بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 05/02/12
Go Green

Clock Link

Wednesday, May 2, 2012

Konser Avenged Sevenfold Batal karena Alasan Keamanan



JAKARTA – Avenged Sevenfold, band heavy metal asal Huntington Beach, California, Amerika Serikat (AS), mendadak membatalkan konser yang sedianya berlangsung malam ini, Selasa (1/5/2012), di Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara.

Kabar pembatalan itu bergulir lewat situs jejaring sosial Twitter, dengan akun resmi milik Entertainment Ranger, @EnRanger. Entertainment Ranger adalah promotor penyelenggara konser tersebut.


Dalam akunnya, Entertainment Ranger mengatakan, pembatalan konser tersebut karena situasi yang tidak kondusif di Jakarta. 

"Kami ingin informasikan kepada kalian, bahwa dengan sangat menyesal, kami terpaksa membatalkan konser hari ini, karena alasan keamanan dan keadaan yang tidak memungkinkan," tulisnya.


Tentu saja, pembatalan konser itu sangat mengecewakan banyak pihak. Terutama para penggemar yang menunggu aksi Zacky Vengeance dan kawan-kawan. Apalagi, pertunjukan itu dibatalkan secara mendadak.


Sampai sekarang, pihak promotor belum bisa dihubungi untuk memberikan keterangan terkait pembatalan konser tersebut. Sementara, para penonton sudah mulai memadati area konser. (*)

Kisah Hantu Terkenal dari Thailand yang Memilukan

sumber: http://vinke.multiply.com/journal/item/84/Nang_Naak_Phra_Khanong_?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://id.wikipedia.org/wiki/Nang_Nak

Mae Naak Phrakhanong adalah kisah hantu terkenal yang menjadi favorit di antara rakyat Thailand. Bercerita tentang kehidupan hantu istri yang setia dan suami yang tidak curiga bahwa istrinya adalah hantu.




Kisahnya: 

Seabad lalu, pada masa pemerintahan Raja Mongkut (1851-1868), saat Bangkok masih disebut "Venesia dari Timur Jauh", ada gadis cantik bernama Nang Naak. Nang Naak jatuh cinta pada pemuda tampan bernama Nai Maak. Mereka tumbuh bersama didesa yang sama, namun hubungan keduanya mendapat tentangan dari keluarga Maak, yang dikisahkan berasal dari keluarga kaya. Sedangkan Naak, hanya berasal dari keluarga sederhana. Tidak peduli pada kerikil atau lancarnya hubungan itu, mereka berdua akhirnya menikah dan hidup bersama. Tak lama setelah pernikahan itu, Nai Maak kemudian menjadi sukarelawan wajib militer berperang melawan Cina, ia meninggalkan istri yang mengandung anaknya dengan kesedihan dan ketakutan yang mungkin akan muncul. Karena luka parah yang diderita Maak akibat peperangan, ia kemudian mendapatkan perawatan yang cukup lama disebuah kuil. Sebagai istri yang setia, Mae (nyonya) Naak selalu menantikan saat2 kembalinya sang suami, namun hari tersebut tidak pernah ada hingga akhir hayatnya.

Berbulan bulan setelah kepergiannya, hari itu Maak kembali ke desanya, sungai yang membelah daratan dimana ditepian sungai tersebut rumahnya berada, telah disusurinya. Kampung itu nampak sepi dan sunyi, ada rasa ragu dihatinya, kemana penduduk desanya? Kenapa begitu sunyi…
Namun keraguan itu tak berlangsung lama ketika sosok perempuan yang sedang duduk dimuka rumah panggungnya ditepi sungai. Ia duduk menimang bayinya. Ia yakin itu adalah Naak, istrinya dan bayi itu pastilah putranya yang lahir ketika ia berperang. Perahunya mendekat, ia tak sabar ingin segera menyapa istri dan anaknya yang telah ia tinggalkan berbulan bulan lamanya.
Maak menyapa dan memeluk istri dan bayi mereka dengan suka cita, namun istrinya tidak banyak bicara, hanya sorot matanya yang sayu melukiskan kerinduan yang amat dalam pada suaminya. Pertemuan yang agak aneh itu terjadi sangat cepat namun mengesankan. Keluarga itu kembali berkumpul dan berbahagia.

Kehidupan selanjutnya bukanlah hal yang mudah bagi Maak, hari harinya penuh dengan mimpi buruk karena trauma perang. Namun demikian, sebagai istri yang baik, Naak selalu melayani suaminya dengan sebaik-baiknya. 
Hari berganti hari, bulan berjalan, suatu pagi terlihat oleh Maak kepala biara datang bersama beberapa pendeta muda lain menuju rumahnya. Kepala pendeta itu melihat suasana rumah Maak yang lusuh, berdebu dan penuh dengan sarang laba-laba, seperti rumah yang tak berpenghuni sekian lama.
Kepala pendeta telah mendengar kembalinya Maak selesai berperang, namun yang membuat kepala pendeta tsb cemas adalah cerita penduduk yang dulu pernah menjadi tetangga dekat di kampung yang sama dengan Maak. Bahwa mereka meninggalkan kampung Maak disepanjang tepian sungai karena hantu Naak yang sering bergentayangan menyebar terror di kampung mereka.

Mae Naak sebetulnya telah meninggal berbulan-bulan yang lalu jauh sebelum suaminya kembali dari perang. Dan sesungguhnya Maak telah pulang kerumah yang tak berpenghuni. Lalu siapa yang selama ini menemani dan merawat dia? Apakah betul istrinya Mae Naak? Saat hatinya galau, kepala pendeta itu menyuruhnya untuk melihat Naak yang saat itu sedang memasak dibelakang rumah, dengan cara membungkukkan badan dan melihat siapa Naak sebenarnya diantara kedua kaki yang dibentangkan. Yang terlihat kemudian oleh Maak adalah peralatan memasak itu bergerak sendiri, tidak ada seorangpun disana. Jadi selama ini hantu Naak telah mengelabui penglihatan Maak. Rumah yang selama ini dia lihat begitu bersih dan sejuk tiba-tiba nyata terlihat seperti yang disaksikan kepala pendeta itu: lusuh, berdebu, sangat kotor dan hampa.

Lalu bagaimana ia meninggal? Pendeta itu berkisah: Saat hari bersalin tiba, dlm badai Naak berusaha melahirkan bayinya, namun persalinan itu berakhir dengan kematian, bayi itu mati bersama ibunya. Naak meninggal dalam kesedihan dan kerinduan. Para tetangga yang bersimpati menguburkan mereka secara baik-baik, tapi arwah Naak tetap bergentayangan. Ketika Maak kembali dari perang, hantu Naak menjelma menjadi manusia. Kisah cinta misterius itu serta merta berubah menjadi adegan horror. Begitu mendengar kenyataan yang telah dikisahkan Kepala Pendeta, Maak lari…dan tersadar bahwa selama ini, ia telah hidup bersama hantu istri dan bayinya. Hantu Naak terus mengikuti kemanapun Maak pergi. Selama perburuan itu hantu Naak berlaku brutal dan tidak segan membunuh siapa saja yang menghalanginya. Penduduk desa kemudian mendatangkan dukun, para pemuka agama bahkan pengusir setan yang dari berbagai penjuru di Thailand untuk melawan hantu Naak, namun usaha itu sia sia. Hantu itu terus mebunuh siapa saja yang menghalanginya bahkan para pendeta yang sedang mengamankan Maak di dalam kuil.

Akhirnya seorang pendeta muda yang datang dari daerah yang cukup jauh berhasil mendamaikan arwah penasaran Naak, beberapa versi legenda ini percaya, dialah Somdej Phra Puttajan dari Thonburi, kabarnya ia menggali kembali kubur Naak dan memberi semacam pasak yang konon ditinggalkan oleh Pangeran dari Chumporn. Pasak bertali itu kemudian dililitkan di kepala Naak, dan lenyap kedalam tengkoraknya.
Nai Maak yang berduka kemudian memutuskan untuk menjadi pendeta.


makam Nang Naak: 

Kini, tempat pemakaman Nang Naak menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru di Thailand bahkan turis manca negara. Makam itu terletak di batas kompleks kuil Mahabute di On Nut, Sukumvit Soi 77, Bangkok. Kini, baik kuil maupun penduduk yang tinggal disekitarnya mendapatkan rejeki dari kepopuleran legenda Nang Naak. Kuil ini dibangun layaknya sebuah rumah bagi Nang Naak dan anaknya, dan bukan sebuah kuil konvensional. Banyak buket-buket bunga, kosmetik, mainan, popok bayi, dan botol susu sebagai hadiah untuk anaknya. Bahkan, yang menarik disini adalah TV yang selalu dibiarkan menyala, karena masyarakat yakin Nang Naak masih tetap ada di tempat itu.
Kebanyakan orang yang datang, meminta petunjuk akan peruntungan karena wanita ini dikenal mampu memenangkan lotere. Tak heran, di luar kuil banyak pedagang menjual tiket lotere, peramal keberuntungan, dan penjual ikan emas (sebagai simbol nasib baik). Tidak hanya mereka yang mencari kemenangan undian, namun kuil ini juga populer untuk pria-pria yang hendak pergi wajib militer. Nang Naak juga dikenal mampu menghilangkan berbagai hambatan hidup, sehingga berbagai kalangan usia datang ke tempat ini. Namun wanita yang meminta kesuburan atau wanita yang sedang hamil, dianjurkan untuk menghindari tempat ini karena berbagai alasan tertentu.


filmnya: 

Kisah ini telah digambarkan dalam beberapa film sejak era film bisu, dengan salah satu yang paling terkenal adalah Mae Naak Phra Khanong pada tahun 1958. Legenda ini juga diadaptasi menjadi sebuah opera, Mae Nak, oleh komposer Thailand Somtow Sucharitkul. Tahun 1999 film Nang Naak diremake oleh sutradara asal kerajaan Thailand Nonzee Nimibutr. Sineas asal Britania Raya Mark Duffeld menyutradarai ulang pada tahun 2005 dengan judul Nâak Rák Táe ("Cinta Sejati Naak").


Poster Film Nang Naak 1958



Serial The Ghost of Prakanong yang mengangkat kisah Nang Naak juga pernah diputer di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia tahun 2003. 

12 Tempat Menikmati Pesona Lumba-Lumba di Indonesia

sumber: http://triptourism.com/

http://wwf.or.id/

http://beingindonesian.com/post/2399109610/lumba-lumba-di-sekitar-kepulauan-derawan


1. Sabang, Pulau Weh, Aceh



2. Teluk Kiluan, Tanggamus, Lampung Selatan



3. Pulau Sepa, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta



4. Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah



5. Pantai Lovina, Buleleng, Bali



6. Kepulauan Gili, Nusa Tenggara Barat



7. Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur



8. Pulau Maratua, Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur



9. Pulau Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara



10. Bunaken, Sulawesi Utara



11. Pulau Morotai, Kepulauan Halmahera, Maluku



12. Teluk Cenderawasih, Papua

Kota dengan Pemandian Terindah di Dunia

sumber: http://kolomkita.detik..com/baca/artikel/11/1833/the_last_sunday_in_budapest._part_1

http://www.kabarsantai.info/2011/07/4-tempat-pemandian-termewah-di-dunia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Budapest


Budapest, ibukota Hungaria yang terletak di Eropa Timur kaya dengan masa-masa peperangan, penjajahan, pembebasan, yang akhirnya malah diduduki untuk kembali terjajah. Namun, kota ini tak pernah menyerah, kota tangguh yang dijajah dan terajam tapi tetap bertahan dan bangkit hidup dari kematian berkali-kali. Dulu, di abad ke 3 dan ke 4 SM, orang Eravisci dari suku Celtik yang sangat berbudaya “memeriahkan” kehidupan di bukit Gellért, diatas sungai Danube di Budapest. Kepandaian dalam dunia besi dan keramik hingga pembuatan uang koin membalut kehidupan mereka dengan kemakmuran. Hingga abad 35 SM, datanglah bangsa Romawi dan Turki Ottoman menambah hingar bingar bukit dengan membangun pemukiman koloni Pannonia, dan mengeksploitasi mata air panas di daerah tersebut dengan membangun pemandian umum pertama. Pemandian dan spa menjalar subur di kanan kiri kota tersebut, membuatnya menjadi terkenal dengan nama Aquincum (kini dikenal dengan nama Óbuda), kota yang berlimpah dengan “air”. Kota ini pada akhir abad ke-19 didirikan berdasarkan dua kota bersebelahan; Buda (sisi barat) dan Pest (sisi timur) yang dipisah oleh sungai Donau. Pemandian air panas atau disebut juga spa di Budapest telah menarik perhatian para pengunjung selama ribuan tahun. Spa-spa disana tidak hanya menawarkan terapis terampil, tetapi juga membuat para pengunjung dapat berendam di tengah-tengah arsitektur terindah dan bersejarah kota ini. Ditambah lagi mata air termal dipercaya dapat menyembuhkan sejumlah penyakit termasuk arthritis dan asma, dan kebanyakan tempat pemandian umum juga menawarkan sejumlah perawatan kesehatan seperti pemijatan, fisioterapi, dan hidroterapi.


BEBERAPA PEMANDIAN YANG TERKENAL

1. Gellerts 



Salah satu tempat pemandian yang paling populer dikalangan wisatawan yang berkunjung ke Budapest adalah Gellert Baths & Spa. Mata air alami yang diyakini berkhasiat seperti obat, perabotan dengan gaya Art Nouveau, mosaik artistik, jendela kaca patri dan berbagai pahatan adalah kombinasi keindahan dengan dosis yang sempurna untuk semua wisatawan yang ingin menikmatinya. Gellert Baths & Spa membuka pintunya pertamakali di tahun 1919 dan memiliki 13 bak mandi yang terdiri dari dua pemandian effervescent, tiga kolam renang, dan delapan pemandian air panas dengan suhu air bervariasi 24-37 derajat Celsius.


2. Széchenyi



Széchenyi Bath & Spa adalah pemandian pertama di sisi Pest. Salah satu tempat spa terbesar di Eropa yang memiliki 15 kolam untuk berenang, berendam dan pijat. Pada 1881 disebut "Pemandian Artesian" dan hanya berupa suatu bangunan sementara. Pada tahun 1913, pemandian Széchenyi diubah menjadi bak permanen, berupa kompleks bangunan cantik bercat kuning dan mendapat nama yang sekarang. Pada tahun 1927, ditambahkan situs pantai serta pemandian umum untuk pria dan wanita.


3. Rudas



Rudas adalah pemandian yang paling bersejarah di Budapest. Bangunan ini berasal dari abad 16, ketika pendudukan Turki sedang membangun fasilitas mandi untuk membuat sebagian besar dari 80 mata air panas bumi. Pengaruh Ottoman masih dapat dilihat di kolam segi delapan yang ditutupi oleh kubah besar berdiameter 10 meter dan disangga oleh delapan pilar, serta enam kolam uap.


4. Kiraly



Kiraly Bath adalah pemandian bergaya Turki abad ke-16, salah satu pemandian tertua dan paling otentik dalam sejarah Turki di Budapest dari zaman pendudukan Ottoman Turki. Arslan Pasha mulai membangun pemandian ini pada 1565. Pemandian Kiraly memiliki bak mandi termal eksklusif: 4 bak dengan suhu dan ukuran yang bervariasi (26°C, 32°C, 36°C, 40°C). Air di Kiraly berasal dari yang pemandian lain di Budapest yaitu Lukacs Baths.

Kedai-Kedai Es Krim Legendaris di Indonesia


Es krim, siapa sih yang nggak suka? Sekarang es krim pun semakin mudah ditemukan di toko-toko kecil. Meskipun akrab dengan makanan manis dan dingin yang satu ini, diantara agan-agan mungkin ada yang belum tahu bahwa terdapat tempat makan es krim di beberapa kota di Indonesia yang didirikan sejak jaman kolonial Belanda dan masih tetap bertahan sampai sekarang dengan nuansa tempo doeloe yang kental, sehingga layak disebut kedai es krim legendaris. Cekidot!1. Ragusa, Jakarta

1. Ragusa

Nama Ragusa berasal dari dua orang berkebangsaan Italia yang datang ke Indonesia pada tahun 1930-an, Luigie Ragusa dan Vincenzo Ragusa. Pada tahun 1932, Ragusa bersaudara mulai membuka kafe es krim di pasar Gambir (Jakarta Fair). Karena dinilai tempatnya terlalu sepi dan hanya ramai setahun sekali, tahun 1947 mereka membuka kafe di Jl. Veteran I No. 10 Jakarta Pusat, yang menjadi pusat pembuatan dan penjualannya sampai sekarang. Selama menekuni bisnis es krim, dua bersaudara Italia tersebut dibantu Jo Giok Siaw. Ibu Hj. Sias Mawarni, menantu dari Jo Giok Siaw, dan suaminya yang meneruskan penjualan es krim ini.
Kedai es krim ini menempati bangunan bergaya khas Belanda beserta kursi-kursi yang terbuat dari rotan dengan model kuno dan meja yang sederhana sebagai pelengkapnya. Ruangan ini pun tidak menggunakan AC, hanya menggunakan kipas angin dan atap bangunan yang tinggi sehingga dapat mengurangi udara yang panas. Di sekeliling dinding, terdapat foto-foto hitam putih yang menggambarkan bagaimana rupa Es Krim Ragusa sebelumnya dan potret sudut-sudut kota Jakarta jaman dulu. Ada juga mesin kasir kuno dan tempat untuk menyajikan es krim yang antik. 


Ragusa sekitar tahun 1930an (1)



Ragusa sekitar tahun 1930an (2)



Ragusa sekitar tahun 1970an



Ragusa kini, tampak luar



Ragusa kini, tampak dalam


Es krim Ragusa menggunakan bahan-bahan berkualitas mulai dari susu sampai bahan lainnya. Semuanya dibuat secara handmade, bukan diambil dari pabrik jadi kualitas akan tetap terjaga serta tidak menggunakan pengawet. Yang paling terkenal di sana adalah Spaghetti Ice Cream, es krim vanili yang disajikan berulir-ulir seperti tumpukan spaghetti dan diatasnya ditaburi kacang, coklat dan sukade.


Spaghetti Ice Cream Ragusa

Di bagian depan tempat ini juga ada penjual otak-otak dan rujak juhi yang dapat dipesan sebagai makanan ringan pendamping es krim. Kadang ada 'pengamen' bersuara indah dan pengunjung dapat memesan lagu-lagu baik lagu tempo doeloe maupun masa kini.


2. Zangrandi, Surabaya

Zangrandi adalah kedai es krim tertua di Surabaya yang masih mempertahankan eksistensinya sampai sekarang. Kedai es krim ini didirikan oleh Renato Zangrandi yang berasal dari Italia pada tahun 1930. Dia mendirikan kedai es krim di lokasi yang strategis, di seberang gedung yang sekarang bernama Balai Pemuda. Dulu gedung itu adalah tempat pesta para meneer dan mevrouw Belanda. Jadi sebelum atau sesudah pesta, orang-orang elit itu mampir dulu ke toko es krim Zangrandi. Bangunan yang sekarang beralamat di jalan Yos Sudarso no 15, Surabaya ini masih merupakan bangunan dengan arsitektur jaman Belanda dan menjadi salah satu cagar budaya di Surabaya. Oleh karena itu, bentuk bangunannya masih dipertahankan seperti saat pertama kali dibangun. Pintu dan jendela serta perabot yang digunakan seperti kursi rotan berwarna merah kuning beserta mejanya membuat suasana tempo doeloe semakin terasa. Pengunjung bisa memilih, mau duduk di halaman bangunan sambil menikmati lalu-lalang kendaraan atau duduk di dalam. 


Zangrandi sekitar tahun 1930an



Zangrandi sekitar tahun 1930an



Zangrandi kini, tampak luar



Zangrandi kini, tampak dalam

Es krim yang pertama kali terkenal dari Zangrandi adalah Tutti Frutti yaitu es krim berbentuk segitiga dengan berbagai rasa buah-buahan yang nikmat. Sedangkan es krim yang menjadi favorit di Zangrandi adalah Macedonia, es krim bulat yang bagian atasnya dibentuk seperti huruf V dan ceruk itu diisi rhum. Rasa es krim yang unik diimbangi dengan tekstur es krim yang sedikit kasar (tidak terlalu lembut seperti es krim modern) dan mudah lumer. Tentunya karena es krim ini memakai resep jadul asli tanpa tambahan bahan kimia. 


Es Krim Tutti Frutti Zangrandi



Es krim Macedonia Zangrandi

Selain es krim, di sini juga menjual makanan ringan seperti risoles, lumpia, siomay dan lain-lain.


3. PT. Rasa, Bandung

Rasa Bakery & Café menempati lokasi di Jl. Tamblong No.15 Bandung (daerah kota tua). Suasana tempo doeloe dengan bangunan bercat putih bergaya arsitektur Eropa (art deco) menjadi ciri khas tempat ini. Beberapa bagian dari bangunan masih menggambarkan suasana lampau meskipun bangunan sudah dipugar. Misalnya, bentuk jendela yang besar, gorden, tirai yang menghiasi jendela maupun kanopi yang biasa terdapat pada rumah-rumah lama. Suasana dalam restoran terkesan lapang dan sejuk sehingga nyaman sebagai tempat bersantap. 
Dahulu, tempat ini bernama Hazes shop & café yang populer pada tahun 1936 di kota Bandung. Seorang dengan kewarganegaraan Belanda adalah pemilik dari Hazes, sayang namanya tidak diketahui. Pada tahun 1963, Hazes dibeli oleh Ny. Kamarga yang merupakan warga Negara Indonesia keturunan. Menyusul pada tahun 1968, Hazes berganti nama menjadi Rasa dan sekaligus mengganti status menjadi Perseroan Terbatas.


Kawasan Tamblong, Bandung sekitar tahun 1930an



PT. Rasa kini, tampak luar



PT. Rasa kini, tampak dalam

Makanan yang tersedia cukup beraneka ragam. Tersedia makanan ringan juga makanan berat ala Indonesia maupun mancanegara untuk makan siang dan makan malam, namun yang unik dan menjadi daya tarik pengunjung Rasa Bakery & Café adalah es krim. Es krim tempo dulu ini dibuat dari susu asli secara home made dengan resep turun temurun dan tanpa bahan pengawet sehingga memberikan rasa es yang nikmat. Salah satu menu yang khas adalah Coconut Royale ice cream, yaitu setengah batok kelapa muda yang berisi tiga scoop es krim stroberi, pisang, dan moka dan ditaburi buah-buahan.


Es Krim Coconut Royale PT. Rasa


4. Toko Oen, Semarang dan Malang

Toko Oen terdapat di dua kota di Indonesia yaitu di Jl. Pemuda No. 52, Semarang dan Jl. Basuki Rahmat No. 15, Malang. Kedua rumah makan tersebut sama-sama tetap mempertahankan nuansa zaman kolonial meskipun terdapat beberapa perbedaan. Kisah restoran tua ini dimulai tahun 1922 di Yogyakarta saat seorang ibu rumah tangga bernama Liem Gien Nio menyalurkan keahliannya membuat makanan dan aneka macam panganan khas China dan Eropa. Ia pun kemudian membuka jasa katering dan menjualnya dengan pelanggan rata-rata kalangan orang China dan Belanda di kota Yogyakarta. Dengan rasa gurih dan lezat tak heran usahanya berkembang dan berlanjut dengan membuka Toko Oen di Semarang, Malang, dan Jakarta. Akan tetapi, keterbatasan anggota keluarga yang bersedia mengurus toko Oen membuat Toko Oen di Jakarta dan di Yogyakarta tutup. Saat ini Toko Oen Semarang dikelola oleh Yenny Megaputri, salah satu cucu dari Ibu Liem Gien Nio. Sedangkan Toko Oen Malang berganti kepemilikan dan sekarang dikelola Danny Mugianto. Sampai saat ini kedua Toko Oen menempati bangunan asli bergaya Belanda yang dibangun tahun 1930an. Berlangit-langit tinggi, dilengkapi dengan furnitur antik juga hiasan seperti piano, foto-foto hitam putih dan lukisan tempo doeloe serta alunan lagu-lagu oldies, semua seolah membawa ingatan pengunjung ke masa lalu. Para pelayan pun berpakaian putih-putih ala Belanda. Bahkan di Toko Oen Malang daftar menu ditulis dalam Bahasa Belanda, dengan terjemahan Indonesia. Misalnya biefstuk van de hass (steak iga sapi) dan kippen biefstuk (steak ayam).


Toko Oen Semarang sekitar tahun 1930an



Toko Oen Semarang kini, tampak luar


Toko Oen Semarang kini, tampak dalam



Toko Oen Malang sekitar tahun 1930an, tampak luar



Toko Oen Malang sekitar tahun 1940an, tampak dalam



Toko Oen Malang kini, tampak luar



Toko Oen Malang kini, tampak dalam

Toko Oen menyajikan berbagai hidangan bercitara lezat seperti steak, salad, chinese food juga kue-kue kering. Namun yang paling dicari pengunjung di sini adalah es krim. Es krim Toko Oen dibuat dengan resep warisan, dari susu asli dan tanpa bahan kimia. Yang spesial adalah Oen’s Simphony yaitu 4 scoop es krim aneka rasa kemudian ditambah toping dan biskuit lidah kucing khas Toko Oen dan Tutti Frutti Cassata, sepotong es krim bercita rasa buah-buahan dengan lapisan es krim cokelat.


Es Krim Oen's Symphony Toko Oen



Es Krim Tutti Frutti Toko Oen


5. Tip Top, Medan

Restoran Tip Top terletak di Jl. A. Yani No. 92 Medan (daerah Kesawan). Kawasan Kesawan merupakan pusat bisnis paling tua di Medan dimana banyak berdiri bangunan yang sudah mulai usang ditelan kerasnya jaman. Pada tahun 1929, restoran ini bernama Jangkie, sesuai nama pemiliknya, dan berada di jalan Pandu, Medan. Setelah beberapa waktu, restoran ini pindah ke Kesawan pada tahun 1934 dan bernama Tip-Top (yang berarti “sempurna”). Sampai saat ini Restoran Tip Top tetap konsisten mempertahankan atmosfer vintagenya. Barang-barang lama seperti bangunan, mesin, meja bertaplak kotak-kotak dan kursi rotan serta piano masih tetap digunakan. Belum lagi kostum pelayannya yang berpeci untuk para pria dan berkemeja batik untuk para wanitanya yang mengantarkan makanan dengan troli kecil. Tungku kayu bakar jaman Belanda sejak tahun 1934 masih digunakan untuk memanggang kue-kue. Hal lain yang cukup menarik, saat pengunjung turun dari kendaraan telah siap pramuniaga khusus yang siap membukakan pintu mobil dan mempersilahkan pengunjung turun, begitupun saat selesai makan dari Tip Top, pintu mobil akan ditutup oleh pramuniaga tersebut. Jadi nuansa pelayanan jaman kolonial masih tetap dipertahankan.


Resto Tip Top saat masih bernama Jang Kie



Resto Tip Top sekitar tahun 1930an



Resto Tip Top kini, tampak luar



Resto Tip Top kini, tampak dalam

Restoran ini menyediakan berbagai menu makanan dari Indonesia, China dan Eropa seperti steak, salad, nasi goreng hingga gado-gado. Namun yang menjadi andalan di Tip Top adalah es krim home made. Es krim favorit pengunjung adalah Mexicanner dan Carmen. Mexicanner adalah es krim vanilla putih yang disiram saus cokelat, tiga iris buah peach dan garnis cherry diatasnya, disajikan dalam gelas stainless khas jadul. Sedangkan Carmen adalah versi lain Mexicanner dengan penyajian yang sama, plus taburan kacang diatasnya. 


Es Krim Carmen dan Mexicanner, Restoran Tip Top


6. Tip Top, Jogjakarta

Kedai es krim ini memang kebetulan bernama sama dengan yang di Medan, namun keduanya tidak berhubungan. 
Tip Top Ice Cream sudah cukup legendaris dan dikenal dikalangan masyarakat kota Jogja, dari anak anak kecil sampai dengan orang tua sekalipun. Tip Top Ice Cream yang terletak di jalan Mangkubumi No. 24 Jogjakarta (tidak jauh dari jalan Malioboro dan stasiun Tugu) ini didirikan sejak tahun 1936 oleh Lukas Alimkurnianto dari keluarga Tan. Usaha ini diteruskan oleh Michael Sarahita, generasi ketiga keluarga Tan. Kedai ini bertahan dengan menu, resep, tata ruang, dan mebeler yang lama. Hal itu memang dilakukan untuk mengesankan atau terus memelihara nilai nostalgik. Ruangan yang bernuansa putih dengan hiasan kaca-kaca di dinding menyebarkan aura klasik yang kental. Kursi lipat berkerangka logam dan dudukan kayu dengan postur yang 'ceper' benar-benar cara sensasional untuk bersantai 


Kawasan jalan Mangkubumi sekitar tahun 1930an


Kedai Es Krim Tip Top kini, tampak luar



Keedai Es krim Tip Top kini, tampak dalam

Es krim yang resepnya sudah ada sejak hampir 80 tahun yang lalu ini memang berbeda dari kebanyakan es krim jaman sekarang. Jenisnya yang hard ice cream, membuat teksturnya lebih mirip es puter daripada soft ice cream yang super lembut. Resep es krim yang diterapkan Tip Top adalah resep tradisional yang berasal dari Italia. Semua bahan untuk pembuat es krimnya sejak dulu tidak menggunakan bahan pengawet maupun pemanis buatan.
Es krim yang menjadi favorit di Tip Top Jogja adalah Mont Blanc, es krim rasa buah dengan potongan manisan nanas di atasnya. 


Es Krim Mont Blanc Tip Top

Selain es krim, kedai ini juga menjual makanan kecil seperti roti dan lumpia yang rasanya pun tak kalah lezat