بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 08/28/13
Go Green

Clock Link

Wednesday, August 28, 2013

Semua Siswa Gagal Ujian Masuk Universitas Liberia


Monrovia : Menteri Pendidikan Liberia, Etmonia David-Tarpeh pusing bukan kepalang. Bu Menteri tak habis pikir saat mengetahui, tak ada satu pun siswa yang lolos ujian masuk ujian masuk University of Liberia.

Sekitar 25 ribu siswa gagal dalam tes masuk University of Liberia -- 1 dari 2 universitas negeri di negara Afrika itu.

Ini artinya, tak ada mahasiswa baru yang masuk di tahun ajaran baru. University of Liberia memang sudah penuh sesak dengan mahasiswa.

"Aku mengerti, ada banyak kelemahan yang dimiliki sekolah-sekolah, tapi masa sih dari sekian banyak siswa yang ikut ujian, tak satu pun lolos. Bagi saya ini meragukan," kata dia seperti dimuat BBC, 26 Agustus 2013. "Ini seperti pembunuhan massal".

Menteri Etmonia akan segera memanggil pihak universitas soal keputusan ini. Ia mengaku kenal dengan sejumlah siswa dan asal sekolah mereka.

Versi pihak universitas, para siswa tidak memiliki antusiasme dan tidak memiliki pemahaman dasar bahasa Inggris.

Sementara, juru bicara University of Liberia, Momodu Getaweh menegaskan, pihak universitas telah membuat keputusan dan akan menjalankannya. Tak akan terpengaruh hal-hal 'emosional'.

"Bahasa Inggris misalnya, soal mekanisme bahasa, mereka tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Jadi pemerintah harus melakukan sesuatu," kata dia.

"Perang telah berakhir 10 tahun lalu. Sekarang kita harus maju ke depan dan menjadi realistis."

Pulih dari Perang Berdarah

Liberia adalah sebuah negeri yang baru saja pulih dari perang saudara berdarah dan brutal yang berakhir satu dekade lalu.

Presiden Ellen Johnson Sirleaf, peraih anugerah Nobel Perdamaian, baru-baru ini mengakui bahwa sistem pendidikan di negaranya masih kacau. Perlu banyak hal dilakukan untuk memperbaikinya.

Seperti dilaporkan BBC, banyak sekolah tak punya material dasar pendidikan, kemampuan para guru juga memprihatinkan.

Namun, ini kali pertamanya tak ada mahasiswa yang lolos ujian masuk perguruan tinggi negeri. Sementara pihak universitas kukuh dengan pendiriannya, para siswa mengatakan, impian mereka telah hancur. 

Sumber :http://news.liputan6.com/read/675797/25-ribu-siswa-ikut-ujian-masuk-universitas-liberia-semua-gagal

Jokowi Tepis Komentar Foke Soal Jakarta Terancam Bangkrut Seperti Detroit


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menepis komentar mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang mengingatkan ancaman kebangkrutan Jakarta seperti kota Detroit, Amerika Serikat lantaran terlalu berat menanggung beban keuangan.

"Jauh lah. Kita ini bukan Detroit. Income kita juga besar," ujar Joko Widodo di Balai Kota, Jakarta, Senin (26/8/2013).

Pria yang akrab disapa Jokowi ini bahkan mengungkapkan pemasukan di Jakarta lebih baik dari pemasukan Indonesia. Jokowi juga menyebut akan berusaha memperbaiki pelayanan dalam hal perizinan.

"Misalnya pelayanan perizinan bisa kami perbaiki dan bisa dipersepsikan positif oleh dunia usaha. Saya kira itu kita akan lebih bagus lagi," ucap Jokowi.

Sebelumnya, Foke dalam acara Halal Bihalal yang digelar di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (26/8/2013) mengatakan pemerintah provinsi jangan sampai salah mengambil keputusan dalam mengambil kebijakan.

"Saya bukan bicara Jakarta saja, tapi semuanya. Kalau salah manajemen, maka dia (kota) menghadapi skenario yang ujungnya kebangkrutan," kata Foke.

Tan Liong Houw, Legenda Hidup Timnas Indonesia


SEMANGAT bermain sepak bola tak ikut pupus meski usia kakek warga Tionghoa kelahiran Surabaya, 26 Juli 1930, itu sudah mulai menginjak kepala delapan. Meski tak segesit dan sepiawai dulu ketika muda, dia masih rutin melakoni olahraga yang banyak digemari masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Setidaknya, seminggu sekali dia bergelut dengan salah satu permainan body contact tersebut. Lawannya, jangan dikira, rekan-rekan seusianya sesama manula. Selama ini hampir semua partner bermainnya adalah pemain-pemain muda usia 20-30an tahun. Tentu, secara fisik jauh lebih fresh.
Lap. Taman Sari , kawasan Mangga Besar Jakarta pusat adalah salah satu tempat dimana beliau dapat ditemui. Dengan helm masih terpasang, beliau yang baru turun dari motor dengan dibonceng anaknya terlihat bersemangat masuk ke stadion. 
Sekilas dipandang, mungkin sebagian besar orang tak akan menyangka, masa muda lelaki yang rambutnya sudah memutih itu pernah menjadi pesepak bola terkenal. Sosok yang sangat disegani kawan dan lawan ketika bermain di lapangan bola.

Mantan pemain yang mendapat julukan "Macan Betawi" dari pendukung Persija pada masanya itu datang hanya mengenakan celana pendek dan bersandal japit. Sangat sederhana. Tangan kanannya menenteng tas kresek berisi sepatu bola. "Sejak dulu, saya ya seperti ini. Main di dalam maupun di luar negeri bawanya ya tas kresek kayak begini saja," kata beliau sambil mencari posisi duduk di pinggir lapangan.

Sepatu butut yang pasangan sebelah kiri sudah bolong kecil di bagian samping itu lantas dikeluarkan dari tas kresek. Jari tangan yang kulitnya sudah mengeriput masih tampak tetap terampil memasang dan mengencangkan tali sepatu bergigi di bagian bawah khusus untuk sepak bola tersebut. "Saya tinggal lari-lari dulu ya," kata beliau, sambil beranjak masuk ke lapangan.

Di dalam lapangan, wajah pria yang usianya sudah mencapai 10 windu lebih itu tampak semringah. Meski hanya sesekali mendapat bola, mantan pemain yang dulu biasa bermain di posisi gelandang (pemain tengah) kiri tersebut tetap rajin berlari mengikuti arah bola. Ketika permainan berlangsung, sesekali dia terlihat memberikan arahan kepada pemain lain yang mungkin usianya sepantaran dengan cucunya.



Sapakah beliau ??

Tan Liong Houw atau Latief Harris Tanoto (lahir di Surabaya, 26 Juli 1930; umur 83 tahun) adalah seorang pemain sepak bola terkenal Indonesia di era tahun1950-an. Ia dikenal sebagai pemain lini tengah yang perkasa dan ditakuti lawan. Posisinya sebagai gelandang kiri, mengharuskan Liong Houw bermain keras untuk merusak formasi lawan.
Pada masanya, Tan Liong Houw menjadi pujaan tim nasional dan Persija Jakarta. Bahkan para pendukung Tim Persija memberinya julukan “Macan Betawi” walaupun Ia berasal dari etnis Tionghoa.

Meski lahir di Surabaya, Tan Liong tumbuh remaja di Jakarta. Bakat dan hobi bermain sepak bolanya juga makin terasah di kota yang dulu sempat dikenal pada masa pra kemerdekaan sebagai Batavia tersebut. Saat berumur sekitar 17 tahun, dia bergabung dengan Chun Hwa, salah satu perkumpulan sepak bola Tionghoa saat itu, yang kini dikenal sebagai PS Tunas Jaya.

Namun, pihak keluarga awalnya tidak memberikan dukungan kepada Tan Liong menekuni sepak bola. Adiknya, Tan Liong Pha, yang bermain untuk Persib Bandung Junior juga terpaksa berhenti karena tidak mendapatkan izin. Sedangkan Tan Liong oleh ibunya, Ong Giok Tjiam, akhirnya dikirim ke Semarang, Jawa Tengah. Selain untuk bersekolah di sana, tentu tujuan keluarganya adalah menjauhkan dia dari aktivitas bola kaki.

Namun, hal itu tidak menghentikan hobinya itu. Dia secara sembunyi-sembunyi justru tetap bermain bola. Bahkan, beberapa kali dia ikut melakukan pertandingan lawatan ke luar kota. Namanya berkibar di kompetisi antarkota sebagai salah seorang pemain berbakat. "Tapi, sepintar-pintarnya saya, akhirnya tetap ketahuan juga," kisah Tan Liong, lantas terkekeh.

Kegiatannya tetap bermain bola terbongkar setelah dalam sebuah pertandingan dia mengalami cedera cukup parah. Dahinya robek karena berbenturan dengan pemain lawan sehingga harus mendapat perawatan di rumah sakit. "Orang tua langsung suruh saya balik ke Jakarta lagi," ujarnya.

Namun, garis sebagai pemain bola tak bisa dielak. Sepulang dari Semarang, sang ayah mengizinkan Tan Liong bermain bola. Kegigihan anaknya mengasah bakat sejak kecillah yang menjadi alasannya.
Tak berselang lama, berbarengan dengan momentum seleksi timnas untuk persiapan Asian Games I di New Delhi, India, dia yang saat itu berusia sekitar 20 tahun dipanggil masuk tim nasional. Prestasinya pun semakin bersinar sejak itu.

Berturut-turut pria yang juga akrab dengan sapaan Tanoto itu menjadi langganan timnas. Bersama The San Liong, Kwee Kiat Sek, Bee Ing Hien, dan beberapa pemain Tionghoa lainnya, dia kembali membela Merah Putih pada Asian Games II 1954. Kemudian, itu berlanjut pada prestasi spektakuler dalam ajang Olimpiade Melbourne, Australia, pada 1956. Timnas saat itu berhasil masuk babak perempat final dan menahan imbang tanpa gol negara kuat favorit juara Uni Soviet (sekarang Rusia) dibawah arahan pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnik.

Selama 2 x 45 menit, pemain-pemain Indonesia, termasuk Tan Liong, terus berjibaku menahan serangan tim yang diperkuat kiper legenda dunia Lev Yashin dan beberapa pemain terkenal lainnya tersebut. "Saat itu tidak ada pemain lawan yang boleh melewati saya. Jika ada yang mendekat, langsung saya sikat," kisah Tan Liong, lantas kembali tertawa.

Strategi permainan keras tanpa kompromi sengaja dipilih sejak awal karena sadar bahwa secara kualitas teknik maupun fisik kalah oleh Rusia. "Kalau main strategi biasa, pasti gampang sekali kita dikubur," katanya. Dia lantas menunjukkan jari manis dan kelingkingnya sebagai perbandingan perbedaan timnas Indonesia dan Uni Soviet yang saat itu merupakan salah satu negara adidaya di dunia.

Karena strategi bermain keras tersebut, Tan Liong sampai merasa perlu memasang pengaman untuk kakinya dua sekaligus. Tidak hanya bagian depan menutup tulang kering, tapi juga bagian belakang. "Mau mati kek, mau apa kek, saya sudah siap saat itu," tuturnya, penuh semangat.

Namun sayang, karena telah diforsir pada pertandingan pertama, di leg kedua dua hari kemudian untuk penentuan tim mana yang meneruskan ke babak berikutnya, Indonesia harus mengakui keunggulan Uni Soviet. Skor telak 4-0 untuk kemenangan tim lawan. Uni Soviet kemudian terus melaju dan berhasil menjadi juara pada ajang Olimpiade 1956 tersebut.

Namun, jangan membayangkan bahwa perjuangan timnas yang banyak digawangi pemain warga Tionghoa waktu itu mendapat support penuh dari publik Indonesia seperti saat timnas Indonesia berlaga dalam ajang AFF 2010 beberapa waktu lalu.

Sebelum melaju ke babak perempat final bertemu Uni Soviet, Indonesia terlebih dahulu harus menghadapi Republik Rakyat Tiongkok. Keraguan dan tudingan miring pun dialamatkan kepada para pemain timnas warga Tionghoa. Tan Liong dan kawan-kawan sempat dianggap akan bermain setengah hati bila bertemu pemain Tiongkok.

"Ini kalau diomongkan memang nggak enak. Tapi, kenyataannya kayak gitu. Seperti saya, biarpun WNI, tetap ada embel-embel Tionghoa-nya di belakang," keluh Tan Liong. Meski berhasil menjawab dengan kemenangan, tudingan yang sama ternyata masih dialamatkan saat Indonesia kembali harus melawan Tiongkok dalam pertandingan Pra Piala Dunia 1958. 
Namun, untuk kali kedua, Tan Liong dkk kembali bisa menjawab dengan keberhasilan mengalahkan negara dengan penduduk terbesar di dunia tersebut. "Aku nggak ada pikiran kayak begitu-begitu, pokoknya aku dapat tugas main, ya main sebaik-baiknya. Saya Indonesia, lahir di sini, makan di sini, berak di sini, mati juga di sini," tegas mantan pemain yang juga pernah membela Persija itu.

Perlakuan diskriminatif kepada para pemain warga Tionghoa saat itu, menurut dia, menjadi salah satu alasan surutnya warga Tionghoa dalam dunia sepak bola tanah air hingga saat ini. Termasuk alasan terkuat dirinya mundur dari timnas pada 1962. "Jadi, saya mundur bukan karena tidak laku lagi. Saya masih dipakai waktu itu," ujarnya.

Padahal, lanjut dia, menjadi pemain timnas sepak bola Indonesia sesungguhnya merupakan impian dan kebanggaan tersendiri bagi bapak empat orang anak itu. Saking berartinya, sampai-sampai, kaus timnas yang dipakainya saat membela Merah Putih tidak pernah dikenakan di luar lapangan. "Saya nggak mau pakai sembarangan. Mentang-mentang menjadi pemain timnas, lalu ke mana-mana pakai kaus yang ada gambar garudanya itu. Kalau saya, enggak," tutur Tan Liong.

Sejumlah jersey timnas yang dimilikinya selama 12 tahun membela timnas Indonesia tetap disimpan rapi. "Yang namanya pusaka itu cuma dipakai saat berjuang. Ini bentuk penghargaan saya. Sebab, garuda benar-benar ada di sini," tandasnya, sambil menunjuk dada sebelah kiri.

Bermain sepak bola, baik di klub maupun timnas saat membela Indonesia, juga bukan pertimbangan uang atau materi. Menurut Tan Liong, sekali bermain di Persija dia hanya dibayar segobang atau 2,5 sen. Uang sebesar itu pada zaman tersebut bisa digunakan untuk membeli semangkuk soto betawi yang sekarang harganya sekitar Rp 10 ribu. Sedangkan di timnas, saat Olimpiade, dia hanya mendapat USD 1 dolar sehari. "Jadi, bukan uang pertimbangannya," tegasnya.

Dua anak Tan Liong, Budi Tanoto dan Wahyu Tanoto, sebenarnya juga sempat mengikuti jejak ayahnya sebagai pemain bola. Keduanya juga pernah masuk timnas dan Persija senior pada era 1980-an. Namun, kiprah keduanya cuma sekilas dan tidak sefenomenal ayahnya

http://forzapersija.blogspot.com/2011/08/tan-liong-houw-macan-betawi.html

http://www.jpnn.com/m/news.php?id=84314.

Kasus Versus PRT, Ibunda Ridho Slank Divonis Bersalah

Kasus Versus PRT, Ibunda Ridho Slank Divonis Bersalah

KAPANLAGI.COM - Proses panjang persidangan antara ibundaRidho Slank, Sein Ely dengan mantan asisten rumah tangganya, bernama Has Asmain, akhirnya menemui sesi final. Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur memutus bahwa Ely bersalah.

Gugatan yang diajukan Has Asmain dikabulkan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Namun, untuk nominal, tuntutan Has Asmain sebanyak Rp 126 juta tidak dikabulkan.

Dalam sidang putusan yang digelar hari ini, Rabu (28/8) Sein didaulat hakim untuk membayar upah kerja selama tujuh tahun sebesar Rp 62 juta.

"Saya senang dengan putusan hakim yang memutuskan tergugat benar-benar melanggar hukum," kata Asmain di PN Jakarta Timur, Rabu (28/8).

Namun, masalah nominal, Asmain kurang mempermasalahkan. Dirinya hanya berusaha menempuh jalur keadilan dan ternyata mendapatkannya.

"Saya tidak mempermasalahkan nominal yang akan diterima. Saya tidak menilai uangnya, tapi antara salah dan benar aja," tandasnya.

Jokowi Bisa Dianggap Pengkhianat jika Buru-buru Nyapres


MERDEKA.COM. Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang mengatakan, Joko Widodo perlu sedikit bersabar dan mengikuti mekanisme internal PDI Perjuangan jika ingin maju menjadi capres 2014 mendatang. 

Sementara jika Jokowi memilih loncat partai, Sebastian menilai, langkah itu dapat membahayakan karier politiknya untuk masa yang lebih panjang.

Beliau (Jokowi) bisa dianggap berkhianat jika tak bersabar, ujar Sebastian di Jakarta, Selasa (27/8).

Menurut Sebastian, Jokowi dapat sukses melenggang menjadi Gubernur DKI Jakarta karena didukung oleh dua mesin partai pengusung, PDIP dan Gerindra. Jika Jokowi tak sabar untuk melewati tahapan-tahapan yang ada, dirinya akan dicap sebagai politisi yang haus jabatan dan tidak loyal terhadap partai.

Jokowi harus sabar dan mau lewati tahapan-tahapan jika ingin tidak terpeleset. Lain halnya jika dia maju, dia harus hitung dari segala sisi. Termasuk nyawanya sekaligus. Lain itu, Mega, PDIP, Prabowo, Gerindra akan merasa dikhianati. Itu sangat berbahaya, termasuk risiko kematian," jelas Sebastian.

Hingga hari ini, Jokowi belum bersedia melontarkan kesediaannya untuk maju sebagai capres 2014. Jokowi masih malu-malu dan menolak berkomentar terkait pilpres walaupun namanya kian melejit dalam sejumlah survei yang ada.

Sebastian menambahkan, apa yang dikatakan Jokowi kepada media bahwa dia menolak menjadi capres adalah langkah tepat. Dengan begitu, Jokowi akan menjadikan dukungan masyarakat semakin mengkristal, yang pada waktunya mungkin saja dapat dijadikan sebagai 'senjata' memenangkan Pilpres 2014.

"Itu langkah yang tepat. Mungkin bisa pencitraan juga. Jokowi sebaiknya menunggu restu dari Megawati Soekarnoputri agar jalannya semakin mulus nantinya, tutup Sebastian.

MERDEKA.COM. Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang mengatakan, Joko Widodo perlu sedikit bersabar dan mengikuti mekanisme internal PDI Perjuangan jika ingin maju menjadi capres 2014 mendatang. 

Sementara jika Jokowi memilih loncat partai, Sebastian menilai, langkah itu dapat membahayakan karier politiknya untuk masa yang lebih panjang.

Beliau (Jokowi) bisa dianggap berkhianat jika tak bersabar, ujar Sebastian di Jakarta, Selasa (27/8).

Menurut Sebastian, Jokowi dapat sukses melenggang menjadi Gubernur DKI Jakarta karena didukung oleh dua mesin partai pengusung, PDIP dan Gerindra. Jika Jokowi tak sabar untuk melewati tahapan-tahapan yang ada, dirinya akan dicap sebagai politisi yang haus jabatan dan tidak loyal terhadap partai.

Jokowi harus sabar dan mau lewati tahapan-tahapan jika ingin tidak terpeleset. Lain halnya jika dia maju, dia harus hitung dari segala sisi. Termasuk nyawanya sekaligus. Lain itu, Mega, PDIP, Prabowo, Gerindra akan merasa dikhianati. Itu sangat berbahaya, termasuk risiko kematian," jelas Sebastian.

Hingga hari ini, Jokowi belum bersedia melontarkan kesediaannya untuk maju sebagai capres 2014. Jokowi masih malu-malu dan menolak berkomentar terkait pilpres walaupun namanya kian melejit dalam sejumlah survei yang ada.

Sebastian menambahkan, apa yang dikatakan Jokowi kepada media bahwa dia menolak menjadi capres adalah langkah tepat. Dengan begitu, Jokowi akan menjadikan dukungan masyarakat semakin mengkristal, yang pada waktunya mungkin saja dapat dijadikan sebagai 'senjata' memenangkan Pilpres 2014.

"Itu langkah yang tepat. Mungkin bisa pencitraan juga. Jokowi sebaiknya menunggu restu dari Megawati Soekarnoputri agar jalannya semakin mulus nantinya, tutup Sebastian.

Menikmati 'Fashion Show' di Lapangan Tenis

Gaya petenis yang satu ini memang paling bisa membuat acara menonton tenis menjadi lebih seru dan memanjakan mata. Di US Open kemarin, Venus Williamsmematahkan Kirsten Flipkens dengan skor 6-1, 6-2 dengan sangat gaya. Yang takkan terlewatkan oleh semua mata yang memandang penampilan gadis 33 tahun ini adalah rambut yang dikepang kecil dan rapat berwarna shocking pink. Tak hanya itu, bila dilihat lebih dekat, di pergelangannya tersemat sederet hiasan kristalSwarovski, serta nail art berornamentasi pita serta cincin ukuran besar warna senada. Simak juga aneka gaya seru di antara para pemain dan bahkan penonton yang hadir! 


Venus Williams membetulkan tatanan rambutnya usai mengalahkan Kirsten Flipkens dari Belgia di U.S. Open tennis chammpionships New York, August 26, 2013. REUTERS/Mike Segar (UNITED STATES - Tags: SPORT TENNIS)




Venus Williams bersiap melakukan serveke petenis Belgia Kirsten Flipkens. Tampil stylish dengan cincin ekstra besar dan nail art bentuk pita bling bling, serta sederet kristal swarovski di pergelangan tangan. (AP Photo/David Goldman)




Sepatu Nike yang dikenakan oleh Rafael Nadal dari Spanyol saat melawan Ryan Harrisondari US ini nampaknya akan banyak diminati anak muda. REUTERS/Mike Segar (UNITED STATES - Tags: SPORT TENNIS) 



Paula Ormaechea dari Argentina mengenakan kacamata sport yang motif dan warnanya senada dengan sport tank-nya. Ide yang bisa ditiru untuk Anda yang gemar olahraga outdoor. REUTERS/Ray Stubblebine (UNITED STATES - Tags: SPORT TENNIS) 



Ibu Negara Michelle Obama tampil gaya dengan atasan peplum saat menghadiri acara Arthur Ashe Kids Day di USTA Billie Jean King National Tennis Center, Queens borough New York City. (Photo by Uri Schanker/Getty Images) 

Usai Dapat Kartu Merah, Kiper Ini Selamatkan Nyawa Seorang Penonton!


DREAMERSRADIO.COM - Selalu banyak intrik dan peristiwa-peristiwa menarik yang bisa kita saksikan dari lapangan hijau pertandingan sepakbola. Salah satunya adalah yang terjadi pada seorang penjaga gawang bernama Ben Scott.

Layaknya seorang penjaga gawang, Scott sudah biasa untuk menyelamatkan gawangnya dari ancaman serangan lawan. Tapi kali ini, Scott dengan sukarela menyelematkan nyawa seorang penonton yang tengah menonton timnya, Stocksbridge Park bertanding.

Aksi Scott tersebut dilaporkan oleh BBC saat Stocksbridge Park bertanding di petandingan non liga melawan King's Lynn Town. Saat itu, Scott baru saja diganjar kartu merah karena aksinya yang melanggar pemain lawan.

Tentu saja, Scott pun mendapatkan cemoohan. Menariknya, tak lama kemudian Scott ikut masuk ke sebuah kerumunan penonton dan ikut membantu seorang penonton yang diduga terkena serangan jantung bersama tim ambulance.

"Ketika aku meninggalkan lapangan, seorang gadis melewati saya. Dia mengatakan, 'Seorang pria meninggal.' Jadi, saya mengikutinya ke kerumunan dan menemukan pria tersebut terbaring di lantai," ungkap Scott.

Kemudian, Scott pun ikut melakukan pertolongan pertama bersama tim medis yang berasal dari St. John Ambulance. 

"Tindakan penyelamatan itu hasil kerja tim yang fantastis dan memberikan pria tersebut kesempatan untuk bertahan hidup. Anda harus ingat bahwa orang-orang ini (St John Ambulance) melakukannya sukarela. Mereka fantastis," beber kiper berusia 29 tahun tersebut.

Setelahnyam Scott pun malah mendapatkan aspirasi dari kedua belah pendukung termasuk dari pendukung King's Lynn Town yang sebelumnya mengoloknya.

Wah, ada-ada saja ya, Dreamers! Hihi.. ^^ (syf)

Farhat Abbas: Jokowi Nonton Metallica, Tak Untungkan Budaya DKI


KAPANLAGI.COM - Jika kedatangan Jokowi di konser Metallicadielu-elukan sebagai simbol kedekatannya dengan kaum muda dan musik rock, maka tidak bagi pengacara Farhat Abbas. Dia justru berkicau, menyindiri kalau kedatangan Jokowi di konser itu tidak menguntungkan bagi budaya Betawi.

Farhat melalui akun twitternya, @farhatabbaslaw berkicau menanggapi kehadiran Jokowi di konser Metallica, Minggu, 25 Agustus 2013 kemarin.

"Budaya DKI gak akan pernah besar sekalipun jokowi jadi personil Metalica! Yuk bareng saya! Majukan budaya bangsa! Bukan budaya jokowi! FA," katanya setengan berkampanye untuk maju sebagai Calon Presiden di Pemilu 2014.

"Kalo metalica manggung pakai baju betawi itu baru hebat! Dan dibanggakan! Bukan jokowi nonton metalica yg dibanggakan #farhatpresidenRI," ungkapnya lagi.

Farhat dikenal kerap mengeluarkan statement panas melalui jejaring sosial. Dia sebelumnya sempat dilaporkan oleh Anton Medan, lantaran menyebut Ahok secara rasial. Belum lama ini Farhat juga bernyanyi setelah tampil di acara Mata Najwa, dia tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan presenter Najwa Shihab, host program acara di Metro TV itu.

"Kalo bukan karena Solo basis PDIP jokowi gak bakal bisa jadi walikota solo, jokowi jadi gubernur bukan berSolo karier!! Gubernur kemasan," ungkap Farhat. (kpl/dar)

Ajaib, Gadis Ini Tidur Selama 2 Bulan


DREAMERSRADIO.COM - Peristiwa ini bukan cerita dongeng juga bukan binatang yang hibridasi atau tidur panjang selama musim dingin. Tapi ini adalah kisah seorang gadis bernama Imaarl Duprey yang menjelma menjadi sosok putri tidur, karena ia bisa teridur berhari-hari bahkan hingga dua bulan.

Dilansir dari Dailymail, gadis cantik berusia 23 tahun ini di diagnosis menderita Kleine Levin Syndrom (KLS) atau dikenal dengan Sleeping Beauty Syndrom. Sindrom ini berawal ketika dirinya berusia 18 tahun. Ia tertidur selama 10 hari setelah dirinya menghadiri sebuah pesta keluarga.

Seiring berjalannya waktu, Imaarl pun merasakan keanehan, ia mengaku sering merasakan kantuk tanpa sebab, kemudian lemas, pandangan kabur dan tertidur dalam jangka waktu yang lama. Meski demikian, sindrom ini tidak menyerang setiap hari, namun sekali menyerang Imaarl tidak memiliki persiapan.

“Suatu malam saya berada di sebuah pesta, tiba-tiba aku berbaring di lantai. Semua orang berjalan melewatiku. Untungnya, pihak hotel menemukan saya sudah tertidur dan saya diantar ke tempat teman-teman saya. Sangat menakutkan memikirkan hal seperti terjadi lagi ,” ungkap Imaarl.

Namun, lama-kelamaan dirinya mulai mengenali gejala yang muncul jika sindrom putri tidur menyerang. Menurutnya gejalanya mirip pengaruh obat bius. Imaarl mulai lemas, pandangan kabur dan hilang kesadaran. Pernah suatu hari, Imaarl merasakan gejala ini di kelas. Dia langsung keluar dan menelepon ibunya sambil menangis. Di saat seperti itu, Imaarl bahkan lupa di mana alamat rumahnya.

Jika telah tertidur, maka Imaarl tidak akan bisa bangun. Ia mandi, makan, minum, dan nonton tv dalam kondisi tidur atau tidak sadar. Sehingga ibu dan saudaranya yang sering membantu Imaarl jika sedang terserang sindrom tersebut.

Tidak ada yang tahu kapan Imaarl bangun jika sindrom sudah menyerang, bisa sepuluh hari, bahkan pernah hingga dua bulan. Kondisi ini pernah membuat Imaarl melewatkan ujian di kampus dan membuatnya harus mengulang mata kuliahnya yang terlewatkan.

Sering tidur sampai berhari-hari membuat Imaarl memeriksakan diri ke rumah sakit. Dia sudah menjalani scan tumor otak dan tes narkolepsi. Tidak ada yang salah dengan kesehatannya, karena sindrom ini tidak menyerang kondisi fisik.

Sementara itu, Dr Guy Leschzines, konsultan neurologi mengatakan sindrom ini merupakan gangguan neurologis yang sangat langka dan ditandai dengan rasa kantuk dan waktu tidur selama berhari-hari atau beberapa minggu.

Arumi Bachsin dan Emil Kirim Undangan Pernikahan ke Presiden dan Wapres


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu tamu penting yang direncanakan akan menghadiri resepsi pernikahan pasangan Arumi Bachsin (19) dan Emil Elestianto Dardak di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Minggu (1/9/2013), yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Arumi dan Emil juga mengirimkan undangan pernikahannya kepada Wakil Presiden Boediono. "Kemungkinan RI 1 atau RI 2 akan hadir," kata Tumpal, Koordinator Humas Pernikahan Arumi dan Emil, saat dihubungi, Rabu (28/8/2013).

Diperkirakan, saat resepsi pernikahan pasangan artis dan pengusaha muda itu berlangsung, ada banyak kalangan menteri dan setingkat menteri yang akan hadir memberikan doa dan restunya pada Arumi dan Emil.

Para tamu undangan pejabat itu akan berbaur bersama dengan artis-artis yang juga diundang ke pernikahan Arumi dan Emil. Ketika resepsi berlangsung, Arumi dan Emil akan menggunakan busana adat Jawa.

Dua hari sebelum resepsi digelar, Arumi dan Emil melangsungkan akad nikahnya di Rumah Maroko, kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Akad nikah itu dilakukan pada Jumat (30/8/2013) pagi dengan nuansa Palembang dan Bengkulu.

Sebelum menikah, Emil melamar Arumi di rumah orang tua Arumi di Perumahan Bumi Pusaka Cinere No B 38, Cinere, Jakarta Selatan, 3 Maret 2013. Emil adalah anak Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak.