بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 06/11/14
Go Green

Clock Link

Wednesday, June 11, 2014

Bruce Campbell Tinggal di Pesawat Bekas

Bruce Campbell adalah seorang insinyur listrik yang mengubah Boeing 727 bekas jadi tempat tinggal. Kini rumah pesawatnya itu berada di Portland, Oregon. Campbell adalah satu dari sedikit orang di dunia yang mengubah pesawat-pesawat bekas menjadi tempat tinggal atau proyek kreatif lainnya. Namun juru bicara Asosiasi Daur Ulang Maskapai Pesawat tak bisa menghitung secara resmi berapa banyak pesawat yang dipakai ulang dengan cara seperti ini. (Reuters)


s

GWK Bakal Menjadi Patung Tertinggi di Dunia


Patung GWK akan memiliki tinggi 75 meter
Patung Wisnu bagian dari GWK
Patung Wisnu
Patung Garuda Wisnu Kencana [GWK] yang dibuat oleh seniman I Nyoman Nuarta akan menjadi bagian dari kelompok patung tertinggi di dunia.
Patung ini akan memiliki tinggi 75 meter dengan lebar 66 meter. Bahan pembuatnya terdiri dari tembaga dan kuningan untuk kulit patung. Stainless steel di bagian rangka kulit patung. Serta stainless steel dan Galvanize untuk rangka pengaku kulit patung.
Pembuatan patung yang dimulai sejak tahun 1997 ini sempat tertunda karena masalah dana. Sehingga vakum dari tahun 2003-2012. Kini sejak Januari 2013, I Nyoman Nuarta mulai melanjutkan lagi cita-citanya ini.
Bersama investor baru [Alam Sutera], I Nyoman meyakini patung Garuda Wisnu Kencana akan selesai sebelum 2016 berakhir. “Saat ini pekerjaan sudah mencapai 50 persen,” ujar I Nyoman Nuarta di NuArt Scuplture Park, Sutra Duta Kencana, Sarijadi-Bandung. ”Dan kita masih punya dua tahun lebih. Tapi saya yakin satu tahun lagi selesai.”
Perkembangan
Dari pengerjaannya di tahun 1997 sampai 2003 dan kemudian dilanjutkan di tahun 2013 hingga saat ini, sudah ada 329 modul [1 modul ukurannya 3x4 meter] yang sudah selesai dikerjakan. Di Bali [GWK Culture Park] sudah ada sekitar 200 modul. Di sini [NuArt Bandung] ada 121 modul. Dan pengiriman selanjutnya akan dilakukan esok [10/06] yaitu, bagian ekor garuda.

Bila patung GWK telah selesai ini akan menjadi patung terbesar di Indonesia. Dan ia akan menyimbolkan misi penyelamatan lingkungan dan dunia.
Dan kemegahan patung ini dapat dilihat dalam radius pandang 20 km, seperti dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot.
Sampai dengan kini, jumlah wisatawan ke GWK Culture Park terus meningkat dan diperkirakan pada 2016 nanti ketika patung GWK berdiri tegak, akan ada lebih kurang enam ribu pengunjung setiap harinya.
I Nyoman Nuarta
I Nyoman Nuarta
Sekilas mengenai I Nyoman Nuarta
I Nyoman Nuarta [62] merupakan salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru. Lulusan ITB [Institut Teknologi Bandung] jurusan seni patung ini mulai populer setelah pada tahun 1979 memenangkan Lomba Patung Proklamator Republik Indonesia.

Di antara banyak karyanya yang menjadi kebanggaan Indonesia adalah Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan Monumen Proklamasi Indonesia di Jakarta.«[teks dan foto@bartno]
s

Anak Tukang Becak ini Lulus dengan IPK 3,96



TEMPO.COSemarang - Raeni, wisudawati Universitas Negeri Semarang, datang ke lokasi acara wisuda dengan menggunakan becak yang dikendarai oleh ayahnya, Mugiyono, Selasa, 10 Juni 2014. Kedatangan Raeni menjadi perhatian seluruh peserta wisudawan dan para keluarga. Maklum, Raeni, mahasiswa jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) ini, lulus dengan predikat cum laude terbaik nyaris sempurna, yakni 3,96.  
Meski diantar becak, Raeni tidak malu. Mugiyono memang setiap hari mencari nafkah dengan menjadi tukang becak. Dia mangkal di Kelurahan Langenharjo, Kendal, tak jauh dari rumahnya.
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Dia juga mencari sambilan dengan bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.
"Penghasilan tukang becak tak menentu. Sekitar Rp 10 ribu–Rp 50 ribu," ujar Mugiyono, seperti dikutip di situs resmi Universitas Negeri Semarang, unnes.ac.id, Rabu, 11 Juni 2014.
Meski dari keluarga kurang mampu, Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Penerima beasiswa Bidikmisi ini beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawan terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96.
»Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Penginnya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi,” kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut. (Baca juga:Nathania, Tunarungu yang Lulus Cum Laude)
Tentu saja cita-cita itu didukung ayahandanya. Ia mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah agar bisa menjadi guru sesuai cita-citanya.
»Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon,” kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.
Rektor Universitas Negeri Semarang Fathur Rokhman mengatakan apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi. (Baca juga: 14 Wisudawan UI dari Keluarga Prasejahtera Raih Cum Laude)
»Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai saat ini Unnes menyediakan 26 persen dari jumlah kursi yang dimilikinya untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni,” katanya.
Ia bahkan yakin tak lama lagi akan terjadi kebangkitan kaum dhuafa. »Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin Republik ini,” katanya.
Harapan itu terasa realistis karena jumlah penerima Bidikmisi lebih dari 50.000 per tahun. Unnes  menyalurkan setidaknya 1.850 Bidikmisi setiap tahun.

Lulusan SD di Medan akan Diwajibkan Punya Ijazah Madrasah



MERDEKA.COM. Siswa sekolah dasar, yang beragama Islam, di Kota Medan diwajibkan mendapat porsi pendidikan agama lebih banyak. Pasalnya, DPRD Medan mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) Tentang Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA), Selasa (10/6).


Regulasi ini mewajibkan siswa yang beragama Islam mengikuti pelajaran MDTA saat duduk di bangku SD. Ijazah madrasah itu nantinya akan menjadi salah satu syarat wajib untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP.



"Jika calon siswa SLTP belum memiliki ijazah MDTA, dapat mengikuti pelajaran yang diselenggarakan sekolah tujuannya secara khusus atau diikutsertakan pada MDTA terdekat minimal selama 1 tahun," kata Ketua Pansus Perda MDTA Ahmad Arif.



Lalu, khusus bagi calon siswa SLTP asal luar Kota Medan dan tidak memiliki ijazah MDTA, tetap dapat diterima. Namun, yang bersangkutan wajib belajar MDTA minimal 2 tahun di sekolah tujuan atau diikutsertakan pada MDTA terdekat.



Sementara itu, bagi calon siswa SLTP yang berasal dari Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD-IT) dapat diterima dengan ketentuan SD-IT tersebut memuat kurikulum Alquran, Hadits, Aqidah, Akhlak, Fikih dan Tarikh. Bagi calon siswa yang berasal dari sekolah full days school juga harus memuat kurikulum Alquran, Hadis, Aqidah, Akhlak, Fikih dan Tarikh dalam muatan pendidikan agama Islam.



Regulasi ini baru berlaku efektif mulai 4 tahun mendatang. "Tenggat waktu itu diberikan karena kita memperhitungkan periode 4 tahun sebagai waktu belajar peserta didik untuk mendapatkan ijazah MDTA," jelasnya.



Pengesahan dan penandatanganan Perda MDTA dilakukan Pimpinan DPRD Medan bersama Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan Dzulmi Eldin dalam rapat paripurna di Gedung DPRD Medan, Jalan Maulana Lubis, Medan, Selasa (10/6). "Tujuan perda ini untuk memberi bekal kemampuan agama kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya yang berilmu, beriman, bertakwa, beramal saleh dan berakhlak mulia," ucap Eldin.



Dia menambahkan, MDTA dapat diselenggarakan organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah, atau pemerintah daerah. Kegiatannya dapat dilakukan pada pagi atau sore hari di pondok pesantren, gedung mandiri, gedung sekolah secara mandiri atau dapat dilaksanakan secara terpadu dengan sekolah. "Penyelenggara wajib memiliki izin yang diterbitkan Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku," ujar Eldin. 



Kurikulum yang dipakai dalam penyelenggaraan MDTA meliputi kurikulum inti yang terdiri dari mata pelajaran Alquran, Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (Tarikh), Bahasa Arab dan praktik ibadah.

Aliando Bangun Masjid

BEBERAPA waktu lalu, Aliando Syarief pernah mengutarakan niatnya untuk membangun masjid.
Impian itu akhirnya terwujud. Masjid yang dia cita-citakan, yang dibangun dari uang kerja kerasnya, telah selesai dibangun.
Hal ini diumumkan pemeran Digo di Ganteng-ganteng Serigala melalui akun Instagram.
"Allhamdulilah masjid an-nur sudah selesai di bangun .. yuk semua nya sholat di masjid saya dan keluarga saya .. semoga bermanfaat," tulis Aliando di akun Instagram, Rabu (11/6).


Aliando pernah bercerita masjidnya bertempat di Karawang.
Wah, jadi pengen shalat diimami Aliando. Eh, tapi dengan kesibukan dia saat ini, sepertinya Aliandotak bisa terlalu sering berkunjung ke sana. (ray/gur)
http://www.tabloidbintang.com/

Kyle Jones Pacari Nenek Berusia 90 Tahun


Ekstrim, Pria 30 Tahun Ini Pacari Nenek Berusia 90 Tahun!

DREAMERSRADIO.COM - Perbedaan usia yang cukup jauh di antara pasangan kekasih atau suami-istri mungkin sudah terbiasa kita lihat, namun berbeda dengan pasangan satu ini yang sukses membuat publik terkejut karena perbedaan usia yang cukup ekstrim.
Dilansir Daily Mail, seorang pria bernama Kyle Jones  asal Augusta, Georgia berusia 31 tahun diketahui menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih dengan seorang nenek berusia 91 tahun bernama Marjorie McCool, yang menandakan perbedaan usia 60 tahun!
Kyle memang mengaku telah berkali-kali memacari beberapa wanita pensiunan di waktu yang bersamaan dan bahkan membawa mereka untuk dipertemukan dengan sang ibu yang berusia lebih muda dari kekasihnya, yaitu 50 tahun. Dan dalam 5 tahun terakhir, Kyle memacari Marjorie.
Meski berbeda 60 tahun, namun keduanya mengaku masih aktif melakukan hubungan intim dan masih mesra satu sama lain. “Setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda, beberapa orang memilih berambut pirang, beberapa suka rambut cokelat, dan aku suka wanita tua,” tutur Kyle.
Kyle mengaku telah mendekati wanita lanjut usia ketika usianya 18 tahun dan memulai hubungan seksual dengan wanita berusia 50 tahun. Kini Kyle menggunakan website kencan untuk bertemu dengan para wanita tersebut. Ia mengatakan, “Kebanyakan, rata-rata umur yang aku dekati adalah antara 60 hingga 80 tahun.”
Di tahun 2009, Kyle pun bertemu dengan Marjorie di toko buku dan langsung bertanya di manakah ia tinggal dan meminta nomor ponselnya. Marjorie yang sudah 37 tahun bercerai dan memiliki 6 orang anakpun langsung setuju untuk berpacaran, meski Kyle sebenarnya tak hanya memiliki satu kekasih.
“Awalnya aku cemburu karena ia juga memiliki kekasih yang lain, tetapi ia terus mengatakan bahwa aku adalah yang terbaik dan terus kembali padaku. Hubungan kami sangat hebat, ia benar-benar membuatku merasa luar biasa,” tutur Marjorie.  
Ia melanjutkan, “Ketika orang-orang melihat kami, mereka berpikir bahwa ia adalah anakku, atau bahkan cucuku.” Kyle bahkan tak masalah dengan wajah Marjorie yang kini tak lagi muda dan penuh keriput dengan mengatakan, “Aku sangat suka garis leher dan keriput (yang dimiliki Marjorie).”
Banyak dikritik karena dianggap mengejar uang dari para wanita tersebut, Kyle pun membantah dengan mengatakan, “Itu sama sekali tidak benar. Aku melakukan ini karena aku menyukainya dan mereka juga."
Ibunda Kyle, Ceceila Jones Clark yang berusia 50 tahun bahkan tak merasa aneh dengan perilaku sang anak dan menuturkan, “Aku rasa banyak anak-anak yang jatuh cinta pada guru mereka, jadi itu tak aneh bagiku.” Wah, gimana menurutmu, Dreamers?
(ctr/pic: Daily Mail)

Kesaksian Agum Gumelar dan Fachrul Razi tentang Pemecatan Prabowo



MERDEKA.COM. Dua jenderal purnawirawan akhirnya angkat suara tentang pemecatan Prabowo Subianto dari TNI. Mereka adalah Jenderal TNI (purn) Agum Gumelar dan Letnan Jenderal TNI (purn) Fachrul Razi. Dua orang ini bukan sembarang jenderal. Agum adalah mantan Komandan Jenderal Kopassus yang pernah menjadi atasan langsung Prabowo, sedangkan Fachrul adalah mantan anggota Dewan Kehormatan Perwira yang memeriksa dan memvonis bersalah Prabowo atas penculikan sejumlah aktivis pro-demokrasi pada tahun 1998 lalu, di penghujung rezim Orde Baru Soeharto. Tak cuma itu, mereka pun telak-telak menyatakan bahwa Prabowo yang kini menjadi calon presiden adalah perwira yang sering melakukan tindakan indisipliner. 

Tonton video kesaksian mereka di link ini.


DR Muhammad Yahya Waloni, Mantan Pendeta Jadi Dai Ceramah Keliling Indonesia



TRIBUNNEWS.COM, MUARAENIM - Berdakwah berkeliling Indonesia dengan cara menyetir mobil sendiri, mungkin baru dilakukan oleh DR Muhammad Yahya Waloni yang notabene seorang mantan pendeta.
Dan untuk menghidupi keluarganya ia tidak segan-segan menjual buku hasil tulisannya yang merupakan pengalaman perjalanan spritualnya hingga menjadi mualaf memeluk agama Islam.
Hal tersebut terungkap dalam kegiatan tabliq akbar yang digelar oleh Ponpes Darussaadah Muaraenim, Rabu (11/06/2014).
Hadir dalam kesempatan itu, Sekda Muara Enim H Taufik Rahman SH, ketua YKISS H Nurdin Masyir BA, pimpinan ponpes Darussaadah Taufik Hidayat S Ag, ibu-ibu pengajian forsapss, pelajar dan tamu undangan lainnya.
Dalam kesempatan itu, DR Muhammad Yahya Waloni, mantan Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Sorong, Irian Jaya, Papua ini menceritakan bahwa, secara resmi ia menjadi mualaf, mengucapkan dua kalimah syahadat memeluk agama Islam pada 11 Oktober 2006.
Sejak itu juga, ia mulai mengabdikan dan mendedikasikan diri untuk menyebarkan agama Islam dengan cara berdakwah keliling Indonesia.
Dan perlu diketahui, dirinya mualaf bukan karena ingin menikah, ikut-ikutan dan sebagainya, tetapi dirinya mualaf karena telah mempelajari secara keilmuan baik dengan alkitab maupun sains tekhnologi.
“Kalau saya mengartikan, saya ini bukan mualaf tapi kembali kepada fitrah (kesucian) kembali ke Islam. Sebab pada hakikatnya manusia saat di kandungan, sudah memiki penjanjian dengan Allah SWT dan ini diabadikan dalam Al quran. Jadi setelah mendapatkan hidayah, saya kembali kepada Islam,” tambah ayah tiga anak ini.
Dikatakan Yahya, setelah 16 tahun menjadi pendeta, iapun menyatakan diri menjadi muallaf.
Kemudian diikuti oleh isteri dan ketiga anaknya, serta ayahnya, namun ibunya belum sempat karena keburu meninggal sebelum dirinya menjadi mualaf.
Namun dua saudara kandungnya hingga sekarang belum mengikuti jejaknya memeluk agama Islam.
Sebelum menjadi mualaf namanya Yahya Waloni, kemudian ditambah di depannya Muhammad Yahya Waloni, sedangkan isteri sebelumnya bernama Lusiana diganti menjadi Muthmainnah, begitu juga dengan ketiga nama anaknya. semuanya diganti dengan nama Islami
Dan selama menjadi pendeta hingga memegang jabatan prestesius sebagai Rektor UKI Papua, tentu sudah ribuan pendeta yang telah diwisudanya.
Kehidupannya cukup mewah dan berkecukupan karena semua digaji dan ditanggung oleh dewan gereja dunia.
Namun semuanya itu, ia tinggalkan sebab hidup tidak ada artinya kalau penuh dengan kesesatan. Ia rela hidup sederhana asalkan mati dalam keimanan.
Bahkan Jauh sebelum resmi memeluk agama Islam, ia sudah mempelajari tentang keislaman dari berbagai referensi dan ternyata semuanya menuju kepada kebenaran Islam dan kitabnya Alquran.
Selain itu juga, Yahya, mengajak kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan, dengan penuh keimanan kepada Allah SWT, agar semua dosa-dosa yang telah lalu dihapuskan oleh Allah SWT. Dan mudah-mudahan di bulan tersebut, mendapatkan barokah dan bisa bertemu dengan lailatul Qodar.
Mantan Pendeta1,2 : Tampak DR Muhamad Yahya Waloni yang seorang mantan pendeta memberikan pencerahan dan dakwah tentang pengalaman perjalanan spritualnya hingga menjadi mualaf memeluk agama Islam, pada kegiatan tabliq akbar yang digelar oleh Ponpes Darussadah Muaraenim, Rabu (11/6)

Seminggu Masa Kampanye, Elektabilitas Prabowo-Hatta Melesat

Seminggu Masa Kampanye, Ekektabilitas Prabowo-Hatta Melesat

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan Presiden 2014 yang tinggal tiga minggu lagi mulai memasuki tahapan yang semakin mendebarkan. Waktu untuk menentukan masa depan bangsa lima tahun ke depan semakin dekat waktunya.
Bersamaan dengan itu, persetujuan dan dukungan publik terhadap pasangan Prabowo-Hatta semakin meningkat eskalasinya.
Dimulai dengan ribuan massa yang mendatangi Rumah Polonia sebagai Sekretariat Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta mendeklarasikan dukungan mereka kepada Prabowo-Hatta.
Dukungan mengalir dari seluruh lapisan masyarakat dan penjuru Indonesia.
Di tengah-tengah begitu derasnya dukungan tersebut, arus dukungan kepada Prabowo-Hatta terbukti dengan melesatnya elektabilitas Prabowo-Hatta secara signifikan menjelang Pemilihan Presiden 2014.
Hal ini berdasarkan kepada analisa yang dilakukan tim Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) yang dihimpun dari beberapa hasil survey terkini, Fokus Survei Indonesia (FSI) Survei dan Polling Indonesia (SPIN), Lembaga Survei Indonesia (LSI), Populi Center, dan Pusat Data Bersatu (PDB).
 
Jajat Nurjaman, Direktur Eksekutif NCID, mengatakan bahwa salah satu alasan semakin menanjaknya elektabilitas Prabowo-Hatta disebabkan oleh sudah mulai bosannya masyarakat dengan gaya pencitraan yang dilakukan pasangan Jokowi-JK, serta cara tim suksesnya yang cenderung selalu memojokan pasangan lain.
 
Berikut hasil survei terbaru elektabilitas pasangan capres-cawapres; 
  • FSI (Prabowo-Hatta 45,7% dan Jokowi-JK 45,2%), 
  • SPIN (Prabowo-Hatta 44,9% dan Jokowi-JK 40,1%), 
  • Lembaga Survei Indonesia (LSI) (Prabowo-Hatta 35% di DKI, 33,53 di Banten dan Jokowi-JK 30,66% di DKI, 26,25% di Banten), 
  • Populi Center (Prabowo-Hatta 36,9% dan Jokowi-JK 47,5%)
  • PDB (Prabowo-Hatta 26,5% dan Jokowi-JK 32,2%)
 
Budi Purnomo, Direktur Komunikasi dan Media Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, mengatakan dirinya bersyukur dengan dukungan publik tersebut.
"Kami terutama sangat bersyukur, bahwa di tengah-tengah begitu banyak tudingan terhadap kami mengenai kampanye hitam yang menghantam kami, ternyata masyarakat tidak terpancing dengan isu-isu yang sengaja diciptakan untuk menjatuhkan Prabowo-Hatta. Belum lagi kami bersyukur masyarakat kemudian mampu melihat komitmen dan profesionalitas kami dalam melaksanakan kampanye yang damai dan bersih dari kampanye hitam," tegas Budi.

Sepakbola Damaikan Konflik Kristen-Islam di Ambon


MERDEKA.COM. Pertikaian berdarah antara warga muslim dan kristen di Ambon, Maluku, pada awal reformasi dapat mereda justru bukan lewat campur tangan negara, melainkan atas inisiatif warga. Lebih istimewa lagi, itu semua dimulai dari lapangan hijau.
Itu yang disodorkan novel "Jalan Lain ke Tulehu: Sepakbola dan Ingatan yang Mengejar" karya sang penulis Zen Rahmat Sugito, atau biasa disapa lewat nama pena Zen RS ini.
Novel terbitan Bentang Pustaka ini adalah bagian lain yang melengkapi peluncuran film "Cahaya dari Timur: Beta Maluku", disutradarai Angga Sasongko, dengan cerita juga menyoal sepakbola di Tulehu. Produser sekaligus pemrakarsa proyek ini adalah penyanyi tenar Glenn Fredly.
Dalam buku terbit Mei 2014 tersebut, Zen mengaku mengumpulkan cerita-cerita yang sungguh terjadi, selama melakukan riset di Ambon Juni hingga Juli tahun lalu.
Zen tertarik dengan kisah hidup warga Tulehu, kampung muslim di pesisir timur Pulau Ambon yang dikenal sebagai gudangnya pemain bola berbakat. Pemain nasional lahir dari kampung itu contohnya Rahel Tuasalamony, Rifai Lestaluhu, atau Chairil Anwar Ohorella.
Salah satu fakta paling menarik dari desa gila bola itu muncul ketika konflik berdarah Ambon mendekati titik nadir. Warga Tulehu menyerang warga Kristen di Waai, desa tetangga.
Imbasnya, warga nasrani tinggal di pulau seberang Tulehu, misalnya Masohi, tak ada yang berani lewat kampung pesepakbola ini bila ingin ke Ambon. Semua harus melewati pesisir utara dengan biaya lebih mahal.
Ketegangan mereda justru setelah memasuki akhir 2000, warga Tulehu menggelar turnamen sepakbola, diikuti pemain dari daerah lain, muslim maupun kristen. Sejak pertandingan antar kampung ini berakhir, warga pulau-pulau seberang berani menjejakkan kaki di Tulehu kembali.
"Warga Tulehu seperti coba menebus dosanya, dengan cara main bola," kata Zen dalam konferensi pers peluncuran bukunya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin (9/6).
Dari fakta-fakta menarik berkaitan dengan sepakbola di Jazirah Leitimur itulah, novel "Jalan Lain ke Tulehu" ditulis. Cerita berpusat pada seorang wartawan bermasalah asal Jakarta bernama Gentur bertugas meliput konflik Ambon.
Lantaran satu dan lain hal, sang wartawan lantas terjebak hingga terpaksa menepi sejenak di Tulehu. Gentur lalu berkenalan dengan Said, pelatih sekolah sepakbola setempat, dengan segala permasalahan hidupnya.
Di sana, tokoh utama melihat sepakbola merupakan daya hidup para warga. Lebih jauh lagi, permainan bola kaki ini berhasil mempersatukan warga Ambon dari pelbagai latar belakang suku, agama, sampai ras. Misalnya, soal fanatisme nyaris seluruh orang Maluku terhadap tim nasional Belanda.
Separuh lebih buku ini berisi soal bola dalam keseharian warga Maluku. Kendati demikian, penulis bermukim di Bandung itu mengaku tetap membahas situasi seputar konflik dipicu isu agama bermula pada 19 Januari 1999 itu.
Contohnya, imbuh Zen, sentimen warga selama masa konflik yang menganggap orang Ambon kristen sebagai pendukung Republik Maluku Selatan. Sebaliknya, orang Islam dianggap pro-NKRI.
"Novel ini ingin membahas itu, apa sih rasanya menjadi Indonesia justru di saat konflik," ujarnya.
Walau sama-sama proyek yang dikepalai Glenn Fredly, Zen menilai bukunya bukan adaptasi dari skenario film tayang di bioskop Indonesia 19 Juni mendatang itu.
"Novelnya bercerita tentang kejadian saat konflik, sedangkan filmnya tentang persiapan tim sepakbola Maluku setelah konflik. Jadi bukan adaptasi, tapi harus dibaca sebagai prekuel," urainya.
Dalam kesempatan yang sama, Glenn bercerita bahwa cita-cita membuat film dan novel terkait konflik Ambon sudah diikrarkan sejak 2010. Didapatlah ide mengangkat cerita hidup Sani Tawainela, pelatih asal Tulehu yang mempersatukan anak-anak muda Maluku dalam tim untuk bertanding di Jakarta.
Ilham didapat musisi 38 tahun ini hasil diskusi dengan Angga, sang sutradara. Zen pun diminta Glenn bergabung menulis novel yang melengkapi kisah tersebut dari sisi berbeda.
"Saya ingin dua orang bukan Maluku ini membuat novel dan filmnya, untuk mewakili pemikiran lebih luas, supaya lebih berimbang. Kalau Glenn yang membuatnya, bisa tidak berimbang dalam melihat konflik itu," kata pria berdarah Ambon, lama tinggal di Jakarta ini.
Angga Sasongko menambahkan, film yang dia buat, dilengkapi novel dari Zen RS, diharapkan mengingatkan masyarakat bahwa negara ini pernah dirundung konflik yang mengerikan akibat hal sepele.
Tapi bukan buat meratap saja. Sebab, bangsa ini sekaligus mahir memulihkan luka bersama lewat jalan yang terkesan main-main: sepakbola.
"Ketika negara tidak mampu menangani, masyarakat yang langsung turun tangan. Kita bangsa yang mahir dalam persoalan resiliensi nasional. Ini kekuatan kita," kata Angga.
Glenn menuturkan, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mendukung niatnya mengangkat cerita sepakbola yang menyerempet ingatan masa lalu soal konflik merenggut setidaknya 9.000 korban tewas itu.
Dia yang pada masa perang antar warga menyempatkan pulang ke kampung halaman leluhurnya, merasa terpanggil mencari cara mendamaikan seluruh kubu bertikai.
"Apa yang terjadi di Maluku, bisa menjadi ingatan buat dunia tentang mahalnya perdamaian. Kita pernah punya proses semacam itu."