بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 04/02/13
Go Green

Clock Link

Tuesday, April 2, 2013

Alasan Tidak Geli Saat Menggelitik Diri Sendiri


Sebagian besar orang pasti memiliki titik-titik geli di tubuhnya yang mudah ditemukan. Tapi mengapa seseorang tidak akan merasa geli jika ia menggelitik diri sendiri?

Terdapat banyak titik di tubuh yang bisa menjadi tempat untuk merangsang geli dan membuat orang tertawa, seperti di lutut, bagian belakang leher, ketiak, pinggang dan telapak kaki. Tawa yang timbul saat orang lain menggelitik merupakan suatu reaksi alami.

Biasanya tempat yang paling geli adalah tempat yang sangat rentan terhadap serangan, setidaknya di sekitar bagian atas tubuh. Pada bagian ketiak mengandung pembuluh darah dan arteri, serta memungkinkan akses leluasa ke jantung karena tulang rusuk sangkar tidak lagi memberikan perlindungan kepada rongga dada di sekitar ketiak.

Para ilmuwan menemukan bahwa perasaan yang dialami saat orang lain menggelitik akan membuat ia menjadi panik dan merupakan salah satu pertahanan tubuh alami. Karena perasan tersebut merupakan cara memberitahu tubuh bahwa ada sesuatu di bagian tubuhnya.

Seperti dikutip dari Howstuffworks, Kamis (9/9/2010) saat orang lain menggelitik merupakan salah satu keadaan yang tidak terduga, sehingga menyebabkan seseorang merasa gelisah dan panik yang mengarah pada perasaan geli. Rasa geli tersebut akan memunculkan respons tawa yang tak terkendali. Beberapa orang ada yang mudah sekali geli yang membuatnya mulai tertawa bahkan sebelum orang lain menyentuhnya.

Lalu kenapa tidak geli saat menggelitik diri sendiri?

Sebagian besar penjelasan untuk pertanyaan ini masih belum diketahui, namun penelitian telah menunjukkan bahwa otak sudah terlatih untuk mengetahui apa yang harus dirasakannya ketika seseorang bergerak atau melakukan fungsi tertentu.

Jika seseorang ingin menggelitik diri sendiri, maka otak sudah mengantisipasi kontak dari tangan dan telah mempersiapkan kondisi tersebut. Dengan mengontrol rasa kegelisahan dan kepanikan, maka tubuh tidak lagi merespons hal yang sama ketika ia menggelitik dirinya sendiri.

Peneliti dari University College London telah menemukan bahwa otak kecil (cerebellum) yang mencegah seseorang merasa geli tersebut. Otak kecil adalah daerah yang terletak di dasar otak dan memantau pergerakan seseorang, karenanya otak kecil mampu membedakan antara sensasi yang diharapkan dengan sensasi yang tak terduga.

Jika otak sudah bisa mengenali sentuhan yang akan datang, hal ini akan membuat saraf respons tidak terlalu intens. Inilah yang membuat seseorang tidak bisa mnggelitik diri sendiri.


http://health.detik..com/

Jauh-jauh jadi Nelayan di Uruguay, Bawa Pulang Uang Rp 1.000


Hanya empat helai baju kotor dan uang Rp 1000 rupiah, Maulana akhirnya sampai juga di Bandara Internasional Schippol, Amsterdam, Belanda.

Ia ditemani Wahyudi yang kebetulan bertemu, sedang berdiri sambil mengepul-epulkan asap rokoknya di ruang khusus bagi para penikmat rokok. Tatapannya kosong, sejenak ia kaget saat dihampiri dan langsung sumringah saat Tribunnews memperkenalkan diri sama-sama berasal dari Indonesia.

Mukanya terlihat agak berseri-seri. Obrolan santai kemudian terjadi sambil menceritakan kisah nelayan ini bisa sampai ke Uruguay tepatnya di perairan Montevedio, sebagai nelayan di perahu berbendera China.

Sebelumnya, Maulana mengaku seorang penjual ketroprak, di Bekasi Utara. Lelaki muda asli Cirebon ini, mengaku tergugah hatinya begitu ada ajakan menjadi nelayan, pencari ikan di Uruguay.

"Saya tertarik, karena mendapat gaji Rp 1.700.000 per bulan. Saat berangkat, saya juga tak mengeluarkan uang. Gaji yang didapat dipotong untuk biaya buat paspor, oleh pihak agen," tutur Maulana mengawali ceritanya kepadaTribunnews

Pertama kali sampai di Uruguay, Maulana mengaku tak berfikir macam-macam. Sampai akhirnya, ia diharuskan pulang lantaran ada penyakit dalam yang dideritanya.

Maulana mengaku sedih. Kontrak selama dua tahun, empat bulan terpaksa kembali ke tanah air. Sedih bercampur bahagia, lantaran menjadi nelayan di negeri orang, tak seperti yang dibayangkan sebelumnya.

Praktis, 23 jam Maulana bekerja setiap hari untuk mencari ikan. Istirahat yang kurang, Maulana mengaku ia coba hilangkan dengan keasyikannya mencari ikan di laut di negara orang.

Kagalauan hatinya, tak bisa ia tutupi, empat bulan berjalan, Maulana mengaku sudah harus kembali ke Jakarta lantaran kondisi kesehatannya yang tak mengharuskan ia berlama-lama di Uruguay.

Lelaki yang hanya lulusan sekolah dasar ini kemudian bertanya-tanya di dalam hati, mengapa ia bisa sampai ke Uruguay kalau memang kesehatannya tak mengharuskannya berangkat ke negara di benua Amerika Latin tersebut.

Pertanyaan di dalam hatinya ia hilangkan, begitu dapat memastikan bisa pulang ke Indonesia. Senang, bercampur sedih, Maulana bertutur dengan tatapan sedih.

"Senang karena bisa pulang, tak lagi merasa sendiri di sana (Uruguay). Sedih, karena hanya uang RP 1000 di kantong dan satu bungkus rokok (merek lokal Uruguay) yang bisa dibawa. Baju saya hanya bawa yang bersih-bersih saja," tuturnya.

Baju yang awalnya ia bawa hampir memadatkan tas ranselnya, terpaksa ia tinggalkan di Uruguay. Sambil memastikan, Maulana kemudian membuka dompetnya, menunjukkan uang Rp 1000 yang tertinggal disakunya.

"Mudah-mudahan tak ada yang bekerja menjadi nelayan seperti saya. Hanya cape yang didapat, tapi tak mendapatkan apa-apa," akunya sedih.

Iming-iming Rp 1.700.000 per bulan, hanya impian, bagi Maulana. "Saat saya tanya, uang gaji untuk empat bulan, bos saya hanya bilang, sudah syukur kamu bisa dipulangkan ke Indonesia, dengan tiket gratis," ungkap Maulana seraya menirukan perkataan bosnya.

Berangkat dari Uruguay dengan perut yang sudah terisi. Dengan modal bahasa Indonesia, tanpa bisa bahasa lain, Maulana nekat, mengakhiri kisah pilunya di negara lain.

Sebelum bisa sampai Bandara Internasional Belanda, Schippol, Maulana mengaku transit terlebih dahulu di Sao Paulo Brasil.

"Praktis, saya hanya makan apa yang diberikan di dalam pesawat. Mau minta ini, malah dikasih makanan lain. Mau minum jus, malah dikasih air putih," katanya terkekeh seraya mengaku kerap bingung saat diajak ngobrol dengan orang lain.

Selama di bandara atau dalam pesawat, Maulana mengaku lebih banyak diam lantaran tak menguasai bahasa Inggris.

Saat mencari tahu dari pintu masuk mana untuk bisa naik pesawat ke Belanda, ia harus berkali-kali bertanya kepada orang yang ia temui. Modal nekat, Maulana sampai juga di Bandara Schipol, Amsterdam.

"Pakai bahasa tubuh saja mas, sambil pakai isarat," ujarnya terkekeh.

Bau badan Maulana yang sudah tak sedap, ia tak pedulikan. Yang ia fikirkan adalah bagaimana caranya bisa sampai ke tanah air.

Maulana tak lagi galau. Ia bisa leluasa bila ingin ke kamar kecil selama transit di Belanda. Sambil menunjukkan surat kontrak kerja yang sudah lusuh, Maulana mencoba menghibur dirinya sendiri.

"Meski saya orang susah, dan hanya seribu rupiah di dalam dompet, paling ngga saya sudah sampai ke negeri orang. Mantan tukang ketoprak bisa sampai ke Uruguay, Brasil, dan Belanda," ujarnya sumringah, menghibur dirinya yang masih dibalut kesedihan. Mimpi mendapat penghasilan di negeri orang ternyata sia-sia belaka.

http://www.tribunnews.com/2013/03/29/jauh-jauh-jadi-nelayan-di-uruguay-bawa-pulang-uang-rp-1.000

Cianjur Jawa Barat, Pemugaran Situs Gunung Padang.

Jalan jalan akan lebih mengasyikan jika suasana yang kita kunjungi itu sangat indah dan sejuk itulah yang kita rasakan saat inidi Situs Megalith Gunung Padang, misteri demi misteri akan segera terbuka mengenai apa dan bagaimana Situs ini sebelumnya, semoga meraka para team arkeolog berhasil.


Sejarah Situs Megalith Gunung Padang di Kp. Padang, Desa Karyamukti, Kec. Campaka, Kab. Cianjur itu. Hanya sebuah bukit setinggi 885 meter dpl dengan 300 anak tangga yang di puncaknya berserakan bebatuan.

Kendati ada beberapa sudut dan komposisi bebatuan yang cukup unik karena berjajar dan bertumpuk rapi, bahkan ada yang mampu mengeluarkan nada berirama, namun tetap saja, melihat kenyataannya, Situs Gunung Padang hanyalah sebuah fenomena alam belaka. 


Namun dalam beberapa bulan terakhir ini, keberadaannya yang tidak istimewa itu mulai “terusik” dengan berbagai testimoni, pernyataan hingga spekulasi yang mengatakan, Situs Gunung Padang tidak sekedar bukit batu, namun ada misteri dan rahasia peradaban di dalamnya. 

Bahkan konon katanya, jikalau misterinya terungkap, maka akan merubah pandangan orang terhadap sejarah peradaban manusia temasuk membuka tabir rahasia peradaban masyarakat Sunda. 



Karenanya, Situs Gunung padang ini pun kini tak lagi sebatas isu lokal masyarakat setempat, namun telah menjadi isu nasional bahkan internasional. Presiden SBY pun langsung menerjunkan tim khusus untuk meneliti situs itu. 

Kendati dalam perjalanannya, upaya penelitian yang dilakukan oleh Tim Katastropik menuai beragam sikap keberatan hingga penolakan dan protes dari masyarakat Cianjur karena didasari rasa khawatir kegiatan riset akan merusak kawasan cagar budaya tersebut. 

Namun suka atau tidak, perkembangan hasil penelitian yang diungkap cukup mengejutkan semua pihak. Tim Arkeologi maupun geologi menemukan berbagai hal “istimewa” di kawasan situs tersebut. Dugaan pun mengarah kepada kemungkinan adanya bangunan peradaban di kawasan tersebut yang telah tertimbun selama ribuan tahun. 


Nanang, salah seorang Jupel (Juru Pelihara) Situs Gunung Padang mengungkapkan, apa dan bagaimana sejarah Situs Gunung Padang hingga saat ini masih misteri sehingga tidaklah mengherankan kini menjadi kontroversi. 

“Ada tiga opsi yang ada di dalam tanah ini, pertama ada bangunan yang telah runtuh sehingga hanya menyisakan punden bebatuan, ruang kosong atau hanya memang berisi tanah belaka,” tutur Nanang dalam suatu kesempatan di lokasi situs. 

Kemungkinan adanya bangunan di dalam tanah saat ini menjadi kemungkinan yang paling mungkin, apalagi kalau dikaitkan dengan penuturan masyarakat sekitar yang mengaku pernah melihat sebuah lorong masuk ke dalam tanah di kawasan situs tersebut. 


“Saya masih ingat waktu masih umur sekitar 10 tahun pernah masuk ke dalam gua di tebing bukti ini (Gunung Padang, red),” tutur Dadi (52) salah seorang warga sekitar. 

Dadi yang kini bertugas sebagai juru kunci situs tersebut bahkan masih ingat betul posisi lorong tersebut hingga saat ini. “Posisinya di sebelah timur sejajar dengan teras pertama. Namun waktu itu saya tidak terlalu jauh masuk ke dalam karena keburu dilarang bapak saya. Katanya pantangan masuk ke sana,” ungkapnya. 

Kisah sang juru kunci itu pun kemudian menjadi bahan tim peneliti untuk mulai menguak tabir misteri situs. Uji geolistrik dan georadar 3D dari atas teras pertama menemukan anomali berupa indikasi gerbang setinggi 19 meter menuju sebuah kamar (chamber). Obyek itu pun menjadi fokus eskavasi yang dilakukan Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang. 


Sayangnya, upaya menguak misteri Situs Gunung Padang lagi-lagi mendapat protes sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan budayawan dan pemerhati lingkungan. Akibatnya, proses penelitian jadi terkesan terputus-putus. Bahkan tim riset sendiri mengaku, hingga saat ini hasil penelitiannya belum solid karena belum menemukan benang merah antara satu temuan dengan temuan lainnnya. 

“Kuat dugaan memang di sini pernah ada bangunan, namun bentuknya seperti apa, apakah seperti piramida atau seperti bangunan di jaman batu membutuhkan rekonstruksi yang total,” ungkap Ketua Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang, Deni Hilman Nata Wijaya. 

Sementara di lain pihak, pemerintah setempat cenderung bersikap apatis meskipun secara tersurat memberikan dukungan atas kegiatan penelitian, kendati dalam perjalanannya terkadang terjadi beda keinginan, salahsatunya terkait rencana pembebasan lahan yang diinginkan tim peneliti. 

“Tidak akan ada pembebasan lahan. Masyarakat setempat harus tetap berada di sana bahkan pada saatnya nanti harus turut dilibatkan dan diberdayakan,” tegas Bupati Cianjur, Tjetjep Muchtar Soleh. 

Akhirnya, semua itu kembali kepada apa yang sebenarnya dicari dari Situs Gunung padang tersebut. Berbagai pendapat, spekualasi, mitos dan praduga-praduga serta hipotesa-hipotesa yang saat ini terus bergulir menjadi kontroversi apakah pada akhirnya nanti akan bermuara pada pemugaran kawasan tersebut. 

Kalaupun memang demikian, maka sangat berat untuk melakukannya mengingat kawasan tersebut sudah membentuk bukit bebatuan yang padat. Lagipula, kalau pun toh upaya penelitian itu akan bermuara kepada pemugaran, selain membutuhkan waktu yang cukup panjang, dana yang harus disediakan pun akan sangat fantastis, bahkan kas negara sekali pun belum tentu mau dan mampu membiayainya. 

“Untuk memugar situs ini tidak bisa mengandalkan APBN apalagi APBD, perlu bantuan dari luar negeri. Waktu yang dibutuhkannya pun cukup panjang, sekitar 10 hingga 20 tahun,” ungkap Dr. Ali Akbar, Arkeolog dari UI di lokasi situs belum lama ini. 

Dengan melihat kenyataan itu, sejumlah pihak pun menjadi pesimis bahkan mulai memertanyakan destinasi dari proses penelitian tersebut. Apakah memang sebuah proses awal untuk mengungkap warisan purbakala bangsa ini? Atau sekedar kegiatan menghabiskan anggaran lembaga belaka sehingga pada saatnya nanti Situs Gunung padang ini akan ditinggalkan begitu saja setelah ada tempat lain yang lebih “misterius” 


http://candi-indonesia.blogspot.com/2012/08/pemugaran-situs-gunung-padang.html

Pengadilan Menolak Gugatan Cerai Pria™ Hamil


TEMPO.CO, PHOENIX – Pengadilan Arizona menolak gugatan cerai wanita transjender, yang sejak berganti kelamin menjadi pria telah melahirkan sebanyak tiga kali. Thomas Beatie terlahir sebagai perempuan, lalu menjalani dua kali operasi pengangkatan payudara (mastektomi). Beatie juga menjalani terapi hormone testosterone, serta perawatan psikologis untuk menjadi pria.

Namun dia tetap mempertahankan organ reproduksi dan melahirkan tiga anak.

Hakim wilayah Maricopa, Douglas Gerlach menyatakan pernikahan sesama jenis terlarang di Arizona. Karenanya, pernikahan Thomas Beatie yang telah berjalan selama sembilan tahun, tidak diakui.

Gerlach mengatakan dia tidak punya yurisdiksi untuk mengizinkan perceraian karena tidak cukup bukti bahwa Beatie adalah seorang pria ketika menikahi Nancy Beatie di Hawaii. Juru bicara Beatie, Ryan Gordon mengatakan keputusan itu mengejutkan dan Beatie berencana untuk naik banding.

Gordon menyatakan Beatie menikah secara sah sebagai pria. Dia tidak pernah dimintai syarat untuk mengungkapkan bahwa Beatie tetap mempertahankan organ-organ reproduksi kewanitaan saat mengajukan dan diberi sertifikat kelahiran sebagai pria di Hawaii. Beatie juga menghentikan perawatan testosterone agar dia bisa melahirkan anak-anakny a.

"Sangat disayangkan, hakim tidak mengakui pernikahan di negara bagian lain,” kata Gordon.

Beatie berencana mengakhiri pernikahan, namun terhambat saat Gerlach menyatakan dia tidak dapat memberi definisi pria pada seseorang yang bisa melahirkan. Dalam keputusan terpisah, Gerlach juga menetapkan Thomas Beatie diharuskan memberi santunan sebesar US$ 240 per bulan kepada Nancy sebagai tunjangan anak. Namun Nancy tidak diberi tunjangan karena pernikahan mereka dianggap tidak sah.

Thomas Beatie, dikenal sebagai »pria hamil”. Terlahir dengan nama Tracy Lehuanani Lagondino di Oahu, Hawaii. Dia mulai menjalani terapi testosterone tahun 1997, mastektomi dan rekonstruksi dada tahun 2002. Dia mengubah jenis kelamin di surat izin mengemudi. Pengadilan Hawaii juga mengizinkan namanya diubah menjadi Thomas. Dia menikahi Nancy awal tahun 2003 di Honolulu dan hamil karena Nancy mandul. Thomas mendapatkan donorsperma dan melahirkan anak-anak yang kini berusia 4, 3 dan dua tahun.

Beatie mendapat perhatian media dan diwawancara beragam program dialog seperti Larry King dan Oprah Winfrey, bahkan masuk dalam daftar »10 Orang Paling Mengagumkan”-nya Barbara Walters tahun 2008, bersama Presiden Barack Obama, komentator Rush Limbaugh dan perenang Michael Phelps.

Dia juga menerbitkan buku »Labor of Love: The Story of One Man’s Extraordinary Pregnancy”atau kurang lebih berarti »melahirkan cinta: kisah kehamilan luar biasa seorang pria.” Dengan sampul buku Thomas bertelanjang dada, bercambang, sambil memegangi perutnya yang buncit.

Dibius, Diculik, & Dibuang di Hutan, Marina Dipelihara Monyet


Liputan6.com, Yorkshire : Kisah hidup Marina Chapman, seorang ibu rumah tangga asal Yorkshire, Inggris sungguh luar biasa, beberapa orang bahkan menganggap tak masuk di akal.

Di usia 4 tahun, Marina mengaku dibius, diculik dari rumahnya di Kolombia, lalu entah bagaimana berakhir di hutan hujan tropis. Ia lalu dirawat dan dibesarkan di kawanan Monyet Capuchin. Belajar bertahan hidup, memanjat pohon, dan tidur di dahan.

Seperti halnya Tarzan, Marina merasa berutang budi pada keluarga monyet yang merawatnya, yang "lebih manusiawi" daripada orang-orang yang menculiknya.

Kisah Marina diawali suatu hari di tahun 1954. Kala itu ia sedang asyik bermain di kebun rumahnya di Kolombia. Tak menyadari ada bahaya mendekat. "Tiba-tiba aku melihat kilatan tangan hitam dan kain putih, menutup wajahku. Saat aku merasa syok dan terteror, aku mencium bau bahan kimia kuat," kata dia seperti dimuat Daily Mail (30/3/2013). Lalu, ia tak sadarkan diri. "Kupikir aku bakal mati."

Saat tersadar, Marina mengaku mendengar suara mesin. Ia sadar berada di bagian belakang truk. Dan tak sendirian. "Aku mendengar suara tangis yang sesenggukan. Ada anak-anak lain di sana, yang ketakutan seperti aku," kata dia.

Tak sempat berbincang Marina kembali tak sadarkan diri. Lalu ia merasa bumi berguncang, ternyata ia berada di gendongan seseorang pria yang berlari. Pria yang lain ikut berlari di sebelah mereka.

Dua pria itu membawanya ke hutan dan meninggalkannya di sana. Seorang gadis kecil, tak berdaya, di tengah hutan, melewati malam pertama sendirian.

Marina terbangun dalam kondisi ketakutan dan luar biasa lapar, ia menangis, namun tak ada satupun yang datang. Ia pun lantas kembali tertidur, dan saat terbangun monyet-monyet telah mengerumuninya.


Hidup Sebagai Monyet

Para monyet, sekitar 30 ekor, mengelilinginya. Satu di antaranya menghampiri dan memukulnya hingga terguling.

Penampilan yang berbeda membuat para monyet menginspeksinya -- menarik-narik bajunya dan menjambak

rambutnya. Marina meronta-ronta. "Aku berteriak, lepaskan aku! berkali-kali. Tapi monyet-monyet itu baru berhenti setelah menginspeksiku."

Lalu, suara jeritan mengagetkannya, seekor monyet menjatuhkan pisang yang ia bawa. Pisang itu masih hijau, belum matang. Para monyet berpesta pisang, Marina pun ikut bergabung. Saking laparnya.

Lantas ia memutuskan untuk menghabiskan malam ketiganya di hutan bersama monyet. "Berada di sekeliling mereka membuatku merasa aman. Saat malam tiba, suara mereka membuatku nyaman."

Namun, ada juga pengalaman mengerikan, seperti saat Marina melihat kawanan monyet berkelahi dengan penyusup. Ia makin merasa kesepian karena hari demi hari tak ada orang yang menyelamatkannya.

Untuk membunuh sepi, ia menirukan suara monyet. Untuk menyenangkan diri dan agar merasa nyaman mendengar suaranya sendiri. Tak disangka para monyet merespon suaranya.

Marina pun makin mirip monyet. Makin sering menggaruk badannya yang jadi tempat hidup banyak binatang kecil, termasuk kutu.

Suatu hari ia merasakan sakit luar biasa di perutnya, hampir mati rasanya. Gara-garanya ia memakan buah asam. Di tengah perasaan tak karuan, muncullah kakek monyet, yang menggoyang badannya dengan lembut, mendorongnya, dan memintanya ikut.

Susah payah berjalan dan berkali-kali jatuh, Marina menyusuri sungai berbatu. Perjalanan itu berakhir di sebuah genangan. Si kakek monyet mendorong kepalanya di cekungan itu. Khawatir bakal ditenggelamkan, Marina melawan sejadi-jadinya. Namun, saat melihat wajah kera tua itu, ia terkesiap. Binatang itu nampak tenang, tak marah. "Aku lantas beranggapan mungkin ia ingin menyampaikan sesuatu," kata Marina.

Si kakek memintanya minum air berlumpur itu. Setelah minum dalam jumlah besar, Marina ambruk, terbatuk, dan memuntahkan banyak cairan asam dari lambungnya.

"Pengobatan" itu berhasil. Perlahan Marina berjalan ke kawananya. "Kakek monyet nampak puas dengan usahanya, berbalik, lalu kembali ke pohonnya," kata dia. Sejak itu, sikap si kakek berubah, dari acuh dan curiga, menjadi pelindung sekaligus temannya.

Lambat laun Marina berbaur dengan teman-temannya. Memberi mereka nama: Spot yang energik, Brownie yang lembut dan pengasih, Tip yang pemalu. Juga sahabatnya, Mia yang juga pemalu.

Setelah merasa diterima, ia belajar memanjat pohon. Otot-ototnya makin kuat. Saat sampai di sarang di puncak pohon untuk kali pertamanya, para monyet acuh saja. Merasa kehadiran Marina di teritori mereka sebagai hal wajar.

Marina kecil masih kerap menangis sedih, terutama di malam hari, namun kebersamaannya dengan keluarga barunya membuatnya lambat laun melupakan kesedihannya.


Bertemu Manusia

Makin besar kemampuannya, makin kuat daya jelajah Marina. Hingga suatu hari ia menemukan sekelompok gubuk. Memberanikan diri mendekat, ia bertemu dengan seorang ibu dan anaknya yang baru lahir.

"Perasaanku bergejolak melihatnya, merasakan perasaan yang dibutuhkan semua manusia: untuk dicintai. Namun saat melihat ke mataku, hanya ada ketakutan di wajah perempuan itu."

Perempuan itu lalu berteriak, membuat seorang pria berlari dari gubuk dan menangkap Marina. Pria itu lalu memaksa membuka mulutnya untuk memeriksa gigi-giginya. Tak ada yang runcing. Lalu melepasnya.

"Aku mencoba memohon padanya, minta makanan dan tempat tinggal, namun suara dan tindakanku lebih mirip monyet daripada manusia. Tanpa ragu, ia meninggalkan aku. Lalu, aku kembali ke hutan dengan perasaan terluka," kata Marina.

Hari itu, ia mendapat pelajaran berharga. Keluarga bisa ditemukan di mana saja, di mana kita merasa dicintai dan diperhatikan. Saat itu, ia menepis keinginannya untuk kembali ke kehidupan manusia. "Monyet, bukan manusia, adalah keluarga saya."


Kembali ke Peradaban

Kehidupan Marina yang mirip Tarzan berakhir setelah keberadaannya diketahui sejumlah pemburu.Pemburu itu itu menukarnya dengan seekor burung beo di tempat prostitusi, melarikan diri sebelum melayani lelaki hidung belang pertamanya, menjadi pemimpin geng anak-anak, dan berakhir di Bradford, Inggris.

Ia lalu diadopsi sebuah keluarga di Bradford, belajar menjadi koki, bekerja di National Media Museum, banting setir dengan berkarir membantu anak-anak bermasalah setelah menikah dengan ahli bakteri di tahun 1970-an. Kini Marina hidup tenang di Inggris dengan suami dan anak-anaknya. Kisah hidupnya yang dulu tersembunyi saat ini diketahui dunia. (Ein)

Eyang Subur Akhirnya Muncul


Setelah perseteruan dengan Adi Bing Slamet marak diberitakan, Eyang Subur seolah menghilang. Eyang Subur akhirnya muncul di perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar di rumahnya di kawasan Tanjungduren, Jakarta Barat. 

Sumber : liputan6.com

Bripka AH Ngaku Datangi FM untuk Isap Sabu, bukan Memperkosa


MERDEKA.COM. Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Soemarno mengemukakan anggota Polri yang menjadi tersangka pemerkosaan di ruang tahanan mengaku memang mengunjungi korban FM di selnya, tetapi AH membantah memperkosanya. Bripka AH mengaku mendatangi FM untuk mengkonsumsi sabu-sabu.

"Dalam pemeriksaan, pelaku mengaku pakai narkoba namun membantah telah memperkosa korban FM," kata Soemarno yang dihubungi dari Palu, seperti dikutip dari Antara, Minggu (31/3).

Dia mengatakan tersangka AH mengaku mengkonsumsi narkoba bersama FM di dalam ruang tahanan. Pengakuan serupa juga disampaikan FM.

Namun semua itu harus dibuktikan melalui tes urine kepada AH dan FM. "Dalam waktu dekat akan ada tes urine," katanya.

Dia mengatakan selain kasus dugaan pemerkosaan, tersangka AH juga diperiksa terkait kasus penyalahgunaan narkoba. Kebetulan korban pemerkosaan adalah tahanan kasus narkoba yang telah mendekam di sel sejak dua bulan silam.

Dia mengatakan Polres Poso terus mendalami kasus tersebut terkait peran dua rekan AH yang turut melakukan pelecehan seksual terhadap korban FM pada 22 Februari 2013.

Sebelumnya, Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana mengatakan penyidik kesulitan mengungkap kasus dugaan pemerkosaan di dalam tahanan Polres Poso karena kejadiannya sudah terjadi sekitar satu bulan lalu. Korban FM sudah divisum oleh tim medis pada akhir Maret 2013, dan tim dokter kesulitan membuktikan dugaan kasus pemerkosaan itu karena kejadiannya sudah berlangsung sekitar satu bulan.

"Namun pada prinsipnya, siapapun yang terbukti bersalah harus dihukum berat," kata Dewa Parsana menegaskan.

Kasus dugaan pemerkosaan oleh oknum anggota Polres Poso itu mendapat perhatian aktivis perempuan, Komnas HAM, serta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban karena peristiwanya terjadi di dalam ruang tahanan.

Komnas HAM juga mengkhawatirkan keselamatan korban dan saksi kasus tersebut.

Jangan Merokok Setelah Bangun Tidur!


Ghiboo.com - Para ahli kesehatan sudah memperingatkan bahwa merokok meningkatkan risiko berbagai jenis kanker. 

Dan risikonya akan semakin tinggi tergantung waktu perokok menghisap rokoknya. 

Para ilmuwan dari Penn State College of Medicine di Pennsylvania menegaskan untuk tidak merokok di pagi hari. 

Pasalnya, perokok yang selalu merokok setelah bangun tidur lebih mungkin terkena kanker paru-paru. 

DalamJournal of Cancermencatat bahwa nikotin yang dihisap sekitar 30 menit setelah bangun memberikan efek dua kali lipat lebih berbahaya pada paru-paru. 

"Para perokok ini lebih mungkin memiliki tingkat nikotin dan racun lainnya lebih tinggi dalam darah tubuh mereka, dan membuat mereka jauh lebih kecanduan," ungkap pemimpin penelitian Dr. Joshua Muscat, dilansir dari BBC News (1/4). 

Orang Tua Lina Marlina Terkejut Anaknya Nikah Dengan Kiwil


KAPANLAGI.COM - Kabar menikahnya komedian Kiwil dengan Lina Marlina jadi topik hangat di berbagai pemberitaan belakangan ini. Pasalnya, pernikahan tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan orang tua Lina. Sopini, ibunda Lina, terkejut mendengar kabar tersebut. 

Sebagai orang tua, Sopini tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Dirinya merasa tidak dihargai sebagai orangtua ketika Lina menikah. Mungkin ceritanya akan lain kalau Kiwil dan Lina meminta restu secara baik-baik kepada. 

"Saya sedih mendengarnya. Seandainya Lina suka kepada Kiwil dan menikah, seharusnya kan diobrolkan dengan keluarga. Bilang secara baik-baik," ujar Sopini di kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Sabtu, (30/3/2013). 

Selain Sopini, keluarga besar Lina pun terkejut mendengar kabar tersebut. Apalagi mereka mengetahuinya dari sosial media twitter. 

"Keluarga syok mendengar berita pernikahan Kiwil , kami mendengar kabar pernikahan itu dari profil Lina di Twitter," pungkas Asya Parera. (kpl/hen/rzm)