بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: June 2012
Go Green

Clock Link

Saturday, June 30, 2012

Sepotong Surga di Bukittinggi

sumber: http://dewantorobimo.wordpress.com/


Akhirnya papan petunjuk : Objek Wisata “Muko-Muko” – Kabupaten Agam, mulai tampak setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam dari Padang. Perjalanan yang cukup melelahkan karena kontur jalan yang berliku-liku, naik-turun, tapi indah luar biasa. Inilah keindahan alam asli Indonesia, dan pemandangan serupa akan kita temui sepanjang jalan di daerah Sumatera Barat.


papan petunjuk: 


Masuk ke dalam lokasi nampak hamparan air yang begitu luas dan tenang dengan dikungkung pegunungan menjulang di kiri dan di kanan. Sesekali dari dalam air berlompatan ikan-ikan kecil, ah apa ini yang namanya Ikan Bilih, ikan khas yang katanya tidak dapat ditemui selain di tempat ini. Di seberang danau tampak tulisan di atas beton di bibir bukit : PLTA Maninjau.


gerbang masuk: 



PLTA Maninjau: 


Di tempat inilah terletak satu dari dua danau terbesar di Sumatera Barat, Danau Maninjau. Danau ini selain menjadi salah satu daya tarik wisata Sumatera Barat, juga menjadi sumber pembangkit listrik PLTA Maninjau. Tapi, kekayaan alam ini nampaknya tidak lebih menjadi sekedar tempat wisata yang hanya dapat dinikmati oleh pandangan mata saja. Tidak ada aktivitas lain yang bisa dilakukan di sini. Memang di salah satu sisi danau nampak beberapa beberapa orang sedang memancing, tapi di sisi yang lain tidak ada aktivitas lain selain beberapa warung yang sepi pengunjung.


suasana danau: 


Warung beratap terpal warna biru atau oranye ini seperti layaknya warung-warung di kaki lima. Sajiannya adalah berbagai macam minuman dan bakso. Sementara di beberapa bibir danau muncul beberapa kotoran yang nampaknya sudah lama tidak dibersihkan. Berada di sana selama 15 menit, saya jadi bertanya : “Terus mau ngapain lagi ya?…” Tidak salah kalau saya berharap ada aktivitas lain yang pengunjung bisa lakukan di sini. Water sport salah satunya. Danau alam yang jauh lebih kecil di Taman Wisata Mekar Sari – Cileungsi saja bisa menghadirkan aktivitas tersebut, masa’ di tempat seluas ini tidak bisa?


warung tenda: 


Beranjak dari Danau Maninjau menuju kota Bukittinggi melewati daerah yang dinamakan Kelok 44, atau kalau orang Minang bilang : Kelok Ampak Puluh Ampak (hehehe, kalau tidak salah ya…). Dinamakan seperti ini karena perjalanan yang ditempuh adalah perjalanan vertikal ke atas bukit, dengan tanjakan 45 derajat lebih, dan tikungan menanjak ekstrem berbentuk U sebanyak 44 kali. Jumlahnya tepat 44 yang ditandai dengan penanda jalan dari 1 sampai 44. Jadi kalau anda pengemudi yang :
- baru bisa nyetir mobil
- menyetir mobil tanpa rem kaki dan tangan yang pakem
- menyetir mobil tanpa klakson yang nyaring
- menyetir mobil tanpa lampu hazard dan lampu jauh
jelas sangat tidak disarankan melewati daerah ini!

Dua jam kemudian sampailah saya di kota Bukittinggi. Sebuah kota yang kental dengan suasana budaya, religi, dan historisnya. Di berbagai sudut kota tidak susah kita temui berbagai macam bangunan dengan beratap khas rumah adat Minangkabau serta bertebaran masjid besar dan kecil di banyak lokasi di kota. Dan suasana historis dapat kita temui pada bangunan Jam Gadang yang legendaris, serta dengan beberapa monumen di kota yang menggambarkan perjuangan rakyat Minang dalam masa penjajahan. Tentunya juga tidak dapat mengabaikan jejak sejarah yang ditinggalkan para putra Minang di kota ini, dari rumah Bung Hatta, Haji Agus Salim, sampai Sutan Syahrir.

Bukittinggi terletak di kontur daerah yang sangat unik. Sesuai dengan namanya, ‘bukit yang tinggi’, begitulah kira-kira letak kota ini. Dan ini bisa dilihat dari jalan di dalam kota yang naik turun, pemandangan sekitar kota yang dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan (paling tidak ada 2 gunung yang melingkupi Bukittinggi : Gunung Merapi dan Singgalang), sampai titik terekstrem berupa jajaran lereng bukit di Ngarai Sianok yang luar biasa.

Saya sampai tidak habis pikir, bagaimana kota ini bisa dibangun dalam daerah seperti ini. Apalagi kalau anda menyaksikan secara langsung mukjizat alam di Ngarai Sianok, byeeuuhhh… inilah hasil karya keagungan Tuhan yang nyata. Kalau ada yang bilang, Tuhan sedang tersenyum saat sedang menciptakan Pulau Bali, maka saya pikir Tuhan sedang memberikan pelajaran seni pahat yang terbaik saat menciptakan kota Bukittinggi…

Menjelajah Kota BukittinggiTinggi menjulang di tengah-tengah taman luas yang menjadi arena berkumpul warga. Terkadang juga terhalangi oleh keramaian hiruk pikuk pasar di salah satu sisi. Tapi hal itu tidak dapat menutupi keindahan Jam Gadangsebagai ikon utama kota Bukittinggi. Atapnya berbentuk atap khas Minangkabau. Pada jaman penjajahan Belanda dan Jepang, model atapnya sempat berganti-ganti dari bentuk kubah bergaya kolonial, atap limas, hingga akhirnya menjadi seperti sekarang. Dinding bangunannya berwarna putih, yang tampaknya rajin dirawat dan dicat ulang. Dan sebagai fungsinya sebagai sebuah jam, jarum jam di keempat sisinya masih awet dan terkadang sebagai pengingat waktu untuk beberapa pasangan muda-mudi yang terlihat sedang berduaan di salah satu sudut taman : pacaran jangan lama-lama ya 


Jam Gadang: 


Malam menjelang. Penempatan titik lampu di dalam dan di sekitar Jam Gadang makin memperkuat kecantikan Jam Gadang. Keramaian warga yang berjalan-jalan di sekitarnya tidak juga berkurang. Dan, mmm… semakin banyak pula pasangan muda-mudi di sini. Nampaknya tempat ini menjadi tempat favorit untuk mengatakan : “Jam Gadang menjadi saksi bisu cinta kita…”. Ah, ah, ah…


Jam Gadang di malam hari: 


Beranjak dari areal Jam Gadang, tidak beberapa jauh sampailah di Taman Panorama. Taman ini menjadi pintu masuk menuju lokasi terbaik untuk menyaksikan Ngarai Sianok. Di sini kita dapat melihat deretan bukit menjulang dengan lereng dan lembah di tengah-tengahnya. Bukit yang hijau dengan pepohonan yang masih alami, dan lereng terjal dan curam 90 derajat serta di kejauhan nampak kelokan sungai kecil menjadi lukisan alam yang sangat mempesona. Wuih, rasanya bingung kata-kata untuk menggambarkannya…


Taman Panorama: 


Di tempat yang sama, di Taman Panorama, terletak Lubang atau Gua Jepang. Lokasinya? Tepat beberapa puluh meter di bawah tanah yang saya pijak. Pintu masuk ke dalam Lubang Jepang ada di dalam areal taman ini. Kalau baru pertama kali memasuki lokasi ini sangat disarankan menggunakan jasa pemandu yang berada di depan pintu masuk Lubang Jepang, kecuali kalau anda ingin tersesat di dalam, dan kesasar ke tempat yang belum ada penerangan dan bisa membuat bulu kuduk merinding.

Masuk ke dalam Lubang Jepang serasa tidak percaya kalau di bawah lokasi Taman Panorama tadi terdapat lorong-lorong yang luas dan pernah menjadi tempat pertahanan Jepang jaman dulu. Gua ini dibangun oleh pekerja-pekerja Indonesia dalam tekanan penjajahan Jepang, Romusha. Saat ini kondisinya dalam perbaikan oleh pemerintah, sehingga lantainya sudah menggunakan paving block, dinding permukaan gua sudah disemen, penerangan yang sangat memadai, serta sudah ada papan penunjuk mengenai ruangan di dalamnya. Di dalamnya ada ruangan, seperti : Ruang Amunisi, Barak Militer, Ruang Makan Romusha, Pintu Pelarian ke arah sungai dan ke arah Ngarai, hingga ada ruangan Penjara. Di sekitar ruangan penjara inilah, entah kenapa begitu menuju ke arah sana, bulu kuduk saya langsung merinding. Dan begitu mendapat penjelasan kalau di sinilah lokasi pembantaian penduduk Indonesia oleh Jepang, kami langsung memutuskan putar balik!

Ruangan-ruangan yang ada sekarang masih dalam tahap renovasi, jadi di dalamnya belum ada yang bisa disaksikan selain aktivitas menjelajah lorong-lorong yang sunyi ini. Nantinya akan dibangun museum di salah satu ruangan, bahkan akan ada cafe di dalam Lubang Jepang. Kita tunggu saja…

***

Tidak beberapa jauh dari lokasi Taman Panorama, bahkan dari atas jika kita lihat kebawah ke arah Ngarai Sianok terlihat satu bangunan rumah di tepi sungai kecil. Inilah rumah makan Kedai Nasi Gulai Itiak Lado Mudo “Ngarai”, yang bikin penasaran orang-orang jika berkunjung ke Bukittinggi. Menuju ke sana kita harus keluar dari Taman Panorama dulu dan menyusuri jalan menuju ke Ngarai Sianok. Letaknya tepat di ujung salah satu tikungan jalan Ngarai Binuang, diapit oleh jejeran bukit yang menjulang tinggi di ngarai.


 pahatan Tuhan di Ngarai Sihanok: 




Interior rumah makannya sendiri tidak terlalu istimewa dan tidak terlalu luas. Makanan yang disajikan ada Cincang Daging Sapi, dengan potongan yang besar-besar, dan yang menjadi andalan : Gulai Itiak alias kalau orang Jawa bilang, Gule Bebek.

Pilihannya bisa dimakan di sini, bisa juga disantap di rumah dengan membeli makanan tersebut dalam kondisi beku. Harga saat ini (2009), 1 potong dada atau paha Itiak Rp 17.500,- atau 1 ekor yang berisi 2 potong dada, 2 potong ayam, ati ampela, leher yang dibanderol dengan harga Rp 80.000,-. Cincang daging sapinya juga disediakan dalam kondisi beku seharga RP 30.000,- satu porsi.


gulai itiak lado mudo: 


Hehehe, saya terkadang membandingkan dengan Bebek Goreng Pak Slamet di Solo yang dijual dengan harga hanya Rp 40.000 – 50.000 per ekornya dan kurang dari sepuluh ribu per potong. Ah, tapi pulang dari Bukittinggi hanya membawa keripik balado dan sanjai tanpa membawa Gulai Itiak? Nggak sayang istri namanya 


Jejak Bung HattaRumah berdinding kayu dan rotan itu berdiri kokoh. Bercat putih dan biru, dan tampak paling terawat dibandingkan keadaan sekitarnya. Tapi letaknya yang berada di tengah-tengah keriuhan Pasar Banto, seakan menenggelamkan keagungan sejarah yang dikandungnya. Kalau tidak ada papan petunjuk di depan, niscaya yang bukan warga Bukittinggi akan tidak mengenalinya.

Di sinilah berdiri rumah kelahiran Bung Hatta, seorang tokoh proklamator, bapak koperasi, pahlawan besar yang dimiliki Indonesia. Letaknya di sisi kiri Jalan Soekarno Hatta, Bukittinggi. Untuk menuju ke sana kita harus sedikit bersusah payah melewati kemacetan di Pasar Banto. Sebenarnya bangunan rumah ini sudah tidak asli lagi. Bangunan asli dan lama sudah digusur karena proyek pelebaran jalan, tapi untungnya pemerintah masih memiliki naluri untuk menyelamatkan peninggalan sejarah bangunan ini. Rumah ini dibangun kembali dengan merekonstruksi berdasarkan dokumentasi yang ada, dengan bentuk, bahan pembangun, dan warna yang disesuaikan seperti aslinya. Dan untungnya sebagian besar perabotan di dalamnya masih asli peninggalan keluarga Bung Hatta dahulu.


tampak samping: 


Hm, tidak sia-sia kegigihan saya bersikeras untuk menyempatkan diri datang ke tempat ini. Rumah ini masih terawat dengan baik dan bisa memuaskan rasa kekaguman saya kepada Bung Hatta. Di sinilah beliau dilahirkan, dibesarkan, menuntut ilmu, dan dididik dengan ajaran agama yang kental oleh kedua orang tuanya. Sesuai adat Minang, Hatta remaja sudah harus tinggal mandiri di kamar yang terpisah dengan rumah induk dan menginap di surau atau langgar atau masjid kecil berjarak beberapa kilometer dari rumah ini untuk menuntut ilmu agama dan adat. Didikan ini membawa kesederhanan dan sikap jujur pada diri Bung Hatta. Saya jadi teringat dengan kisah Bung Hatta dan sepatu Bally-nya. Sepatu mahal Bally yang tidak mampu dibeli seorang wakil presiden karena menjaga teguh kejujurannya. Sehingga sampai beliau wafat sepatu itu tidak kunjung terbeli dan hanya meninggalkan potongan iklan di koran mengenai sepatu Bally ini.

***

Rumah kelahiran Bung Hatta berlantai dua dengan 2 kamar di lantai bawah dan 2 kamar di lantai atas. Ditambah kamar bujang di depan dan di belakang rumah. Di rumah ini dulunya selain Hatta kecil juga tinggal orang tua Hatta dan kedua pamannya. Sekarang rumah ini dijaga dengan telaten oleh seorang pegawai pemerintahan honorer, bernama Ibu Dessi.

Masuk ke dalam ruangan rumah terdapat seperangkat meja dan kursi tamu yang masih asli. Di sekeliling dinding penuh dengan foto-foto jadoel dan terpasang silsilah keluarga Bung Hatta dari pihak ayah dan pihak ibu. Dan di kiri dan kanan ruang tamu terdapat dua kamar yang di dalamnya juga terdapat ranjang dan lemari kaca. Masih asli juga. Tapi kasur di atas ranjang sudah diganti dengan yang baru.


ruang tamu: 


Di teras depan dan di belakang rumah terdapat kamar. Kamar bujang namanya. Di sinilah Hatta remaja dulu tidur. Tapi saya kurang yakin apa perbedaan kamar yang depan dengan yang belakang. Yang jelas, di kamar belakang, di sini Hatta pernah tinggal. Masih terdapat ranjang, lemari, meja, serta sepeda onthel yang dulu digunakan Bung Hatta. Ah, kamar yang sama yang digunakan Hatta remaja. Kamar di mana Hatta pernah tidur, membaca lusinan buku, belajar, dan bermimpi mengenai bangsa besar bernama Indonesia…


kamar Bung Hatta: 


Di bagian belakang rumah ini terdapat deretan dua lumbung padi, kamar mandi, dapur, dan garasi untuk bendi keluarga Hatta. Di seberangnya terdapat kandang kuda sebanyak 4 ruang. Ada yang unik di kamar mandi yang terdapat di rumah ini. Air di dalam bak mandi bersumber dari rangkaian talang air di atap rumah, sehingga air hujan dapat langsung mengalir ke dalam bak di dalam kamar mandi.


Lumbung padi: 

Di belakang rumah juga terdapat pintu masuk menuju area makan dan menuju lantai atas. Di lantai atas terdapat ruang besar semacam ruang keluarga. Saya berandai-andai kalau di jaman Hatta kecil sudah ada TV, pastinya di sini ada seperangkat alat hiburan termasuk TV sehingga menjadi tempat favorit keluarga untuk berkumpul. Jika berada di sini pandangan terasa lega, memandang ke arah depan akan bertemu area halaman depan dengan pepohonan di depan rumah. Sedangkan pandangan ke belakang akan bertemu halaman belakang rumah yang menyerupai innercourt di rumah jaman modern.

Menurut Ibu Dessi, di sini Hatta remaja sering melakukan pembicaraan serius dengan orangtuanya. Tidak boleh di ruangan lain, hanya di sini.


ruang keluarga: 


Di samping kiri dan kanan ruang ini terdapat dua kamar. Satu kamar di samping kiri inilah di mana Hatta dilahirkan. Saya bergidik ketika mencoba membayangkan bahwa 107 tahun yang lalu seorang anak dilahirkan di kamar ini, dan kemudian akan menjadi orang besar yang mengubah jalan sejarah bangsa ini…


kamar kelahiran Bung Hatta: 


***

Menelusuri setiap sudut rumah ini, perasaan syukur terucap dari dalam hati. Syukurlah walaupun rumah asli sempat tergusur, tapi dapat dibangun kembali sesuai aslinya. Dan syukurlah rumah ini masih terawat dengan baik. Nilai historis yang dikandungnya akan tetap abadi sepanjang perjalanan bangsa ini.

Dan untungnya perawatan rumah ini berada di tangan yang cukup tepat. Ibu Dessi, walaupun sempat mengeluh karena tidak kunjung diangkat sebagai PNS setelah pengabdiannya selama bertahun-tahun, tetap merasa rumah ini sebagai rumahnya, yang harus dirawat dengan sepenuh hati. Ia hanya berharap dapat segera diangkat menjadi PNS seperti rekan-rekannya yang lain di tahun 2008 lalu.


Bu Dessi: 


Ah, semoga saja keinginan sederhana itu dapat segera terwujud.

Kembali Menuju PadangMengenai penginapan di Bukittinggi, banyak pilihan hotel yang bisa dipilih. Paling tidak ada 3 hotel terbaik yang bisa jadi referensi kalau anda berkunjung ke sana. Pertama adalah Hotel Royal Denai, dengan rate yang paling murah, kemudian Hotel Pusako dengan interior hotel yang cukup indah, dan yang terbaik adalah Hotel The Hillsyang dulunya merupakan jaringan dalam Novotel Hotel. The Hills terletak di pusat kota, dan di sekitar Jam Gadang. Selain lokasinya sangat strategis, bangunan hotel didesain sangat menarik ditambah dengan posisi lokasinya yang seperti berada di atas bukit. Sehingga dari jalan raya melihat ke arah hotel seperti menyaksikan kastil yang berdiri di tengah kota.

Masuk ke dalam lobi The Hills, nampak ruangan luas yang berlangit-langit tinggi langsung ke atap hotel yang berlantai 4 ini. Air mancur di tengah ruangan terus mengalir menggemakan gemericik air menemani beberapa orang yang sedang mengakses wifi di ruangan tersebut. Di sisi kiri ada ruangan restoran yang langsung menghadap ke taman hijau luas di samping hotel. Interior hotel yang apik ini dipercantik dengan latar belakang pegunungan dan pebukitan di jendela belakang hotel. Saya sama sekali bukan marketing The Hills, tapi saya rekomendasikan hotel ini!


The Hills: 

Dari lokasi hotel ini dapat berjalan kaki menuju Pasar Atas dan Pasar Bawah yang menjual berbagai macam makanan khas Bukittinggi. Beberapa souvenir kecil seperti miniatur jam gadang atau rumah gonjong khas Minangkabau juga dijajakan di sini. Ada juga kopi ‘Bukit Api’, yang menurut seorang teman yang menghabiskan masa kecil di Bukittinggi, memiliki rasa yang berbeda dibandingkan kopi merek lain. Mm, tapi berhubung saya tidak terlalu menggemari kopi hitam, saya cukup susah untuk merasakan perbedaannya.

***

Pada akhirnya tiba saatnya untuk meninggalkan kota Bukittinggi dan menuju kembali ke Padang dan Bandara Minangkabau.

Kembali ke Padang ada alternatif jalan yang bisa dipilih :

1. Melalui Batusangkar. Sekitar satu jam perjalanan dari Bukittinggi melalui jalan alternatif. Di kota ini terdapatIstana Pagaruyung yang begitu megah dan besar. Di belakang kompleks istana ini tergambar pegunungan hijau yang menghampar dari kiri ke kanan, menjadi bumbu keindahan yang sempurna. Tapi sayangnya istana ini sempat terbakar habis, dan sekarang (tahun 2009) sedang dalam proses pembangunan kembali.

Kalau dulunya mungkin rangka atap istana ini menggunakan kayu, sekarang sudah menggunakan rangka atap baja ringan. Tidak kalah dengan rumah-rumah modern sekarang ini!

Istana Pagaruyung: 

2. Ke Padang dapat melalui tepian Danau Singkarak. Sekitar 2 jam dari Bukittinggi, pemandangan indah danau terbesar di Sumatera Barat ini mulai dapat dinikmati. Seperti juga menuju Danau Maninjau melalui Kelok 44, perjalanan ke Danau Singkarak juga melewati sepotong jalan di atas bukit dengan pemandangan luar biasa berupa hamparan Danau Singkarak di bawah. Mengambil salah satu titik perhentian di sini akan menampilkan Danau Singkarak yang luas itu secara utuh, dan menyaksikan bagaimana airnya yang berkilauan memantulkan cahaya matahari. Ah, cantik nian…

Sampai di bawah bertemu dengan jalan raya di tepian danau, saya sempat berhenti sebentar di Tanjung Mutiara. Ini adalah salah satu tepi danau yang agaknya sering menjadi tempat pemberhentian menikmati danau dari dekat. Dinaungi jejeran pohon kelapa yang rindang dan terdapat beberapa gazebo di sana. Sayangnya saya tidak sempat menemukan tempat masuk yang resmi ke danau yang resmi seperti gerbang ke Danau Maninjau yang lalu.


Tanjung Mutiara: 


***

Beranjak dari area Danau Singkarak perjalanan dilanjutkan ke Padang melalui kota Padang Panjang. Walaupun kota kecil, tapi di sini ada tiga lokasi menarik yang pantang untuk dilewatkan.

Pertama adalah Mifan Water Park. Walaupun fasilitasnya kalah jauh dengan tempat rekreasi serupa di Jakarta, tapi dengan anugerah pemandangan di latar belakang kompleks yang indah, menjadi daya tarik sendiri untuk sekedar melepas lelah.


Mifan Water Park: 


Tak jauh di area ini terdapat lokasi kedua, Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau. Di sini bisa disaksikan satu rumah adat Gonjong khas Minangkabau yang memiliki detail fisik yang njelimet. Di dalamnya juga terdapat beberapa informasi mengenai budaya Minangkabau yang dijaga oleh beberapa pegawai pemerintahan.

Sangat disarankan untuk berpose dan mengambil foto di depan rumah adat ini! Hihihi…


rumah adat Gonjong: 


Dan yang ketiga yang tidak boleh dilewatkan adalah ‘Sate Padang Mak Syukur’, tepat di kanan jalan raya Padang Panjang 


Sate Padang Mak Syukur: 


Promosi dari banyak pihak untuk mencicipi sate di sini membuat saya harus mampir ke tempat ini. Ruangan di dalam rumah makan ini cukup luas dan dapat menampung lebih dari 10 meja besar. Berbeda dengan rumah makan sate padang biasanya yang mencampur sate dan lontong, plus kuah tepung berasnya yang kental, ke dalam satu piring, di sini lontong dan sate dipisah. Lontong plus kuah disajikan per porsi sedangkan sate terpisah dalam piring tersendiri.

Jadi potongan daging sapi ini cukup pede untuk muncul sendiri tanpa kuah khas yang menyertainya, dengan bakaran yang ringan tanpa membuat gosong. Potongan dagingnya besar dan lunak, tidak melawan sama sekali saat dikunyah. Memakan sate ini tanpa dibaluri kuah inilah yang bagi saya menjadi letak keunggulan Sate Mak Syukur, karena terkadang kuah kental ini jadi mengaburkan rasa daging sapi yang lezat. Hmmm…


Seperti layaknya rumah makan Padang, di sinipun pembayarannya menggunakan sistem : ‘bayar apa yang dimakan’. Jadinya total tusuk sate yang kita makanlah yang kita bayar, bukan berapa porsi sate yang kita pesan. Cocoklah…

Di Penjara Ini Agan Akan Berasa Liburan, Mau?

sumber: http://www.jadiberita.com/2012/06/06/mau-dipenjara-sambil-berlibur-datanglah-ke-pulau-bastoy/

Penjara Pulau Bastoy

Dipenjarakan di Penjara Pulau Bastoy sama seperti berlibur di sebuah pulau resor. Para narapidana seperti menikmati sebuah liburan musim panas tanpa membayar. Pulau Bastoy ini mirip seperti sebuah surga di bumi untuk para tahanan penjara.



Penjahat yang sudah melakukan tindakan kriminal dan kemudian tertangkap, otomatis akan dimasukkan ke dalam sebuah penjara. Pandangan kita mengenai penjara pastinya adalah sebuah sel kecil berisi tempat tidur dan tempat buang air. Sebuah penjara yang kita tahu dijaga oleh para petugas bersenjata, untuk menjaga agar para tahanan tidak kabur melarikan diri. Namun, apakah hukuman seperti itu efektif untuk membuat para kriminal merasa jera? Karena menurut data statistik, banyak dari penjahat yang sudah bebas dari penjara masih tetap saja melakukan kejahatan yang sama.

Berbekal dari data statistik di atas, pemerintah Norwegia mencoba menerapkan suatu sistem penjara baru. Di mana para tahanan yang di penjara tidak ditempatkan di sebuah sel kecil yang dikunci. Para tahanan tersebut ditaruh di sebuah Pulau Bastoy yang terletak sekitar 1 jam perjalanan dari kota Oslo di Norwegia. Dengan perairan seluas 2,4 km yang memisahkan Pulau Bastoy dengan Norwegia. Di sini lah Penjara Bastoy berada. Jika Anda ingin mengunjungi penjara Pulau Bastoy ini, Anda akan menemukan banyak hal yang mengejutkan.



Untuk mencapai Pulau Bastoy, Anda dapat menyebrangi perairan tersebut dengan sebuah kapal feri. Namun Anda akan dikejutkan dengan orang yang mengoperasikan kapal feri yang Anda tumpangi. Karena seorang narapidana dari Pulau Bastoy lah yang akan menyeberangkan Anda. Namun Anda juga akan terheran – heran akan keramahan dari sang napi tersebut.

Kemudian ketika Anda menginjakkan kaki di Pulau Bastoy ini, Anda akan menemukan pemandangan menakjubkan. Anda akan melihat para narapidana yang sedang beraktifitas, bahkan beberapa ada yang tampaknya sedang berlibur dan berjemur di pantai. Bahkan yang lebih mengherankan lagi, Anda tidak akan menemukan para petugas bersenjata di mana pun! Bahkan pulau ini tidak dipagari atau dijaga sama sekali, kalau – kalau ada napi yang hendak melarikan diri.



Padahal mereka hanya tinggal berenang melintasi perairan atau bahkan mencuri sebuah perahu. Mengapa? Karena Anda akan melihat Pulau Bastoy lebih mirip seperti sebuah resor. Nah, Anda akan mengerti mengapa para narapidana di Penjara Pulau Bastoy ini tidak ingin melarikan diri. Karena mereka diperlakukan layaknya seorang turis yang sedang berlibur.

Bahkan tempat tinggal mereka pun mirip seperti sebuah rumah – rumah yang di cat warna – warni. Para napi pun dapat membawa kuncinya kemana pun mereka akan pergi.



Para warga Norwegia pun tidak keberatan dengan sistem penjara liberal yang dianut pemerintah mereka. Dengan memanjakan mereka, dan bukan menghukumnya, pemerintah Norwegia berharap sistem ini dapat mengubah mereka menjadi seseorang yang lebih baik.



Arne Kvernvik Nilsen, gubernur penjara mengatakan bahwa sebenarnya tujuan seseorang di penjara adalah supaya mereka dapat merenung. Merenungkan tindakan yang telah mereka lakukan dan bertobat untuk tidak mengulanginya kembali. Namun, kebanyakan penjara yang menerapkan sistem hukuman sel terhadap para tahanan, tidak mengubah mereka sama sekali. Banyak dari mereka yang cenderung mengulangi kejahatan mereka lagi. Dan tebaklah! Sistem penjara Bastoy ini berhasil! Dengan memperlakukan para tahanan di Bastoy seperti ini, membuat mereka berpikir untuk menjalani hidup yang lebih baik.



Namun, tetap ada beberapa peraturan yang harus mereka ikuti. Contohnya adalah para tahanan harus bekerja dan melapor kepada petugas muali dari pukul 8.30 pagi hari hingga 3.30 sore hari. Bahkan mereka dapat memilih pekerjaan yang ingin mereka lakukan, antara lain berkebun, bertani, merawat kuda, dan beberapa kegiatan lainnya. Mereka juga dibayar sekitar 93.ooo rupiah per hari. Uang yang mereka hasilkan dapat mereka belanjakan di toko makanan lokal. Bahkan mereka juga dapat memasak untuk diri mereka sendiri, seperti membuat sarapan dan makan siang sendiri. Namun pada malam hari, biasanya akan ada petugas yang menawarkan menu makanan yang enak. Tidak seperti makanan penjara pada umumnya. Para narapidana pun harus melapor dalam jangka waktu beberapa hari agar para petugas tahu bahwa mereka masih tetap berada di dalam pulau tersebut. Dan akan ada 3 orang petugas tak bersenjata yang berkeliling pulau tersebut.

Walaupun diperlakukan seperti seorang turis, para narapidana tetap ingin keluar dari penjara tersebut bila masa tahanan mereka berakhir. Para narapidana mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan akses ke dunia luar untuk berhubungan dengan kerabat mereka. Walaupun begitu, mereka tidak akan melarikan diri. Mereka hanya akan menunggu masa eksekusi mereka habis. Karena bila tertangkap setelah melarikan diri, mereka akan dipindahkan ke penjara yang lebih buruk dengan masa tahanan yang diperpanjang. Hal tersebut membuat mereka berpikir 2 kali untuk kabur. Sejauh ini, hanya ada 3 orang yang mencoba untuk melarikan diri. Dan mereka berakhir di penjara dengan tingkat keamanan penuh.

PKS: Jawa Timur Paling Banyak Perselingkuhan

sumber: TEMPO.CO

PKS: Jawa Timur Paling Banyak Perselingkuhan  

Surabaya - Pada peringatan Hari Keluarga Nasional 2012, ratusan ibu-ibu dari bidang perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur serukan stop perselingkuhan. Mengambil tema "Saya Setia, Saya Tidak Selingkuh", aksi simpatik ini digelar oleh para ibu-ibu PKS di depan Kebun Binatang Surabaya, Kamis, 28 Juni 2012.

Dengan menggelar orasi bergantian, para ibu dari DPW PKS Jawa Timur ini juga membawa aneka poster dan spanduk, di antaranya bertuliskan "Setia oke, selingkuh no way," "Mari setia pada pasangan," "Nikah yes, selingkuh no".

Dari catatan PKS, dengan mengutip data dari Peradilan Agama dan Mahkamah Agung, menyatakan angka perceraian di Indonesia saat ini telah mencapai 10 persen dari total dua juta angka pernikahan. Perceraian sendiri saat ini telah mencapai 285.184 perkara, di mana sebanyak 10.029 perkara disebabkan perselingkuhan. Sedangkan sisanya, sebanyak 91.841, karena ketidakharmonisan rumah tangga, 78.407 karena suami yang tidak bertanggung jawab, dan sisanya 67.891 karena faktor ekonomi.

"Dari 10.029 kasus perselingkuhan, Jawa Timur menempati angka tertinggi dengan 7.172 kasus," kata Ketua Bidang Perempuan DPW PKS Jawa Timur Dwi Sulistyorini. Aksi kali ini setidaknya juga diwarnai dengan bagi-bagi bunga mawar dan stiker "stop selingkuh" kepada para pengguna jalan yang melintas.

Ilusi Naik Gaji

sumber: yahoo.com


Bulan Maret ini, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan anggota Tentara Nasional Indonesia akan menerima kenaikan gaji yang dihitung sejak Januari. Berkah seperti ini, pada umumnya, tentu dialami juga oleh para karyawan swasta.

Ketika mengalami kenaikan gaji (atau kesempatan memegang dana lebih banyak dari biasa), kita kerap merasa daya beli kita naik. Kesejahteraan kita pun seolah meningkat.

Namun, pernahkah terlintas pertanyaan: Apakah benar nilai uang yang kita miliki lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya?

Mari buat perumpamaan sederhana. Misalnya dengan gaji tahun lalu yang Rp 2,5 juta per bulan, kita bisa membeli 20 kemeja dengan harga setiap potongnya sebesar Rp 100 ribu dan menabungkan Rp 500 ribu sisanya. Asumsikan kenaikan gaji 10 persen, menjadi Rp 2,75 juta. Mungkinkah masih bernilai sama?

Lazimnya, kenaikan harga barang selalu lebih tinggi dari kenaikan gaji secara umum. Gaji hanya mengikuti inflasi, plus bonus (tidak permanen) jika memang ada. Sementara harga barang dipengaruhi oleh inflasi dan ekspektasi permintaan — tentu saja selain ongkos produksi.

Produsen akan memikirkan bahwa ekspektasi permintaan barang (seperti kemeja) akan tinggi, mengingat pendapatan masyarakat yang secara nominal naik. Karena itu, mereka biasanya akan menaikkan harga. Bisa juga ditambah dengan ekspektasi kenaikan ongkos produksi akibat kenaikan komponennya, semisal rencana kenaikan harga bensin dan tarif dasar listrik seperti yang terjadi sekarang.

Karena itu, bukan mustahil walau gaji naik, kita justru tidak lagi mampu membeli 20 kemeja seperti sebelumnya. Kejadian seperti ini sering terjadi lantaran pola kenaikan gaji yang hampir rutin terjadi setiap awal tahun.

Pengumuman kenaikan gaji PNS dan anggota TNI — serta kemungkinan pertambahan ongkos produksi — telah membuat produsen ataupun penjual memperkirakan harga-harga akan meningkat akibat inflasi. Akibatnya, mereka pun ikut menaikkan harga jual yang justru menyumbang terhadap laju inflasi.

Celakanya, banyak pegawai (penerima gaji rutin) yang kurang cermat terhadap situasi ini. Mereka cenderung beranggapan, pendapatan riilnya meningkat, sehingga dapat mengonsumsi barang dalam jumlah lebih banyak. 

Alhasil di akhir-akhir bulan dampaknya baru terasa. Persediaan uang yang dimilikinya justru semakin menipis padahal gaji yang diterimanya sudah lebih besar secara nominal. 

Tak perlu berprofesi sebagai pengamat ekonomi untuk menyadari dan bisa membedakan mana yang dimaksud upah atau gaji nominal serta mana yang disebut dengan upah atau gaji riil. Gaji nominal adalah gaji yang secara umum kita pahami karena gaji dalam bentuk nominal, misalnya rupiah yang kita terima setiap bulan dari perusahaan atau institusi tempat bekerja.

Sedangkan gaji riil, besarannya diukur oleh kemampuannya jika ditukar dengan suatu barang. Misalnya dalam ilustrasi gaji dan kemeja tadi. Dengan kenaikan gaji 10 persen menjadi Rp 2,75 juta, sementara harga pakaian naik menjadi Rp 125 ribu, maka kita hanya mampu membeli 20 potong pakaian namun sisa uang yang bisa ditabung jadi Rp 250 ribu.

Agar lebih nyata, silakan ganti permisalan kemeja ini dengan kebutuhan pokok sehari-hari. Manfaat dari mengetahui perbedaan gaji nominal dan riil ini agar lebih bijak menyikapi kenaikan pendapatan rutin. Sehingga, arus kas pribadi atau rumah tangga tetap sehat dan berjalan baik. 

Dan yang paling penting, jangan sampai kenaikan besar gaji justru menyebabkan arus kas pribadi ataupun keluarga Anda menjadi negatif alias besar pasak dari pada tiang.Mari sama-sama hitung gaji riil — bukan nominal. Apakah terjadi peningkatan atau malah terjadi penurunan? Jangan sampai rugi bandar di akhir bulan nanti.

Satrio Alexa Tidak Menyukai Ahmad Dhani | Blog Editor

sumber: yahoo.com



Alexa merupakan grup band beraliran power pop yang terdiri dari 5 orang: Aqi, Rizki, Satrio (mantan gitaris Maliq & D’Essentials), dan Fajar. Tahun lalu salah satu personel mereka, Rizki, mengundurkan diri karena ingin menuntut ilmu ke Australia.

Di tengah kesibukan promosi single “Selalu Kukenang”, Alexa menyempatkan diri mengunjungi kantor Yahoo! Indonesia di kawasan Senayan Jakarta pada Kamis (21/6). Kepada Yahoo! OMG!, Satrio mengaku tidak menyukai Ahmad Dhani. Oops...

Ada rencana mencari pengganti Rizki? Sampai hari ini kita berempat dululah. Kecuali Rizki mau balik lagi ke kita. Rencananya dia ingin jadi profesor.

Mendadak? Sebenarnya sudah lama dia ingin mengundurkan diri. Sudah setahun sebelumnya dia bilang. Jadi sebelum dia diterima kuliah, dia bermain dulu bareng kita. Kalau sudah diterima, barulah dia pergi.

Alexa kan nama cewek ya. Kok band yang isinya cowok semua, malah mengambil nama cewek? Sebenarnya idenya dari Fajar. Kami kan satu band isinya sudah cowok semua, ingin ada yang berbau cewek. Ya sudah dipilihlah Alexa yang artinya Dewi Pembela Laki-laki. Dan memang tidak ada pilihan lain. Waktu itu pilihannya, Superstar, Batu Bintang. Tidak ada yang benarlah.

Sebentar lagi puasa, ada rencana keluarin single religi? Tidak! Kami bukan band yang oportunis. Kami muslim, tapi kalau memang ada panggilan untuk bikin lagu religi, ya kita bikin. Kami mencoba memperbaiki diri sendiri saja dulu, baru mengajak orang lain. Lagipula pesan religi sudah banyak disumbang oleh rekan-rekan band lain, seperti Ungu dan Gigi.

Apa sih kesibukan kalian selain bermusik? Aqi: Saya waktu itu sempat jadi Gatotkaca, teater. Masih disibukkan dengan sebuah usaha audio visual River Brick, clothing, studio musik. Pokoknya masih berhubunganlah dengan dunia hiburan.

Mono: Saya masih di musik saja. Kemarin bantuin orkestra Gatotkaca. Kemudian ngeband bareng March juga, band metal. Rata-rata masih seputar dunia musik sih.

Satrio: Saya jalan-jalan saja, sama bikin jingle. Saya mengerjakan profil perusahaan juga.

(Fajar sedang tidak bisa datang. Anaknya yang masih berumur 1 bulan terkena kanker leukeumia)

Aqi: Kalau Fajar ya sibuk saja mengurus manajemen Alexa, kami kan memiliki manajemen sendiri. Dia juga menjadi drummer band hardcore, Step Forward.

Kalian mendukung negara mana di Laga Eropa 2012? Aqi: Sudah pulang negara yang saya dukung. Belanda. Sedih banget! Satrio: Kalau saya pilih Jerman, Spanyol, dan Italia. Italia sih.

Kalian juga tampil di I Slank You ya? Aqi: Iya!

Mono: Standarlah seperti band Indonesia lain, kami suka sama Slank sama Dewa

Satrio: Eits saya tidak suka Dewa. Saya suka sama Ari Lasso, Once. Yuke juga baik. Berarti saya tidak suka sama…? Hahaha.

Mono: Sama Ahmad Dhani.

Satrio: Bukan saya yang bilang ya…

Mono: Haha. Eh tapi memang siapa sekarang yang suka sama Ahmad Dhani?!

Aqi: Baladewa masih suka kok.

Proyek selanjutnya apa nih? Satrio: Kami mau mengeluarkan satu single lagi. Kemudian nanti akan ngeluarin proyek selanjutnya yang benar-benar beda.. Industri musik saat ini juga sudah berubah kan. Bisnis nada sambung sudah jatuh. Kami ingin memperkuat di media sosial. Kami ingin sistemnya seperti di luar negeri.

Mono: Materi-materi yang sudah terkumpul itu lebih mengarah ke stadium rock. Kami juga belum mau menjanjikan apa-apa sih.

Alexa pun menyempatkan diri untuk tampil akustik "Selalu Kukenang" di kantor Yahoo! Indonesia:

Videografer: Jonathan Rian Ingin menyaksikan aksi panggung Alexa? Mereka akan tampil di acara Yahoo! Olahraga Night of The Fanatics di eX Park, Plaza Indonesia, Jakarta pada Minggu, 1 Juli 2012 pukul 20.00 sampai selesai. Segera kunjungi halaman Yahoo! Olahraga untuk dapatkan undangannya, nonton bareng Laga Eropa 2012 di layar LED raksasa bersama 2000 orang.

Friday, June 29, 2012

Ada Korupsi Pengadaan Al Quran


sumber: http://www.metrotvnews.com/read/tajuk/2012/06/29/1182/Ada-Korupsi-Pengadaan-Al-Quran/tajuk



MENTERI Agama dan Wakil Menteri Agama kaget ketika dikatakan ada korupsi pada pengadaan Al Quran. Sebagai mantan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam yang menangani proyek pengadaan Al Quran, Wamen Agama tidak percaya korupsi itu ada karena anggarannya sangat terbatas.

Namun Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad hari Jumat menegaskan bahwa korupsi itu memang ada dan terjadi pada pengadaan Al Quran. Tersangkanya adalah anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Golkar, Zulkarnain Djabar.

Dari penyelidikan tertutup yang dilakukan KPK diketahui, Zulkarnain bekerja sama dengan pejabat Ditjen Bimas Islam untuk memenangkan PT Adhi Aksara Abadi Indonesia dalam pengadaan Al Quran untuk tahun 2011 dan 2012. Zulkarnain bisa membantu Kementerian Agama untuk mempengaruhi Badan Anggaran DPR agar ada penetapan anggaran pengadaan Al Quran. KPK menduga Zulkarnain menerima imbalan miliar rupiah dari PT AAAI apabila membantu memenangkan tender tersebut.

Selain melakukan korupsi pada pengadaan Al Quran, Zulkarnain dituduh terlibat dalam proyek laboratorium komputer di Kementerian Agama pada tahun 2011. Zulkarnain diduga bekerja sama dengan kerabatnya DP yang memenangkan tender dan karena itu DP juga ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.

Fakta terbaru ini menunjukkan betapa korupsi sudah benar-benar sistemik. Anggota DPR lagi-lagi menjadi motor dari praktik korupsi. Hak budget yang melekat pada DPR dijadikan pintu masuk untuk melakukan korupsi.

Abraham Samad belum menjelaskan, siapa saja yang bekerja sama dengan Zulkarnain di DPR dalam merekayasa korupsi. Demikian pula pejabat Ditjen Bimas Islam yang ikut terlibat dalam proyek pengadaan Al Quran.

Untuk itu kita mendesak agar penyelidikan terus dilanjutkan. Kita harus bongkar sampai ke akar-akarnya pelaku korupsi di Kementerian Agama, apalagi ketika itu terjadi pada pengadaan Al Quran. Sungguh keterlaluan kalau kitab suci pun dipakai sebagai pintu masuk untuk korupsi.

Sejauh yang kita tahu, pengadaan Al Quran merupakan proyek yang sudah berlangsung lama. Setiap tahun pemerintah menganggarkan untuk mencetak sekitar dua juta Al Quran untuk dibagikan ke masjid-masjid dan pesantren-pesantren.

Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Arab Saudi dan melihat tempat percetakan Al Quran di sana, Presiden terkagum-kagum dengan tempat percetakan Al Quran yang ada. Namun Presiden merasa bangga bahwa kertas yang dipakai untuk mencetak Al Quran di Arab Saudi itu berasal dari Indonesia.

Ketika kembali ke Indonesia, Presiden sempat menanyakan percetakan Al Quran di Indonesia. Ternyata kertas yang kita pergunakan justru berasal dari impor. Presiden sempat meminta agar percetakan Al Quran menggunakan produk dalam negeri. Namun permintaan Presiden itu tidak pernah bisa dijalankan.

Fakta terakhir ini kita ungkapkan untuk menunjukkan bahwa yang namanya proyek selalu dianggap sebagai kesempatan. Dan kesempatan itu terutama dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Mereka rela mengorbankan kepentingan nasional untuk kepentingan pribadi.

Untuk itulah KPK harus bersungguh-sungguh dalam melakukan penyelidikan. Semua fakta yang didapatkan KPK selama ini mengonfirmasikan bahwa praktik korupsi di Kementerian Agama bukanlah fiksi, tetapi sebuah kenyataan.

KPK tidak perlu ewuh pakewuh ketika pelaku ternyata anggota DPR. Selama ini KPK tidak pernah terganggu oleh siapa pun yang melakukan korupsi dan mereka menegakkan hukum seperti apa adanya.

Partai Golkar tentunya harus mendukung juga langkah KPK. Bahkan mereka harus berada di depan untuk menegakkan etika partai dan berani menghukum anggota yang menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan rakyat.

Sebagai partai yang paling dewasa, Partai Golkar harus menjadi contoh. Selama ini partai selalu berkelit atas nama praduga tidak bersalah dan cenderung membela anggotanya secara membabi-buta. Padahal tugas partai untuk menegakkan aturan dan menjaga perilaku anggotanya.

Kasus yang melibatkan anggota DPR semakin mencoreng citra lembaga legislatif. Ini juga merupakan pekerja rumah yang harus diselesaiakn DPR dan partai politik. Jangan sampai lembaga itu dipakai sebagai tameng untuk melakukan perbuatan tercela.