahnya adalah, kami benar-benar berada di wilayah yang tidak diketahui," kata Deason. "Kami mengasumsikan sifat bintang-bintang itu sama dengan yang berada di bagian dalam galaksi. Dan ini adalah sesuatu yang benar-benar perlu diverifikasi, apa yang kami asumsikan, dalam hal profil kerapatan mereka dan juga seperti apa orbitnya. "

Penelitian di masa depan dengan informasi ini bisa membantu astronom memetakan distribusi massa di seluruh Bima Sakti, tutur Deason, berpotensi muluruhkan cahaya pada materi gelap yang misterius yang diperkirakan membentuk lebih dari 80 persen dari semua benda di alam semesta.

"Saya pikir kami akan mampu menggunakan pengukuran seperti ini tidak hanya untuk menjelaskan apa itu massa total, tapi juga jika distribusi materi gelap merupakan seperti yang kami perkirakan," katanya. "Saat ini, kami belum mengetahuinya."

Banjir Jakarta Bukan Karena Hujan Deras

TEMPO.CO

Photo

Jakarta - Curah hujan yang turun sepanjang dua hari terakhir ternyata lebih kecil jika dibandingkan dengan data curah hujan harian saat terjadi banjir besar pada 2007. Namun dampaknya hampir setara. Luapan Sungai Ciliwung merendam kawasan di Jatinegara dan daerah lain yang dilintasinya. Ini persis sama seperti ketika banjir besar melanda Jakarta lima tahun lalu. 

Secara keseluruhan, banjir merendam hingga 50 kelurahan di Ibu Kota, Selasa lalu. Sampai Rabu 16 Januari 2013, banjir masih bertahan di sejumlah tempat dan memutus ruas jalan, seperti jalan Tangerang-Jakarta di kawasan Ciledug. Total, hampir 10 ribu orang mengungsi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan curah hujan harian tertinggi di Jakarta pada Selasa dan Rabu pagi hanya sekitar 100 milimeter. Angka itu jauh lebih rendah dibanding rekor curah hujan tertinggi dalam satu hari yang terjadi pada Januari 2007 yang mencapai 340 milimeter. Curah hujan sepanjang Januari ini yang diprediksi 300-400 mm juga dianggap masih normal.

Curah hujan di kawasan Puncak juga lebih rendah dibandingkan lima tahun lalu. Pada 2007 lalu, curah hujan selama sebulan di kawasan Puncak bahkan bisa mencapai 640 mm, dengan curah hujan maksimum harian adalah 136 mm.

Sementara sekarang, hujan sepanjang tiga hari lalu jauh lebih sedikit. »Senin sebesar 22,6 mm, Selasa 74,2 mm, dan Rabu 61,4 mm,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Darmaga Bogor, Nuryadi, Rabu 16 Januari 2013.

Ini membuktikan bahwa banjir di Jakarta adalah akibat debit Ciliwung meningkat drastis. Kenaikan debit Ciliwung ini terkait dengan rusaknya kawasan hulu sungai itu di Puncak.

Kepala Pusat Studi Bencana Institut Pertanian Bogor, Euis Sunarti, membenarkan. Menurutnya, meski curah hujan di kawasan hulu Ciliwung-Cisadane lebih kecil, dampak ke Jakarta lebih hebat karena daya serap air di kawasan Puncak, Bogor, sudah semakin lemah. Berdasarkan kajian dengan citra satelit, keseimbangan ekologis kawasan Puncak pada awal tahun ini merosot hingga 50 persen dibanding pada 15 tahun sebelumnya.

Pada saat yang sama, sungai-sungai di Jakarta semakin kehilangan kemampuan mengalirkan air hingga 70 persen karena penyempitan dan pendangkalan. Kondisi ini dan yang terjadi di Puncak bermuara pada banjir di Jakarta yang semakin parah

Presiden SBY Gulung Celana karena Banjir

MERDEKA.COm

Presiden SBY pun gulung celana kena banjir di Istana

Tak cuma obyek-obyek vital di Jakarta yang terkena banjir, Istana Presiden pun juga kena banjir. Bahkan banjir di kompleks Istana mencapai 30 centimeter.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pagi ini pun memantau banjir di Istana. Kepala Negara tampak menggulung celananya yang berwarna abu-abu, didampingi oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan sejumlah staf, Presiden tampak memantau banjir yang menggenangi Wisma Negara.

Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha dalam pesan singkatnya kepada merdeka.com mengatakan, Presiden SBY tidak mempermasalahkan banjir menggenang hingga Istana.

"Tadi sejam lalu, Bapak Presiden meninjau beberapa titik yang terendam cukup tinggi sekitar 30 cm di sekitar Wisma Negara, yang berada di tengah Istana Merdeka dan Istana Negara," kata Juru Bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha dalam pesan singkatnya kepada merdeka.com, Kamis (17/1).

"Namun sekarang telah surut," kata Julian.

Namun demikian, meski kantornya kebanjiran, Presiden SBY tidak mempermasalahkan. Yang penting, menurut SBY rakyat yang juga terkena banjir mendapatkan bantuan.

Presiden tidak masalah Istana banjir. Yang penting rakyat yang terkena banjir segera mendapat bantuan. Presiden telah menginstruksikan KASAD di Istana Merdeka agar jajaran TNI segera bertindak membantu di daerah yang terkena banjir," tutup Julian.