بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 06/20/16
Go Green

Clock Link

Monday, June 20, 2016

Jo Cox, Anggota Parlemen Inggris Ditembak Thomas Mair dari Jarak Dekat

Jo Cox, anggota parlemen Inggris, tewas ditembak. Foto: AFP

BRISTALL – Anggota parlemen Inggris Jo Cox, Kamis (15/6), ditembak dan ditusuk Thomas Mair, 52. Penyerangan itu terjadi sesaat setelah Cox menyerap aspirasi konstituennya di perpustakaan Birstall, West Yorkshire. Acara sebagai rangkaian Kampanye referendum Uni Eropa (UE). Politikus dari Partai Buruh tersebut langsung dilarikan dengan helikopter ke rumah sakit Leeds General Infirmary. Sayang, nyawanya tidak tertolong. 

”Kita telah kehilangan seorang bintang besar. Dia adalah anggota parlemen yang mampu berkampanye dengan luar biasa dan memiliki kasih sayang yang besar dengan hati yang lapang. (Kematiannya) ini adalah berita yang mengerikan,” ujar Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron. Cox pernah bekerja sebagai salah satu juru kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada Pilpres 2008.

Saksi mata menyatakan, sebelum serangan terjadi, ibu dua anak itu sempat beradu mulut dengan Mair di area depan gedung perpustakaan. Tidak ada yang tahu isi perdebatan tersebut, namun diperkirakan terkait dengan Brexit (British Exit, Red), yaitu rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE). Cox selama ini tidak mendukung Brexit dan mengampanyekan agar Inggris tetap bersama UE. 

Hithem Ben Abdallah, 56, salah seorang saksi mata, menceritakan bahwa Mair memukul, menendang, dan menarik rambut Cox. Seorang petugas kebersihan berusaha melerai dan menyelamatkan Cox. Namun, dia tidak berdaya setelah pelaku mengeluarkan pistol dari tasnya dan menembak perempuan 41 tahun itu sebanyak tiga kali. 

”Kejadian ini berlangsung sekitar 15–20 menit,” ujar Abdallah. Tidak cukup di situ, Cox juga ditusuk dengan menggunakan pisau. Pelaku diketahui meneriakkan kalimat Britain First sebelum menembak Cox. Mair akhirnya bisa dilumpuhkan dan ditahan. Hingga detik ini, motif pelaku belum diketahui. Polisi masih menyelidiki hal itu. 

Kelompok ultranasionalis Britain First mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut dan tidak mengenal Mair. Berdasar penyelidikan sementara, Mair ditengarai menggandrungi organisasi neo-Nazi. 

Dia diketahui membeli buku terkait neo-Nazi dan membuat senjata serta bahan peledak. Senjata yang digunakan untuk merenggut nyawa Cox dirakit sendiri. Berbeda dengan AS, aturan kepemilikan senjata di Inggris sangat ketat. Selain itu, serangan terhadap figur publik sangat jarang terjadi. 

”Dia memiliki sejarah sakit mental, tapi telah mendapatkan pengobatan. Kakak saya bukan orang yang kasar dan tidak begitu tertarik dengan politik,” ujar adik pelaku, Scott Mair. Serangan terhadap Cox itu membuat pengamanan terhadap legislator dipertanyakan. Di area gedung parlemen di Westminister, mereka dijaga cukup ketat. Polisi bersenjata berpatroli di pintu masuk, koridor, dan hall. 

Namun, ketika berkunjung kepada konstituen maupun distrik pemilihannya, para legislator tersebut tidak dijaga. Anggota parlemen kerap menerima perlakuan kasar di media sosial. Cox pernah mengajukan laporan ke polisi setelah menerima semacam ancaman. Seorang pria sempat ditahan sebelum akhirnya dibebaskan. 

Pasca penembakan Cox kali ini, parlemen mengeluarkan saran penjagaan keamanan bagi anggotanya. Mereka diminta untuk menghubungi polisi jika ada yang dikhawatirkan terkait keselamatan mereka. 

Kematian Cox membawa duka bagi semua pihak. Downing Street dan Buckingham Palace mengibarkan bendera setengah tiang. Kampanye referendum juga ditunda lebih dahulu tanpa pemberitahuan kapan bakal dimulai lagi. Referendum untuk memutuskan tetap bersama UE atau melepaskan diri dilakukan pada 23 Juni mendatang. 

Rapat parlemen yang seharusnya berlangsung Senin mendatang (20/6) juga ditunda untuk menghormati Cox. Rencananya, Ratu Elizabeth akan menuliskan surat belasungkawa secara pribadi kepada Brendan, masyarakat umum, dan para legislator. 

”Jo menginginkan dunia yang lebih baik dan dia berjuang untuk itu setiap hari dalam hidupnya dengan energi dan semangat hidup,” ujar Brendan, suami Cox. Brendan menambahkan, dirinya yakin saat ini istrinya hanya menginginkan dua hal. Yaitu, agar dua anaknya dilimpahi dengan kasih sayang dan semua pihak bersatu untuk memerangi kebencian yang akhirnya merenggut nyawanya.(Reuters/AFP/The Guardian/sha/c6/any)

Gaya 'Centil' Ronaldo

Beragam Ejekan di Dunia Maya tentang Gaya 'Centil' Ronaldo

VIVA.co.id – Nasib sial yang harus dialami kapten tim nasional Portugal, Cristiano Ronaldo, saat gagal menendang penalti ke gawang Austria, rupanya terus disoroti oleh penggemar sepakbola sejagat. Kini, akibat buruknya eksekusi tersebut, sang bintang pun jadi bahan celaan di dunia maya akibat bahasa tubuhnya dengan gaya ‘feminin’.
CR7 membuang peluang mencetak gol lewat titik penalti, saat bersua Austria di laga penyisihan Grup F Piala Eropa, Sabtu 18 Juni 2016 (Minggu dini hari WIB). Akibatnya, Seleccao das Quinas hanya mampu bermain imbang 0-0 di Parc des Princes, Paris.
Melawan Austria, Portugal sebenarnya berpeluang menang setelah mendapat hadiah penalti di menit ke-79. Sayangnya, Ronaldo yang ditunjuk menjadi eksekutor, gagal menunaikan tugas.
Tak ayal, kegagalannya itu seolah menjadi bumerang dalam menghadapi tekanan sebagai figur andalan Portugal. Beberapa tweet di antaranya coba memparodikan gaya “centil” Ronaldo yang tak berkutik di laga tersebut.
Bahkan dalam sebuah video yang terekam dalam akun Twitter, @FootyHumourmemuat komentar pedas bek Austria, David Alaba, tentang penyerang Real Madrid itu.
Berikut deretan tweet menarik yang merespons kegagalan penalti Cristiano Ronaldo  di laga kontra Austria: