بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 04/21/12
Go Green

Clock Link

Saturday, April 21, 2012

Misteri Bunga Untuk Menghidupkan Orang Mati

sumber : http://spotmenarik.blogspot.com/2012/02/misteri-bunga-untuk-menghidupka-orang.html



Benarkah bunga Tian Shan Xue Lian dapat menghidupkan orang mati? atau hanya sebuah Legenda yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya?


Bunga Tian Shan Xue Lian adalah bunga yang hidup diatas puncak gunung bersalju yang mempunyai khasiat dapat menyembuhkan segala jenis penyakit. Dan merupakan salah satu bahan baku dalam resep pengobatan China.

Legenda Bunga Tian Shan Xue Lian yang disebut juga bunga Xin Jiang Xue Lian atau Teratai Salju, telah di temukan beberapa abad yang lalu sejak zaman Dinasti Han. Dalam sejarah pengobatan, Bunga Tian Shan Xue Lian merupakan ingredient yang sangat mahal harganya karena susah didapatkan namun mempunyai khasiat yang menakjubkan. Diantaranya dapat menyembuhkan penyakit rheumatoid arthritis yang dahulu kala sangat susah disembuhkan.

Bunga Tian Shan Xue lian bukan hanya legenda. Karena pada tahun yang lalu beberapa ilmuwan dari hongkong telah mencoba menelitinya lebih lanjut dan berharap bisa membuktikan bahwa legenda bunga Tian Shan Xue Lian yang dapat menghidupkan orang mati.






Foto Gunung Erupsi atau Meletus

sumber: kaskus.us


Alam memang menyimpan banyak keindahan. Dimulai dari yang terkecil hingga yang terbesar. Namun tak jarang juga jika alam sedang marah, malah menampilkan keindahannya. Dan berikut beberapa foto erupsi gunung berapi.











































BERBAGI KECERIAAN SETELAH LULUS (PICTURES)

sumber: kaskus.us











Kartini Dipengaruhi Yahudi, Jangan Jadikan Idola

sumber: http://www.v%2Aa-islam.com/counter/liberalism/2012/04/21/5268/ra-kartini-dalam-pengaruh-pemikiran-yahudi-theosofi-dan-pluralisme/




Kebanyakan orang yang menjadikan Kartini sebagai ikon perjuangan perempuan Indonesia, tak melihat sisi lain dari pemikirannya yang sangat berbau Theosofi dan kebatinan. Padahal, banyak tokoh wanita lain yang hidup semasa dengannya, yang berjuang secara nyata dalam dunia pendidikan, bukan dalam wacana surat menyurat seperti yang dilakukan Kartini. 

Kebanyakan orang yang menjadikan Kartini sebagai ikon perjuangan perempuan Indonesia, tak melihat sisi lain dari pemikirannya yang sangat berbau Theosofi dan kebatinan. Padahal, banyak tokoh wanita lain yang hidup semasa dengannya, yang berjuang secara nyata dalam dunia pendidikan, bukan dalam wacana surat menyurat seperti yang dilakukan Kartini. 

RA Kartini Dalam Pengaruh Pemikiran Yahudi, Theosofi dan Pluralisme

TANGGAL 21 April dikenal sebagai Hari Kartini. Hampir semua perempuan di Indonesia, termasuk kaum muslimah, yang ikut-ikutan memperingati hari tersebut tanpa mengetahui latar belakang sejarahnya yang jelas. Siapa sesungguhnya Kartini? Siapa orang-orang yang mempengaruhinya? Bagaimana corak pemikirannya?

Peringatan Hari Kartini sering diikuti beragam acara yang mengedepankan emansipasi perempuan, kesetaraan gender, perjuangan feminisme, dan lain-lain. Kartini, dianggap sebagai ikon bagi perjuangan perempuan dalam persoalan tersebut. Kartini sering disebut sebagai ikon pendobrak bagi kemajuan perempuan Indonesia dan diakui secara resmi oleh pemerintah sebagai Pahlawan Nasional dengan Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 108 tahun 1964.

Kartini lahir di desa Mayong, sebelah barat Kota Kudus, Kabupaten Jepara. Sebagai anak seorang bupati, Kartini hidup dalam keluarga yang berkecukupan. Saat kecil, Kartini dimasukkan ke sekolah elit orang-orang Eropa, Europese Lagere School (ELS) dari tahun 1885-1892. Di sekolah ini, Kartini banyak bergaul dengan anak-anak Eropa.

Sebagai keluarga priyayi Jawa, kultur mistis dan kebatinan begitu melekat di lingkungan tempat tinggalnya. Namun bagi Kartini, ikatan adat istiadat yang telah berurat akar dalam itu, dianggap mengekangnya sebagai perempuan. Setelah tamat dari sekolah ELS Kartini memasuki masa pingitan. Sementara itu, Kartini merasakan betul betapa haknya mendapatkan pendidikan secara utuh dibatasi. Di luar, ia melihat pendidikan Barat-Eropa begitu maju.

Kartini banyak bergaul dan melakukan korespondensi dengan orang-orang Belanda berdarah Yahudi, seperti J. H Abendanon dan istrinya Ny Abendanon Mandri, seorang humanis yang ditugaskan oleh Snouck Hurgronye untuk mendekati Kartini. Ny Abendanon Mandri adalah seorang wanita kelahiran Puerto Rico dan berdarah Yahudi.

…Kartini banyak bergaul dan melakukan korespondensi dengan orang-orang Belanda berdarah Yahudi yang ditugaskan oleh Snouck Hurgronye untuk mendekati Kartini…

Tokoh lain yang berhubungan dengan Kartini adalah, H. H Van Kol (Orang yang berwenang dalam urusan jajahan untuk Partai Sosial Demokrat di Belanda), Conrad Theodore van Daventer (Anggota Partai Radikal Demokrat Belanda), K. F Holle (Seorang Humanis), dan Christian Snouck Hurgronye (Orientalis yang juga menjabat sebagai Penasihat Pemerintahan Hindia Belanda), dan Estella H Zeehandelar, perempuan yang sering dipanggil Kartini dalam suratnya dengan nama Stella. Stella adalah wanita Yahudi pejuang feminisme radikal yang bermukim di Amsterdam. Selain sebagai pejuang feminisme, Estella juga aktif sebagai anggota Social Democratische Arbeiders Partij (SDAP).

Kartini berkorespondensi dengan Stella sejak 25 Mei 1899. Dengan perantara iklan yang di tempatkan dalam sebuah majalah di Belanda, Kartini berkenalan dengan Stella. Kemudian melalui surat menyurat, Stella memperkenalkan Kartini dengan berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme.

Dalam sebuah suratnya kepada Ny Nellie Van Koll pada 28 Juni 1902, Stella mengakui sebagai seorang Yahudi dan mengatakan antara dirinya dan Kartini mempunyai kesamaan pemikiran tentang Tuhan. Stella mengatakan,”Kartini dilahirkan sebagai seorang Muslim, dan saya dilahirkan sebagai seorang Yahudi. Meskipun demikian, kami mempunyai pikiran yang sama tentang Tuhan. ”

Dr Th Sumarna dalam bukunya ”Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini” menyatakan ada surat-surat Kartini yang tak diterbitkan oleh Ny. Abendanon Mandri, terutama surat-surat yang berkaitan dengan pengalaman batin Kartini dalam dunia okultisme (kebatinan dan mistis). Entah dengan alasan apa, surat-surat tersebut tak diterbitkan. Ny Abendanon hanya menerbitkan kumpulan surat Kartini yang diberi judul ”Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang). Keterangan mengenai kepercayaan Kartini terhadap okultisme hanya didapat dari surat-suratnya yang ditujukan kepada Stella dan keluarga Van Kol. Seperti diketahui, okultisme banyak diajarkan oleh jaringan Freemasonry dan Theosofi, sebagai bagian dari ritual perkumpulan mereka.

Nama-nama lain yang menjadi teman berkorespondensi Kartini adalah Tuan H. H Van Kol, Ny Nellie Van Kol, Ny M. C. E Ovink Soer, E. C Abendanon (anak J. H Abendanon), dan Dr N Adriani (orang Jerman yang diduga kuat sebagai evangelis di Sulawesi Utara). Kepada Kartini, Ny Van Kol banyak mengajarkan tentang Bibel, sedangkan kepada Dr N Adriani, Kartini banyak mengeritik soal zending Kristen, meskipun dalam pandangan Kartini semua agama sama saja.

Apakah korespondensi Kartini dengan para keturunan Yahudi penganut humanisme, yang juga diduga kuat sebagai aktivis jaringan Theosofi-Freemasonry, berperang penting dalam memengaruhi pemikiran Kartini? Ridwan Saidi dalam buku Fakta dan Data Yahudi di Indonesia menyebutkan, sebagai orang yang berasal dari keturunan priayi atau elit Jawa dan mempunyai bakat yang besar dalam pendidikan, maka Kartini menjadi bidikan kelompok Theosofi, sebuah kelompok yang juga banyak digerakkan oleh orang-orang Belanda saat itu.

…maka Kartini menjadi bidikan kelompok Theosofi, sebuah kelompok yang juga banyak digerakkan oleh orang-orang Belanda saat itu...

Dalam catatan Ridwan Saidi, orang-orang Belanda gagal mengajak Kartini berangkat studi ke negeri Belanda. Karena gagal, maka mereka menyusupkan ke dalam kehidupan Kartini seorang gadis kader Zionis bernama Josephine Hartseen. Hartseen, menurut Ridwan adalah nama keluarga Yahudi.

Siapa yang berperan penting merekatkan hubungan Kartini dengan para elit Belanda? Adalah Christian Snouck Hurgronje orang yang mendorong J.H Abendanon agar memberikan perhatian lebih kepada Kartini bersaudara. Hurgronje adalah sahabat Abendanon yang dianggap oleh Kartini mengerti soal-soal hukum agama Islam. Atas saran Hurgronje agar Abendanon memperhatikan Kartini bersaudara, sampailah pertemuan antara Abendanon dan Kartini di Jepara.

Sebagai seorang orientalis, aktivis Gerakan Politik Etis, dan penasihat pemerintah Hindia Belanda, Snouck Hurgronje juga menaruh perhatian kepada kepada anak-anak dari keluarga priyayi Jawa lainnya. Hurgronje berperan mencari anak-anak dari keluarga terkemuka untuk mengikuti sistem pendidikan Eropa agar proses asimilasi berjalan lancar.

Langkah ini persis seperti yang dilakukan sebelumnya oleh gerakan Freemasonry lewat lembaga ”Dienaren van Indie” (Abdi Hindia) di Batavia yang menjaring anak-anak muda yang mempunyai bakat dan minat untuk memperoleh beasiswa. Kader-kader dari ”Dienaren van Indie” kemudian banyak yang menjadi anggota Theosofi dan Freemasonry.

Pengaruh Theosofi dalam Pemikiran Kartini

Surat-surat Kartini kepada Ny. Abendanon, orang yang dianggap satu-satunya sosok yang boleh tahu soal kehidupan batinnya, dan surat-surat Kartini lainya para humanis Eropa keturunan Yahudi di era 1900-an sangat kental nuansa Theosofinya. Seperti ditulis dalam surat-suratnya, Kartini mengakui ada orang yang mengatakan bahwa dirinya tanpa sadar sudah masuk kedalam alam pemikiran Theosofi.

Bahkan, Kartini mengaku diperkenalkan kepada kepercayaan dengan ritual-ritual memanggil roh, seperti yang dilakukan oleh kelompok Theosofi. Selain itu, semangat pemikiran dan perjuangan Kartini juga sama sebangun dengan apa yang menjadi pemikiran kelompok Theosofi. Inilah yang kemudian, banyak para humanis yang menjadi sahabat karib Kartini begitu tertarik kepada sosok perempuan ini.

…Kartini mengaku diperkenalkan kepada kepercayaan dengan ritual-ritual memanggil roh, seperti yang dilakukan oleh kelompok Theosofi…

Kartini juga kerap mendapat kiriman buku-buku dari Ny Abendanon, yang di antaranya buku tentang humanisme, paham yang juga lekat dengan Theosofi dan Freemasonry. Diantara buku-buku yang dibaca Kartini adalah, Karaktervorming der Vrouw (Pembentukan Akhlak Perempuan) karya Helena Mercier, Modern Maagden (Gadis Modern) karya Marcel Prevost, De Vrouwen an Socialisme (Wanita dan Sosialisme) karya August Bebel dan Berthold Meryan karya seorang sosialis bernama Cornelie Huygens.

Rambut Tambahan: Pesona Diri Anda? | Yahoo! Style Factor di OMG!

sumber: yahoo.com

Gwyneth Paltrow mengalami kejadian memalukan pada sebuah pesta awal tahun lalu.

Seperti dilansir Metro, saat pemeran Virginia pada film "The Avengers" ini memasuki ruangan, tiba-tiba ada seorang wanita menghampirinya dan berkata, "Maaf, saya rasa ini milik Anda," sambil menunjukkan rambut tambahan yang terlepas dari rambut Gwyneth.


Getty Images

Memilih memasang rambut tambahan juga berdampak buruk bagi aktris "Friends", Jennifer Anniston. Pelopor rambut indah dan natural yang namanya besar di tahun '90-an ini mengalami pengalaman buruk soal rambut tambahan. "Setelah serial 'Friends' berakhir, saya memutuskan berganti penampilan. Saya memotong rambut," Jennifer menyatakan pada Daily Mail.



Getty Images

Ternyata, ratusan rambut tambahan yang dipasang di rambutnya memberikan efek buruk di kepala. "Saya tidak tahu bahwa memasang 400 helai lebih rambut tambahan di kepala malah mengakibatkan rambut asli saya patah," kata Jennifer.

Leonora Doclis, seorang pakar rambut dari The Belgravia Center mengatakan, "Pemasangan rambut tambahan adalah salah satu hal terburuk yang Anda lakukan pada rambut Anda."

Leonora menambahkan, penambahan rambut dilakukan dengan cara mengelemnya dengan rambut asli. Kadang saking beratnya, rambut asli Anda bisa tercerabut dari kulit kepala. Parahnya, karena hal ini, rambut Anda bisa saja mengalami kerusakan serius dalam jangka panjang.

Kasus yang dialami Jennifer dan Gwyneth merupakan usaha mendongkrak pesona diri yang tidak berhasil. Padahal seharusnya mereka bisa tampil lebih baik dengan rambut mereka sendiri yang sudah cantik dari asalnya.

Sebagai solusi, gunakanlah shampo yang cocok untuk Anda dan dapat membereskan masalah ini dalam jangka panjang. Selain itu Anda juga dapat melakukan perawatan ekstra seperti spa rambut yang juga bisa Anda lakukan di rumah secara teratur.

Hasilnya, Anda dapat mengembalikan kecantikan rambut Anda dan kembali menyinarkan pesona dalam diri.

Kartu Inafis dan e-KTP, Apa Bedanya?

sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/305708-samakah--kartu-inafis-dan-e-ktp-




Di kedua kartu dibenamkan sebuah chip yang berisi biodata lengkap pemilik. Apa bedanya?

VIVAnews - Mabes Polri resmi meluncurkan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Card, Selasa lalu. Ini kartus identitas untuk setiap warga negara. Di dalam kartu ini dibenamkan sebuah chip. Nah, chip itulah nanti yang akan menampung semua data si pemegang.
Lalu apa bedanya kartu Inafis ini dengan e-KTP yang kini sedang dikembangkan pemerintah dan hari-hari ini penduduk di DKI sedang antri membuat kartu ini? Toh di dalam e-KTP juga di pasang sebuah chip elektronik yang bisa memuat data si pemegang secara lengkap seperti sidik jari.
Kartu Inafis
Kartu ini dibikin via kepolisian. Bukan cuma data singkat sebagaimana yang ada dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) selama ini yang masuk di kartu ini, tapi lebih lengkap dari itu. Selain nama Anda, tempat tanggal lahir, foto, juga ada sidik jari, nomor kendaraan, nomor BPKB, nomor sertifikat rumah, dan bahkan nomor rekening di bank akan tertampung di situ.
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Sutarman, mengatakan antara kartu Inafis dan e-KTP yang diusung oleh Mendagri sangat jauh berbeda. Kartu Inafis merupakan bagian dari identifikasi penduduk secara keseluruhan dan sudah terdata dalam server komputer yang terpusat di negara.
Kepala Pusat Inafis Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Bekti Suhartono, menjelaskan bahwa kartu pintar ini, sangat mendukung penyidikan polisi. Selain data pemilik, terdapat pula catatan kriminal yang pernah dilakukan pemiliknya.
"Ketika membuat aplikasi kredit, bank bisa mempertimbangkan kalau dia memiliki catatan kejahatan," kata Bekti. "Garis besar perbedaan antara e-KTP dan Inafis itu, kalau inafis untuk mengungkap data tindak kejahatan." Kartu ini diharapkan bisa menghilangkan identitas ganda seseorang karena berbasis sidik jari.

Ada sembilan biometrik di tubuh manusia yang terdata dalam kartu ini. Di antaranya sidik jari, muka, hidung, telapak tangan, dan jejak kaki. "Kalau sidik jari di e-KTP, alur sidik jarinya kurang lengkap, untuk di Inafis itu lengkap dan pasti tidak terbantahkan," ucap Bekti meyakinkan.
e-KTP
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta, Purba Hutapea, mengungkapkan ide awal pengadaan e-KTP bergulir untuk mencegah terjadinya manipulasi dan penggandaan data kependudukan. Karena itu, pemerintah mempersiapkan e-KTP yang disertai chip elektronik yang juga berisi data sidik jari.
Dengan metode baru ini, setiap warga hanya akan memiliki satu nomor induk kependudukan nasional (NIK). Nomor yang dimiliki warga akan mengkonversikan sejumlah kartu identitas seperti KTP, SIM, NPWP, visa, BPKB dan paspor.
"Tujuan e-KTP ini cukup jelas, menertibkan data administrasi kependudukan. Saat mengurus akte kelahiran, nomor induk nasional akan diterbitkan dan dijadikan nomor induk sekolah bagi anak-anak mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi," kata Purba.

Di dalam e-KTP memang tidak terdapat nomor rekening dan demografi. Dalam kartu Inafis, Bekti menambahkan, ada demografi pemilik yang berisi nama, tempat tanggal lahir, golongan darah, agama, nama anak dan nama istri jika sudah berkeluarga.
Kalau belum berkeluarga ada nama ayah dan ibu. Jadi pada saat bencana alam seperti tsunami, di mana semua dokumen hancur, yang ada hanya sidik jari jenazah. Dengan sidik jari, bisa diketahui siapa identitas, termasuk data-data mengenai dia. "Akan menjelaskan punya tanah di mana. Semua administrasi kependudukan akan dijelaskan sistem ini," tamban Bekti. 

Dengan kartu Inafis, seseorang yang terkena tilang pun dendanya dapat dipotong secara langsung. "Bayar tilang jadi tidak perlu lagi di persidangan, tapi terdebet dari rekening yang ada di data kartu ini," ucapnya.

Neni Wahyuni,“Kartini Modern” Sang Perancang Software

sumber: http://teknologi.kompasiana.com/


Neni Wahyuni,mempresentasikan hasil temuannya berupa rancangan software Pang Uten yang bisa mendeteksi dini kebakaran hutan.


Barangkali sulit untuk dibayangkan, malah tidak pernah terpikirkan jika mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi swasta di kota kecil Takengon Aceh Tengah mampu meneruskan jejak Kartini. Jejak itu diwujudkannya dalam sebuah rancangan software pendeteksi titik lokasi kebakaran hutan dan ilegal logging. Siapa orang dibalik rancangan software itu?

Dia adalah Neni Wahyuni (25), perempuan perantau asal Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang. Dia bukan anak orang berada yang mengadu nasib ke Takengon. Dia hanya seorang karyawan biasa pada sebuah warung internet (warnet). Gaji sebagai karyawan warnet hanya cukup digunakannya untuk biaya hidup dan tambahan biaya kuliahnya di Fakultas Teknik Universitas Gajah Putih (FT-UGP) Takengon. Begitu menyedihkan jalan hidup perempuan ini.

Siapa duga, perempuan sederhana itu mampu bertahan hidup dari penghasilan seorang karyawan warnet. Meski hidup pas-pasan dan dalam kesulitan, ternyata dia seorang perempuan berotak encer. Seorang “kartini modern” yang berbakat sebagai penemu. Semua terkesima saat dia mempresentasikan hasil penemuannya, 18 Desember 2011 lalu di depan civitas academica FT UGP.

Soalnya, ditengah hiruk pikuk demonstrasi dan aksi mahasiswa, Neni Wahyuni tidak larut dalam aksi-aksi itu. Dia hanya diam dan terus bekerja. Dalam suasana keheningan kampus FT-UGP yang terletak ditengah semak belukar Desa Lapangan Terbang, Kecamatan Pegasing Aceh Tengah, dia terus bekerja menyelesaikan software yang sangat berguna untuk pelestarian lingkungan hidup.

Tak tanggung-tanggung, staf pengajar FT-UGP pernah mendatangkan DR. Onno W Purbo (pakar telematika Indonesia) untuk merancang open BTS. Sebuah sistem telekomunikasi yang bisa digunakan untuk menelepon secara bebas pulsa. Dalam kesempatan itu, para mahasiswa berkesempatan meminta advis dari Onno W Purbo dalam rangka menyelesaikan rancangan software yang sedang dikerjakannya.

Belum lama ini, para mahasiswa FT-UGP juga berhasil menghadirkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keamanan penggunaan internet di seluruh Indonesia, yaitu M. Shalahuddien Manggalany, Wakil Ketua Indonesia Security Incident Team on Internet and Infrastructure (ID-SIRTII). Kehadirannya sebagai pembicara dalam acara Workshop Club Computing di FT UGP. “Mereka tidak suka aksi dan orasi, mereka ingin buktikan penemuannya,” ungkap Zulfikar Ahmad ST, dosen pembimbing Neni Wahyuni,di rumahnya.


Laboratorium IT pada FT UGP berupa ruang sederhana, duduk di atas tikar plastik namun para mahasiswa mampu berkarya


Lalu, apa hasil penemuan seorang Neni Wahyuni? Dia berhasil merancang sebuah software penting untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Oleh Neni Wahyuni, software ini diberi nama “Pang Uten” yang merupakan sebuah aplikasi komputer untuk mendeteksi kebakaran hutan dan ilegal logging tanpa jasa satelit. Nantinya, software ini akan dibantu dengan fasilitas WiFi yang ditancapkan di kawasan hutan.

Cara kerja software hasil penemuan Neni Wahyuni akan memanfaatkan sensor panas. Informasi dari sensor panas akan dipancarkan oleh WiFi, selanjutnya dikirim ke pusat pengendalian kebakaran hutan, baik di Dinas Kehutanan atau Departemen Kehutanan. “Nanti informasi kebakaran hutan dan ilegal logging yang berasal dari sensor panas akan kita kembangkan lagi supaya kebakaran hutan dan ilegal logging dapat dideteksi lebih dini melalui sensor tekanan,” ungkap Zulfikar Ahmad ST.

Sungguh mengharukan membayangkan kerja keras “kartini modern” bernama Neni Wahyuni. Dia tidak merasa minder meskipun profesinya sebagai perempuan penjaga warnet. Dia benar-benar “kartini modern” yang tidak ingin terkungkung dalam keterbelakangan. Banyak orang yang memiliki tekad seperti Neni Wahyuni, tetapi sedikit yang berbakat sebagai penemu ditengah minimnya fasilitas yang dimiliki perguruan tinggi swasta itu.

Bung Karno pernah menulis motto di tugu Darussalam Banda Aceh tahun 1959. Motto itu berbunyi: “tekad bulat melahirkan perbuatan nyata, Darussalam menuju kepada cita-cita.” Konon, motto itulah menjadi salah satu motivasi Neni Wahyuni untuk menjadi penemu sebuah rancangan software.

“Meskipun dia sebagai mahasiswa dari perguruan tinggi tak terkenal, lalu bekerja sebagai penjaga warnet, toh dia sudah membuktikan karyanya. Kami sangat bangga, dia benar-benar Kartini modern,” imbuh Zulfikar Ahmad ST sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca.

Menyusuri Jejak Kartini di Jepara, Jawa Tengah

sumber:http://travel.detik..com/read/2012/04/20/134232/1897338/1025/menyusuri-jejak-kartini-di-jepara-jawa-tengah?vt22011024



Jepara menjadi saksi sejarah kehidupan Raden Adjeng Kartini, pejuang emansipasi wanita dalam bidang pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Di Hari Kartini 21 April ini, ayo susuri jejak pejuang ini di kota asalnya.

Raden Adjeng Kartini adalah pahlawan emansipasi wanita yang dikagumi tiap orang, tak kenal batasan zaman. Bahkan, sastrawan Pramoedya Ananta Toer menuangkan kisah pahlawan ini dalam bukunya "Panggil Aku Kartini Saja". Lewat buku ini, para pembacanya pun terpesona. Sosok Kartini adalah 'role model' bagi tiap wanita Indonesia.


"Panggil Aku Kartini Saja" karya Pramoedya Ananta Toer


Satu tempat yang identik dengan jejak langkah Kartini adalah Jepara, kota pelabuhan yang terletak di utara Jawa Tengah. Pada hari peringatan lahirnya Kartini, Sabtu (21/4), ada baiknya Anda menyusuri jejak langkah wanita legendaris ini. Titik yang tepat untuk memulainya adalah Desa Pelemkerep, Kecapatan Mayong, Kabupaten Jepara.


Tepat 133 tahun silam, Kartini lahir di desa ini. Lokasinya sekitar 25 kilometer dari Kota Jepara. Rumah asli tempatnya dilahirkan memang sudah dibongkar habis, tapi Anda bisa melihat Monumen Ari-ari yang terletak di halaman belakangnya. Monumen ini berdiri di lokasi yang ditanami ari-ari atau tali pusar Kartini. Bentuknya bunga teratai, sesuai dengan bunga yang menjadi kesukaan Kartini.


Monumen Ari-ari


Setelah itu, langkahkan kaki Anda menuju Pendopo Kabupaten Jepara. Inilah tempat Kartini menghabiskan waktu remajanya, ketika sang Ayah memegang jabatan Bupati Jepara. Kartini tinggal di sini sebelum dipinang oleh Bupati Rembang di usianya ke-24. Di sini pula Kartini mendapatkan pendidikan, merenungkannya, kemudian mencetuskan pemikiran-pemikirannya tentang emansipasi wanita. Di sini pula, ia memberdayakan masyarakat dengan mendirikan sekolah wanita serta membina para pengrajin ukiran.


Bagian depan Pendopo Kabupaten Jepara



Tempat ketiga yang sekaligus tak boleh dilewatkan adalah Museum Kartini, yang terletak persis di Alun-alun Kota Jepara. Museum ini berisi benda-benda bersejarah peninggalan Kartini dan keluarganya. Walaupun dibangun pada 1975 -jauh setelah Kartini wafat pada 1904- museum ini menjadi bukti historis kehidupan Kartini. Peninggalan yang terdapat di dalamnya antara lain furnitur, mesin jahit, canting, serta berbagai ukiran dan anyaman rotan khas Jepara.


Museum Kartini



Bagian dalam Museum Kartini



Untuk melepas lelah selama perjalanan, inilah destinasi wisata Kartini selanjutnya: Pantai Tirta Samudera atau disebut juga Pantai Bandengan. Di pantai berpasir putih ini, Kartini pernah melakukan percakapan penting dengan salah satu pejabat pemerintah Kolonial Belanda bernama V.H. Abendanon. Waktu itu ia mengajukan beasiswa untuk belajar di Belanda, namun sayangnya usaha ini gagal.


Pantai Bandengan



Tempat terakhir untuk meresapi kehidupan wanita ini adalah Pantai Kartini. Pantai pelabuhan ini punya magnet tersendiri baik dari segi alam maupun sejarah. Walaupun matahari terik bersinar, Anda bisa berteduh di bawah pohon-pohon rindang. Pun panorama matahari terbenam di pantai ini indahnya tak terelakkan. Dulu, ini adalah pantai di mana Kartini menghabiskan waktu senggang bersama saudara-saudara perempuannya. Menyaksikan sang surya perlahan turun ke peraduan.


Sunset di Pantai Kartini



Berkunjung ke tempat-tempat itu akan merekonstruksi ingatan kita akan perjuangan Kartini di masa silam. Kartini telah melakukan banyak hal untuk emansipasi wanita dan pendidikan. Jangan sampai tempat-tempat ini terabaikan lalu ingatan akan Kartini pun terhapus sudah.

Mengenal Lebih Jauh Sosok Pejuang Hak Hak Wanita di Indonesia - Ibu R.A. Kartini

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini




Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkimpoian itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.


Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.




Pemikiran



Quote:

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kimpoi..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.



Buku



Habis Gelap Terbitlah Terang
Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara.
Pada 1938, buku Habis Gelap Terbitlah Terang diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari Door Duisternis Tot Licht. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi. Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Penyebab tidak dimuatnya keseluruhan surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht, adalah terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan lain adalah untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.


Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
Surat-surat Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno. Pada mulanya Sulastin menerjemahkan Door Duisternis Tot Licht di Universitas Leiden, Belanda, saat ia melanjutkan studi di bidang sastra tahun 1972. Salah seorang dosen pembimbing di Leiden meminta Sulastin untuk menerjemahkan buku kumpulan surat Kartini tersebut. Tujuan sang dosen adalah agar Sulastin bisa menguasai bahasa Belanda dengan cukup sempurna. Kemudian, pada 1979, sebuah buku berisi terjemahan Sulastin Sutrisno versi lengkap Door Duisternis Tot Licht pun terbit.
Buku kumpulan surat versi Sulastin Sutrisno terbit dengan judul Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya. Menurut Sulastin, judul terjemahan seharusnya menurut bahasa Belanda adalah: "Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsa Jawa". Sulastin menilai, meski tertulis Jawa, yang didamba sesungguhnya oleh Kartini adalah kemajuan seluruh bangsa Indonesia.
Buku terjemahan Sulastin malah ingin menyajikan lengkap surat-surat Kartini yang ada pada Door Duisternis Tot Licht. Selain diterbitkan dalam Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya, terjemahan Sulastin Sutrisno juga dipakai dalam buku Kartini, Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya.

Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat Kartini adalah Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904. Penerjemahnya adalah Joost Coté. Ia tidak hanya menerjemahkan surat-surat yang ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Joost Coté juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir. Pada buku terjemahan Joost Coté, bisa ditemukan surat-surat yang tergolong sensitif dan tidak ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Menurut Joost Coté, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan pada dirinya sudah saatnya untuk diungkap.[*]Buku Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 memuat 108 surat-surat Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH Abendanon. Termasuk di dalamnya: 46 surat yang dibuat Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematrie.


Panggil Aku Kartini Saja
Selain berupa kumpulan surat, bacaan yang lebih memusatkan pada pemikiran Kartini juga diterbitkan. Salah satunya adalah Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer. Buku Panggil Aku Kartini Saja terlihat merupakan hasil dari pengumpulan data dari berbagai sumber oleh Pramoedya.


Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
Akhir tahun 1987, Sulastin Sutrisno memberi gambaran baru tentang Kartini lewat buku Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya. Gambaran sebelumnya lebih banyak dibentuk dari kumpulan surat yang ditulis untuk Abendanon, diterbitkan dalam Door Duisternis Tot Licht.
Kartini dihadirkan sebagai pejuang emansipasi yang sangat maju dalam cara berpikir dibanding perempuan-perempuan Jawa pada masanya. Dalam surat tanggal 27 Oktober 1902, dikutip bahwa Kartini menulis pada Nyonya Abendanon bahwa dia telah memulai pantangan makan daging, bahkan sejak beberapa tahun sebelum surat tersebut, yang menunjukkan bahwa Kartini adalah seorang vegetarian.[3] Dalam kumpulan itu, surat-surat Kartini selalu dipotong bagian awal dan akhir. Padahal, bagian itu menunjukkan kemesraan Kartini kepada Abendanon. Banyak hal lain yang dimunculkan kembali oleh Sulastin Sutrisno.

Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
Sebuah buku kumpulan surat kepada Stella Zeehandelaar periode 1899-1903 diterbitkan untuk memperingati 100 tahun wafatnya. Isinya memperlihatkan wajah lain Kartini. Koleksi surat Kartini itu dikumpulkan Dr Joost Coté, diterjemahkan dengan judul Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903.
"Aku Mau ..." adalah moto Kartini. Sepenggal ungkapan itu mewakili sosok yang selama ini tak pernah dilihat dan dijadikan bahan perbincangan. Kartini berbicara tentang banyak hal: sosial, budaya, agama, bahkan korupsi.


Peringatan


Hari Kartini

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Nama jalan di Belanda

Utrecht:Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau Kartinistraat merupakan salah satu jalan utama, berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, Agostinho Neto.
Venlo:Di Venlo Belanda Selatan, R.A. Kartinistraat berbentuk 'O' di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanita Anne Frank dan Mathilde Wibaut.
Amsterdam:Di wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
Haarlem:Di Haarlem jalan Kartini berdekatan dengan jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir dan langsung tembus ke jalan Chris Soumokil presiden kedua Republik Maluku Selatan.