بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 09/30/15
Go Green

Clock Link

Wednesday, September 30, 2015

Jokowi Tidak Akan Minta Maaf Mengenai G30S/PKI

Soal G 30 S/PKI, Jokowi Tidak Akan Minta Maaf  


TEMPO.COJakarta - Presiden Joko Widodo memastikan bahwa pemerintah tidak akan meminta ma‎af kepada korban Gerakan 30 September 1965, atau lebih dikenal sebagai G/30 S/PKI. Sikap Jokowi itu dia sampaikan saat bertemu dengan Pengurus Pusat Muhammadiyah hari ini. 
Sekretaris Umum Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengaku sudah mengklarifikasi isu yang berkembang selama ini. "Sama sekali tak ada, bahkan terpikir pun katanya tidak," kata Mu'ti usai bertemu Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 22 September 2015. Kepastian ini, kata Jokowi, membantah isu yang berkembang selama ini.

Namun Jokowi, menurut Mu'ti, tidak memberikan penjelasan mengapa pemerintah tidak akan meminta maaf kepada korban G 30/S/PKI. "Beliau hanya bilang kalau ‎meminta maaf artinya pemerintah akan berhadapan dengan organisasi massa seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, serta TNI," ujarnya. 

Presiden Jokowi sebelumnya sudah membentuk tim rekonsiliasi untuk menyelesaikan sejumlah dugaan pelanggaran HAM, termasuk peristiwa G 30/S/PKI. Pembentukan tim itu untuk menyelesaikan permasalahan melalui jalur nonyudisial. Salah satu upaya nonyudisial yang bisa dilakukan adalah dengan menyampaikan permintaan maaf. 
Selain peristiwa penumpasan PKI pada 1965, masih ada sejumlah kasus pelanggaran HAM berat yang belum menemui titik terang, antara lain peristiwa Tanjung Priok 1984, peristiwa Lampung 1989, kasus orang hilang 1997-1998, kasus Trisakti 12 Mei 1998, kasus kerusuhan Mei 13-15 Mei 1998, serta kasus Semanggi 1 dan 2.

FAIZ NASHRILLAH‎

Versi Lain Film G30S PKI

Ditemukan, Versi Lain Film G30S PKI  


TEMPO.COJakarta - Mereka yang besar di zaman Orde Baru pasti mengingat film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI yang rutin diputar ulang di televisi setiap 30 September. Pegiat Forum Lenteng Hafiz Rancajale dan Pendiri Ruang Rupa ternyata menemukan versi lain film yang disutradarai Arifin C. Noer ini. 

“Filmnya berasal dari 1970-an dan saya rasa dibuat oleh pihak militer,” ujarnya ketika ditemui usai diskusi Peristiwa 65 dalam Konteks Medium (Filem) di Institut Kesenian Jakarta, 27 Agustus 2015.

Ia menyebutkan film yang ia temukan di Arsip Nasional tersebut berada dalam rol film berdurasi 15 menit dengan cuplikan yang ia yakini sebagai versi lain film G30S PKI. Cuplikan adegan ini hanya sepanjang dua menit, yakni adegan penyerbuan ke rumah Jenderal A.H. Nasution.

“Adegannya sama tentang usaha pembunuhan Nasution. Ada yang bermain sebagai Johanna Nasution. Bedanya, A.H. Nasution sempat diperlihatkan sedang mengintip sebelum ada tembakan,” ujarnya menambahkan.

Karena persamaan ini, Hafiz memperkirakan rekaman ini menjadi salah satu rujukan bagi Arifin C. Noer dalam membuat film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI yang baru dirilis pada 1984. Ia menilai rekaman ini juga dibuat sebagai sebuah upaya rekonstruksi kejadian yang terjadi tahun 1965 tersebut. 

“Artinya, sejarah yang selama ini kita ketahui adalah satu bentuk rekonstruksi,” ujarnya.

Hafiz menjelaskan awal mula penemuan film ini. Awalnya, tahun lalu, dia ingin mengumpulkan data dan rekaman untuk peringatan 50 tahun peristiwa 1965 yang akan jatuh pada tahun ini. Namun ternyata butuh tenaga dan dana yang besar untuk mencari kepingan lain dari film ini. Untuk menemukan rekaman ini, misalnya, ia harus mengubek-ubek Arsip Nasional sekitar 2-3 bulan. 

“Biayanya juga cukup mahal. Untuk mendapatkan satu rol berisi 15 menit itu saya butuh Rp 3 juta,” ujarnya.

RATNANING ASIH

Putmainah, Mantan Ketua Gerwani PKI

Kisah Macan Podium Gerwani PKI yang Lupa Bulan September


TEMPO.COBlitar - Dengan setengah menunduk, mata Putmainah tetap tajam menyelidik siapapun yang mendekat ke arahanya meski diikuti dengan senyum dan sapaan ramah. Di tengah kerentaannya di atas kursi roda, Purmainah kerap melamun sendirian di samping rumahnya. 



Tulang punggung yang tak lagi tegak dengan balutan warna putih di sekujur rambut menambah uzur nenek 77 tahun ini. Nadanya tegas saat menginterogasi tamunya. “Sopo iki, aku wis lali (siapa ini, aku sudah lupa)," kata Putmainah saat Tempo menyambangi rumahnya di Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar pekan lalu.


Hingga tiga tahun silam, sebelum Putmainah terserang penyakit stroke yang membuat setengah tubuhnya lumpuh, rumah Putmainah di Blitar tak pernah sepi dari kunjungan orang. Mereka adalah mahasiswa, peneliti sejarah, hingga orang biasa yang menjadikan Putmainah sebagai rujukan untuk mengisahkan penumpasan Partai Komunis Indonesia di Blitar di tahun 1965 yang menelan ribuan korban jiwa.




Putmainah adalah bekas Ketua Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) sekaligus anggota DPRD Kabupaten Blitar dari Fraksi PKI. Suaminya Subandi yang berprofesi sebagai anggota TNI adalah Ketua Front Nasional Blitar serta Ketua DPRD Kota Blitar dari Fraksi PKI. Sehingga praktis pasangan suami istri ini menjadi tokoh sentral PKI di Kota dan Kabupaten Blitar.


Berbagai kisah tentang PKI terekam erat di kepalanya meski tak lancar diceritakan. Mulai dari kedekatannya dengan keluarga Bung Karno yang selalu dibanggakan, perjuangan membesarkan partai dan menolong kaum tani serta perempuan, hingga drama pelariannya menyelamatkan diri dan tujuh anaknya dari upaya pembantaian yang dilakukan Gerakan Pemuda Anshor.


Meski sempat merasakan pahit getirnya bertahan hidup di tengah hutan dari kejaran tentara, namun dia masih bertahan hidup hingga sekarang. Sebab nasib tragis justru menimpa suaminya yang tewas saat perjalanan pulang usai mengikuti Kongres PKI di Jakarta. Demikian pula adiknya Patmiati yang kini menemaninya di rumah berjarak 100 meter sempat merasakan siksaan keji tentara saat dijebloskan ke penjara tanpa proses peradilan.


Kini masa kelam itu sudah lewat. Putmainah mengaku bersyukur atas kesempatan hidup yang diberikan Tuhan di tengah upaya pembantaian massal yang dialami. Bahkan hari-hari tua bersama seorang pembantu yang merawatnya siang malam sedikit demi sedikit memupus ingatannya tentang peristiwa berdarah itu. Pun ketika Tempo menanyakan apa yang diingatnya tentang bulan September, Putmainah tak bisa mengingat apapun. “September ya,” kata Putmainah datar.


Menurut Patmiati, kakaknya sudah tak bisa diajak berkomunikasi dan mengingat apa-apa. Penyakit stroke dan usia yang menderanya telah mengikis sebagian masa lalunya bersama partai yang diperjuangkan. Hingga lima tahun lalu Putmainah masih aktif menjadi pembicara di berbagai forum soal peristiwa 1965. “Tapi sekarang Mbak Put sudah tak bisa diajak bicara lagi soal 65,” kata Patmiati.


Kondisi ini cukup membuat teman-temannya sesama anggota eks-PKI iba. Mereka masih kerap menjenguk Putmainah yang dulu dikenal sebagai macan podium saat memperjuangkan hak-hak perempuan dan buruh. 


HARI TRI WASONO

Victoria Beckham Ngompol di Celana

Waduh, Victoria Beckham Tepergok Ngompol di Celana!

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sama seperti wanita lainnya, artis dan sosialita sekelas Victoria Beckham juga tak selamanya terlihat tampil sempurna.
Buktinya, Victoria Beckham malah jadi bahan tertawaan orang banyak ketika dirinya ketahuan 'pipis' di celana.
Bagaimana mungkin seorang Victoria Beckham bisa ngompol di celana dan di depan banyak orang?
Kejadian tersebut saat ia dan sang suami David Beckham merayakan pesta setelah pagelaran London Fashion Week, Victoria terlihat jelas mencoba berlindung di belakang tubuh David.
KLIK


Unggah Video Polantas Diduga Minta Uang, Adlun Ditangkap

Adlun ditangkap polisi. Foto: Malut Pos/JPG

TERNATE -  AF alias Adlun, seorang mahasiswa dari universitas ternama di Kota Ternate,  ditangkap polisi karena mengunggah video seorang polisi lalulintas yang diduga meminta uang saat melakukan tilang kepada para pengendara.
Video berjudul Kelakuan Polisi Menerima Suap dari Pengendara itu diposting Minggu (27/9) lalu. Dalam video itu belakangan diketahui adalah seorang petugas Lantas Polres Ternate saat melakukan operasi di pos depan RS Dharma Ibu, Jalan Pahlawan Revolusi Kelurahan Gamalama Sabtu (26/9) pekan kemarin.
AF  yang  ikut ditilang  mengambil gambar  oknum polisi yang  menilang warga dan meminta bayaran.  Dia mendokumentasikan menggunakan hp miliknya. “Banyak korban yang ditilang dimintai uang tilang senilai 125 ribu,” tulis Adlun melalui aplikasi BBMnya, sebelum ditangkap polisi, Senin (28/9).
Mengetahui hal ini, polisi melakukan upaya penyelidikan dan menangkap AF Senin (28/9). Setelah ditangakap, AF diperiksa dan ditetapkan sebagai tersangka karena dianggap mencemarkan nama baik institusi polisi dan pribadi polisi yang bersangkutan. Soal penetapan AF sebagai tersangka enggan dibeberkan secara jelas oleh Reskrim Polres Ternate.
Kasat Reskrim Polres, AKP Samsudin Lossen, ditemui sejumlah wartawan di ruang kerjanya, Selasa (29/9) terkesan menutup- nutupi masalah ini.
“Yang jelas sudah 4 saksi kita periksa, dan semuanya mengarah dia sebagai pelaku. Dia  juga telah mengakui jika video tersebut hasil rekamannya sendiri,” kata Samsudin.  
Ditegaskan Samsudin, aksi AF tidak hanya merugikan oknum, melainkan istitusi Polres, sehingga akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.
“Ini sudah menyangkut institusi, dan sementara kita masih melakukan pengembangan mencari tahu, adanya pelaku lain, sebab ada kemungkinan penyebaran video di youtube bukan dilakukan AF sendiri, tetapi dibantu pihak lain. Ini masih kita dalami,” tambah Samsudin.   

OC Kaligis Pecat Gary di Persidangan

OC Kaligis Pecat Anak Buah di Persidangan:

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Terdakwa kasus suap tiga hakim dan panitera Pengadilan Tata Usaha Negeri (PTUN) Medan, Otto Cornelis Kaligis, memecat anak buahnya M Yagari Bhastara alias Gary.
Pemecatan dilakukan saat Gary menjadi saksi dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta.
Dalam sidang yang berlangsung hingga dinihari tersebut, Kaligis mengatakan kepada Gary bahwa kantornya hampir tutup, bahkan ada lawyer yang meninggal akibat kasus ini.
"Kamu tahu kita punya pengacara tadinya 100 orang sekarang tinggal 15 orang. Ada yang meninggal, bagian hak cipta, mereka stres," kata Kaligis dalam persidangan, Selasa (29/9/2015) dinihari.
Kaligis ingin menjelaskan, akibat kasus ini banyak perubahan drastis yang terjadi pada kehidupan karyawannya. "Saya cuma kasih tahu karena kau jadi justice collaborator, saya berhentikan dengan tidak hormat," ucapnya.
"Kita celaka, hampir tutup kantor, kantor mandeg, rekening diblokir. Bayangkan sekarang, berapa banyak yang saya kasih sekolah, gimana nasibnya," kata Kaligis.

Brigadir Supriyanto Diminta Mengawal Malah Rampok Uang Rp 4,8 Miliar



SURYA.co.id | SEMARANG - Pagar makan tanaman. Begitulah aksi gila oknum anggota Brimob Polda Jateng, Brigadir Supriyanto, yang merampok mobil pengangkut uang yang dikawalnya sendiri.
Kejadian itu berlangsung Senin (28/9/2015) sekitar pukul 18.30 di penggilingan padi Hendra Setia, Desa Kwagean, Tengaran, Kabupaten Semarang.
Brigadir Supriyanto dan seorang rekannya yang belum diketahui identitasnya menyekap karyawan perusahaan jasa pengangkutan uang PT Advantage dan melarikan uang dari dalam mobil itu senilai Rp 4,8 miliar.
Informasi yang dihiimpun Tribun Jateng (grup SURYA.co.id), mobil pengangkut uang itu berangkat dari kantor PT Advantage di Jalan Karanganyar Gunung, Kota Semarang sekitar pukul 07.30, Senin (28/9/2015).
Di dalam mobil terdapat dua orang dua orang karyawan bernama Frendy Agus Irawan dan Tri Ivan serta dikawal oleh pelaku, oknum anggota Brimob Polda Jateng, Brigadir Supriyanto.
"Mereka berangkat ke Solo bertiga, dua karyawan PT Advantage, satu orang pengawal anggota Brimob Srondol," kata Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Liliek Darmanto, Selasa (29/9/2015).
Sekitar pukul 10.00, mobil tiba di Solo dan mengambil uang di beberapa lokasi seperti TimeZone. (SGM), Lottemart, Centro & Starbuck (Mall Paragon), Trihamas Finance, CIMB Niaga, Bank Permata Klewer dan Solo Baru serta Uri Sumoharjo lalu menuju ke kantor PT Advantage di Solo.

Maunya Maling Malah Kemalingan!


SURYAMALANG.COM, AMERIKA SERIKAT - Kejadian menggelikan ini terjadi Concord, California, Amerika Serikat, pada 29 September 2015.

Seorang pria iseng, gagal mengambil barang milik orang lain, dan akhirnya harus menanggung rugi.
Alih-alih dapat barang, Ia malah kehilangan barang!
Kejadiannya seperti ini. Pelaku sedang mengendarai mobil, dan ia melihat sebuah paket di depan pintu rumah, yang belum diambil oleh pemiliknya.
Pelaku pun berhenti, lalu berlari untuk megambil paket itu.
Anak dari pemilik rumah itu ternyata melihat pelaku lari ke halaman rumah.
Ia bilang ke ayahnya.
Karuan saja, si pemilik rumah langsung mengejar pelaku.
Yang menggelikan, pelaku yang punya badan tambun tak bisa berlari cepat.
Karena panik, ia lalu melempar paket yang baru diambilnya.
Tapi si pemilik rumah tak puas, meski paket itu sudah dilempar pelaku.
Ia tetap memburu pelaku dan coba membuka pintu mobil pelaku.
Nah, karena pemilik rumah gagal membuka pintu mobil itu, tapi ia sempat mengambil tas milik pelaku!
Duh, maunya maling, tapi malah kemalingan! (*)

Dipukul Pemain, Gabriel Murta Lari ke Ruang Ganti Ambil Senjata Api

VIDEO : Dipukul Pemain, Wasit Lari ke Ruang Ganti Ambil Senjata Api

TRIBUNJOGJA.COM - Seorang wasit sepak bola di Brasil terekam kamera menentang senjata api setelah berselisih dengan pemain dalam satu pertandingan.
Dilaporkan Mirror.co.uk, Selasa (29/9/2015), sang wasit yang membawa senjata ke tengah lapangan sepak bola diketahui bernama Gabriel Murta.
Kejadian itu bermula dari Gabriel Murta ditendang dan ditampar oleh pemain, kemudian manager datang ke lapangan meminta untuk memberi kartu merah.
Kondisi di tengah lapangan pun menjadi memanas akibat keributan yang terjadi di sela-sela pertandingan.
Tekanan di lapangan itu, menurut keterangan dari polisi setempat, menjadi pemicu wasit bereaksi berlari ke ruang ganti dan kembali dengan senjata api.
Rekaman mengejutkan yang diabadikan oleh penonton itu menunjukkan hakim garis menahan Murta yang memegang pistol di tangannya.
Insiden itu terjadi akhir pekan ini di pertandingan liga regional di Brumadinho dekat Belo Horizonte, kota terbesar keenam Brasil dan ibukota negara bagian Minais Gerais.

Para Pembunuh Salim Kancil Masih Bisa Tertawa dan Bercanda Saat Ditahan

Para pembunuh Salim Kancil yang masih bisa tertawa lepas dan bercanda saat ditahan di Polres Lumajang. FOTO: Radar Semeru

POLRES Lumajang terus mendalami kasus pembunuhan Salim Kancil dan penganiayaan Tosan, dua aktivis penolakan penambangan pasir di Desa Selok Awar Awar, Pasirian, Lumajang. Selasa (29/9), korps baju cokelat itu menggelar rekonstruksi pembunuhan Salim dan penyiksaan Tosan. 
Rekonstruksi dilakukan di Stadion Semeru, Lumajang, dengan alasan keamanan. Ada 22 orang dalam barisan yang digelandang aparat Polres Lumajang yang dibantu satu kompi Brimob Polda Jatim. Dua di antara mereka ternyata masih di bawah umur.
Rekonstruksi itu dilakukan secara tertutup. Wartawan pun tidak bisa meliput dan mengambil gambar. Salah seorang pegawai Kemenpora yang berusaha mengambil gambar juga dimarahi polisi. 
Dari hasil rekonstruksi itu, pembunuhan dan penganiayaan lebih bersifat spontan. ''Kami berusaha objektif saja dengan fakta di lapangan,'' papar seorang petugas yang ikut menangani kasus tersebut. 
Kemarin, wartawan Radar Semeru juga berkesempatan mengambil gambar para tersangka pembunuh Salim saat dikeluarkan dari ruang tahanan untuk menjalani pemeriksaan. Meski ditetapkan sebagai tersangka tampak wajah mereka masih bisa lepas.
Tak ada wajah penyesalan sedikitpun yang ditampakkan mereka. Para terduga pembunuh sadis itu masih bisa tertawa lepas dan saling bercanda satu dengan yang lain.(dim/gun/ras/dyn/res/lus/c5/c9/kim)