بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 12/24/14
Go Green

Clock Link

Wednesday, December 24, 2014

Pohon Nangka Berbuah Pisang



detik - Jember - Sebuah pohon nangka yang ada di bibir sungai mendadak menjadi perhatian warga Desa Umbulsari, Jember. Pohon dengan buah berusia tiga bulan ini tumbuh tak lazim. Bayangkan saja diantara buah nangka terdapat buah pisang yang melekat dalam satu buah.

Pohon nangka tersebut milik Farid (37), seorang buruh tani yang selama ini menganggap pohon miliknya tidak pernah produktif berbuah. Bahkan saat buah berusia satu bulan, Farid berusaha menutupinya dengan karung, dengan maksud bisa cepat tua dan bisa dipetik.

Namun saat tiga bulan, salah seorang keluarga Farid mimpi buruk. Di dalam mimpinya, dia dikejar seekor macan putih dan lari ke sekitar sungai. 

"Saat lari macan itu menghilang di bawah pohon nangka ini dan tepat di samping buah yang tak lazim ini," cerita Farid, pemilik pohon kepada detikcom di pekarangannya, Senin (22/12/2014).

Dan pagi hari, Farid mencoba membuka penutup buah nangka yang dipasang 2 bulan lalu. Rupanya, buah nangka itu membuat bapak dua anak ini terkejut saat melihat nangka miliknya juga berbuah pisang. Saat itu juga kabar buah nangka tak lazim di rumahnya didengar warga sekitar.

"Saya kaget di sela-sela buah nangka ada buah pisang juga, bahkan buah pisang yang menempel itu sangat menyolok meski dilihat dari jarak jauh," tuturnya. 

Kini buah tak lazim tersebut dibuka penutupnya karena warga banyak yang ingin melihatnya. Bahkan Farid terpaksa memberinya pagar karena banyaknya anak-anak yang melihat dan ingin memegang buahnya.

"Khawatir membusuk jika terlalu banyak yang pegang, jadi saya beri pagar saja," ungkapnya.

Empat Pertanyaan Hendri Tyas Waluyo Sebelum Memilih Islam



REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Ketika aku sedang serius menggeluti pencarian kebenaran ini, datanglah seorang teman yang kebetulan adalah seorang Muslim. Ia dating dan membawa Alquran lengkap dengan terjemahannya. Ia memintaku untuk membaca terjemahan isi Alquran agar aku lebih memahami Islam dari aspek kitab sucinya. 

Aku pun mulai berpikir terbuka. Semua hal yang berhubungan dengan Islam atau Saksi Yahuwa aku kumpulkan dan aku baca serta aku renungkan, hingga hati kecilku meyakini dan membenarkan akan ajaran Islam. Hanya saja saat itu aku belum berikrar masuk Islam karena baru sebatas mengetahui bahwa Islam mengajarkan hal yang benar, saat itu tahun 2008.

Pada tahun 2009 aku pergi meninggalkan Bogor. Kota dengan julukan Kota Hujan ini ternyata tidak cocok bagi orang sepertiku. Aku harus pergi karena pekerjaan yang kulakukan di sana banyak berhubungan dengan dunia yang semu ini. Kemudian aku berpikir untuk pindah ke Cisalak. 

Sejak meninggalkan Bogor, berbagai hal yang berkaitan dengan informasi ruhani terputus disebabkan situasi dan kondisi yang serba terbatas. Tahun 2010 aku berpindah lagi untuk yang kesekian kalinya. Hidupku benar-benar seperti kisah seorang pengelana yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Nomaden, tidak ada tempat untuk menetap. Di tahun inilah aku berpindah ke tempat kakak kandungku di Mampang Jakarta Selatan. Di situlah aku mulai membangun semangat beribadah yang selama ini mulai surut.

Aku yang masih beragama Katolik, terkadang bangun pagi-pagi untuk mengikuti misa harian atau misa pagi yang rutin dilakukan pukul 06.00 WIB. di gereja Santa Maria yang terletak di Blok Q. Di gereja, aku menuangkan segala pemikiran yang selama ini ada padaku. Sekalipun hati kecilku mengetahui bahwa ada kebenaran yang hakiki dalam kehidupan ini, namun aku masih menganut keyakinanku yang lama. 

Keyakinan inilah yang selalu ditanamkan pastor kepadaku, dan kami semua. Inilah yang membuatku sulit untuk meninggalkan agama lamaku karena memang masih ada sisa-sisa keyakinan dalam diriku. Meskipun demikian, aku masih punya keyakinan akan kebaikan yang disebarkan oleh pastor kepada kami yang tidak mudah kami tinggalkan begitu saja, khususnya dalam beribadah yang sudah dibangun sejak kecil serta akan kenangan dalam didikan dan pengajarannya.

Pelan tapi pasti, mungkin inilah yang dapat ku katakan saat keyakinanku akan Katolik mulai berguguran. Pada Misa akhir pekan atau Misa umum, yang pada waktu itu banyak diisi oleh jemaat gereja, timbul pertanyaan kritis dalam benakku, khusunya mengenai adab umat Kristiani yang datang ke gereja. Sungguh berbeda dengan adab ketika umat Muslim berada dan beribadah di Mesjid. 

Setidaknya waktu itu muncul empat pertanyaan dalam benakku; Pertama, mengapa di gereja ketika beribadah beberapa orang dari para jemaah sempat-sempatnya bermain handphone? Padahal mereka kan sedang berhadapan dengan Tuhan. Bila berhadapan dengan sang pencipta langit dan bumi saja sudah seperti itu, bagaimana ketika berhadapan dengan yang lain? Jika berhadapan dengan manusia bisa sesopan mungkin, sedangkan menghadap Tuhan tidak, maka sudah pastilah mereka merendahkan posisi Tuhan dibanding dengan manusia. 

Kedua, mengapa para wanita yang pergi ke gereja banyak mengenakan pakaian yang kurang sopan, apakah Tuhan menyukai ketidaksopanan mereka dalam berpakaian? Lantas inikah yang diajarkan Tuhan kepada hamba-Nya? Sungguh ini adalah sebuah jalan menuju perbuatan dosa. Mereka yang datang dengan mengenakan rok mini dan pakaian ketat malah akan memancing penglihatan para laki-laki sehingga bukan malah beribadah, justru akan membuat mereka berpikiran yang tidak baik selama di dalam gereja. 

Ketiga, mengapa ketika Misa ada yang mengobrol antara laki-laki dengan perempuan, sebenarnya niat mereka itu untuk beribadah atau hanya sarana agar bisa saling curhat di gereja? Jika gereja sama dengan tempat curhat, maka sudah barang tentu gereja akan berubah menjadi tempat hiburan duniawi yang nantinya akan mendatangkan berbagai mudarat bagi manusia. Kempat, mengapa ibadah yang umat Kristiani lakukan itu cenderung pasif. Seperti tidak membawa dampak apapun dalam kehidupan sehari-hari. 

Di gereja hanya bernyanyi, mendengarkan musik, dan jika ada juga mendengarkan khotbah. Ini seakan ada dalam sebuah peseta yang mana ada presenter, ada music dan ada nyanyian. Sungguh ini membuat hatiku bingung dan gundah gulana.

Beranjak dari berbagai pertanyaan inilah hatiku mengalami ketidakpuasan dalam beribadah. Aku mulai mengingat pembelajaran akan Islam yang mengajarkan doa dengan adab dan tata cara yang baik yang dapat menghindarkan diri dari berbuat maksiat. 

Dari buku yang ku baca, Islam mengajarkan tata cara beribadah dengan baik. Dalam ibadahnya, umat Muslim ketika melakukan ibadah yang utama seperti salat, tidak pernah terlihat ada yang bermain handphone. Ini disebabkan jika seorang Muslim bermain handphone ketika ia sedang ssalat, maka batallah salatnya. 

Jelas sekali perbedaannya, jika dalam kebaktian khususnya saat menyanyikan lagu-lagu keruhanian, tidak jarang banyak jemaah yang sibuk dengan handphone mereka. Tidak ada yang membuka aurat, karena itu juga akan mengakibatkan salat mereka tidak sah. Bahkan bila sedikit pun sudah pasti tidak akan sah salatnya, baik laki-laki maupun perempuan. 

Barisan antara laki-laki dan perempuan dibedakan ketika melakukan salat. Laki-laki berada menjadi imam di depan dan berturut barisan berikutnya juga laki-laki sedang kan perempuan berada di barisan setelah laki-laki. Sungguh inilah ibadah yang sebenarnya. Menghormati Tuhan karena Tuhan adalah pemilik semesta alam ini. 

Jadi, cara beribadah seorang hamba harus benar-benar menunjukkan kemuliaan terhadap sang penciptanya.

Ulama yang Izinkan Ucapkan Selamat Natal Harus Syahadat Lagi

Atribut natal
REPUBLIKA.CO.ID,TEBET–Ucapan selamat Natal selalu menjadi kontroversi di kalangan ulama dan masyarakat.
Salah satu pendapat kontra seperti yang disampaikan oleh Koordinator Gerakan Masyarakat  Jakarta KH Endang. “Ulama yang mengizinkan umat Islam mengucapkan selamat Natal harus syahadat lagi,” ujarnya, Selasa (23/12).
Konteksnya, Kiai Endang menyindir mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafi’i Maarif dan pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahudin Wahid yang akrab dipanggil Gus Solah. 
Pelarangan ucapan selamat Natal, ujarnya, sudah ada dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikeluarkan Buya Haji Abdul Malik Karim Amarullah (Hamka) pada 7 Maret 1981. Dalam fatwa itu, umat Islam yang mengucapkan selamat Natal hukumnya haram. 
Dalam fatwa tersebut juga berisi larangan penggunaan atribut Natal. Hingga kini pun, fatwa tersebut belum dicabut. 


Selain menyuruh syahadat lagi, Ketua Umum MUI Din Syamsuddin dimintanya untuk memperdalam agama Islam lagi. “Tanya ke orang yang mengerti,” katanya.

Nonton Film Doraemon Stand By Me FULL



KLIK