بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Pulau Palambak, Pesona di Balik Ombak
Go Green

Clock Link

Saturday, April 21, 2012

Pulau Palambak, Pesona di Balik Ombak

sumber:  kaskus.us



Banyak Islands Trip (part 1): Sevice First Pay Next: 



Aceh lagi?. Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Ibu ketika berpamitan ingin ke melakukan perjalanan menuju Kepulauan Banyak, Aceh Singkil. Karena bulan Desember tahun lalu saya baru saja melakukan menjelajah Bumi Serambi Mekah. Kalau dilihat dari geografisnya Kabupaten Singkil terletak di barat daya propinsi Nangro Aceh Darusalam dan berbatasan langsung dengan Propinsi Sumatra Utara.

Beberapa bulan belakangan ini, situasi keamanan Aceh agak sedikit memanas menjelang Pilkada. Beberapa rekan asal Aceh juga sempat memberi informasi bahwa keamanan di sana kurang kondusif dan menyarankan untuk lebih berhati-hati. Mungkin ini yang menjadi alasan utama kenapa tiba-tiba jumlah peserta turun drastis. Dari 13 orang, tiba-tiba menyusut menjadi 6 orang saja. Alasan lain mungkin dibuget, setelah survei ternyata di Pulau Banyak tidak bisa mengggelar tenda. Mau tidak mau kita harus menyewa cottage dan biaya makan relatif mahal, seratus ribu rupiah 3 kali makan.


Makan malam di Cah Solo


Pukul 19:00 WIB kami berenam: Saya, Oky. Yuni, Ice, Ervina dan Kety berkumpul di loket PO Himpak yang berada di Jalan Tritura Simpang STM, kota Medan. Setelah memesan tiket travel dan memastikan jam keberangkatan kamipun bergeser ke warung makan Cah Solo di depan jalan. Sambil menikmati pecel ayam dan soto ayam acara dilanjutkan dengan Dugem “Duduk Gembira”. Berkenalan dengan beberapa wajah baru diperjalanan ini sambil mengumpulkan “saweran” biaya transportasi dan akomodasi.

Kami berangkat lebih awal 30 menit, tepat pukul 20:30 meninggalkan kota Medan menuju Singkil. Mobil L300 yang kami tumpangi bergerak ke kawasan perbukitan Brastagi. Sebetulnya ada transportasi yang lebih nyaman dibandingkan travel berpenumpang 11 orang ini, yaitu dengan mengendarai mobil kijang yang ongkosnya lebih mahal 35 ribu.Tapi demi asas filosofi jalan-jalan murah transportasi Rp 75000 ini yang menjadi pilihan.


warung di kawasan Merek


Meskipun mobil yang kami tumpangi tidak menggunakan pendingin udara, malam terasa sangat dingin. Dengan lincah L300 menerobos sedikit kemacetan di jalan. Tepat dinihari kami singgah sejenak di sebuah kedai yang berada di kawasan Merek. Segelas bandrek susu dan roti ketawa menemani istirahat malam ini. Sebetulnya agak aneh juga mendengar nama roti ketawa. Karena ketika dimakan tidak bisa bikin tertawa , teksturnya cukup keras. Baru bisa dikunyah setelah direndam di dalam air. Tapi sudahlah , lumayan untuk mengganjal perut di malam hari.


Pecel Ayam VS Roti Ketawa


Setelah istirhat 30 menit perjalanan dilanjutkan kembali. Tapi tepat satu jam berikutnya sang supir menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang Taman Iman. Awalnya sempat bingung, tapi belakngan tahu kalo sang supir mengantuk dan ingin tidur sejenak. Ok deh… kami pun berjalan-jalan sebentar di sepanjang jalan sambil menikmati musik dan foto narsis. Karena merasa kantuk yang semakin dalam, diperjalanan sayapun teridur dengan pulas. Maklumlah ini malam saya yang kedua di jalan setelah melewati 27 jam perjalanan bus Jambi-Medan. Antara sadar dan tidak sayapun sempat mendengar suara ribut-ribu beberapa rekan. Sepertinya mereka mengeluhkan sesuatu tentang sang supir. Oh ternyata sepanjang saya tidur tadi sang supir sempet berhenti selama beberapa kali dan tertidur beberapa jam.

Sinar matahari pagi membangunkan saya bersama derungan suara mesin yang dipacu kencang. Arloji menunjukan pukul 7 kurang 15. Seharusnya pukul 5 pagi kami sudah sampai di pelabuhan Pulok Saro , Aceh Singkil. Rumah-rumah sederhana di tepi pantai sudah terlihat dan aroma laut sudah tercium. Sepertinya pelabuhan sudah dekat tapi tetap saja ada rasa kekhawatiran tertinggal kapal.



Pelabuhan Pulo Sarok


Tepat pukul 07:30 kami sampai di sebuah pelabuhan kecil di tepi jembatan. Beberapa kapal kayu tertambat menunggu penumpang. Kesibukan memuat barangpun sudah terlihat, beberapa sudut kapal dipenuhi barang. Tanpa komando kami langsung naik ke atas kapal dan mencari tempat duduk di antara tumpukan barang. Setiap harinya ada dua penyebrangan kapal kayu menuju Pulau Balai yaitu pukul 08:00 dan 13:00. Sedangkan penyebrangan kapal Feri hanya ada di hari selasa. Dari pelabuhan ini juga ada kapal menuju Pulau Nias.


Pelabuhan Lama



sisa bencana Tsunami


Beberapa menit kapal akan berangkat tampak dua wisatawan mancanegara tergopoh-gopoh menaiki kapal. Barang bawaannya berupa papan selancar membuat kapal ini semakin sesak. Rasanya baru pertama kali ini saya naik kapal kayu yang dimuati banyak penumpang dan barang. Pelan-pelan kapal meninggalkan pelabuhan menyusuri muara.Tampak beberapa bangunan pelabuhan besar sisa bencana tsunami.


penyebrangan 3.5 jam



burung camar

Penyebrangan selama 3,5 jam cukup membosankan. Setelah mencoba tidur sejenak ternyata mata susah untuk dipejamkan. Beberapa rekan sayapun juga sibuk mencari kesibukan. Ada Oki yang mengobrol dengan seorang bapak penduduk lokal. Di sisi lain Kety rekan backpacker asal Jakarta sibuk mengobrol dengan dua wisatawan asal Australia. Mendekati Pulau Balai pemandangan mulai tampak indah. Iringan awan putih di atas langit dan laut biru sangat kontras. Burung camar bergerak lincah mencari ikan di birunya. Samar-samar terlihat gugusan pulau yang dipenuhi rumah penduduk. Pulau Banyak sudah terlihat, beberapa penumpang pun bersiap-siap untuk turun.


pulau-pulau kecil



Pulau Balai

Ketika ingin turun , tiba-tiba saya dan Oki teringat sesuatu. Sepertinya kami belum membeli tiket dan membayar penyebrangan. Setelah bertanya kepada penumpang lain barulah kami tahu bahwa pembayaran penyebarangan setelah sampai di Pulau Balai. Wah ternyata kepuasaan konsumen di sini sangat dijaga. Mungkin mereka memiliki slogan ” service first pay next”


Banyak Island Trip (part 2): Transit di Pulau Balai: 


merapat di Pulau Balai


Tepat pukul 12:00 siang kami berenam menjejakan diri di Pulau Balai. Sebuah pulau kecil berpenduduk di kawasan Kepulauan Banyak. Melalui sebuah dermaga kecil yang berada di sisi timur kami berjalan menuju permukiman penduduk. Wilayah pemerintahan pulau ini dibagi menjadi dua yaitu Desa Pulau Balai dan Desa Pulau Baguk. Beragam fasilitas umum di pulau ini cukup bisa dikatakan memadai untuk ukuran pulau kecil di luar sumatra. Terdapat beberapa warung makan dan penginapan murah (homestay).


dermaga kecil




jalan menuju perkampungan


Sebuah warung di tepi pantai menjadi persinggahan kami. Setelah menelepon bang Erwin sang pemilik penginapan di Pulau Palambak Besar. Beliau baru bisa menjemput kami selepas sholat jum’at ,kira-kira pukul 13:30. Akhirnya saya dan Oki memutuskan untuk sholat jumat sambil menunggu Bang Erwin. Setelah berjalan kira-kira 3 menit kami menemukan sebuah masjid berarsitektur sederhana berwarna hijau muda. Nampaknya orang-orang di sini sudah terbiasa dengan pendatang. Penampilan kami yang tidak seperti penduduk lokal , tidak mengundang perhatian atau mendapat perhatian lebih.


masjid di Pulau Balai


Tema ceramah sholat jum’at kali ini adalah persatuan umat islam yang dihubungkan dengan momen pilkada di Aceh yang tinggal 18 hari lagi. Sang penceramah berkali-kali mengingatkan sapapun jagoan dan partainya tetaplah mengutamakan persatuan dan kesatuan umat. Jangan mudah diadu domba dan dipecah belah. Mengingat beberapa kejadian yang terjadi menjelang pilkada di Aceh, konidisi keamanan bumi Serambi Mekah memang agak memanas. Sayapun berharap Pulau Banyak menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk berlibur.


warung Haji Sabar


Empat orang rekan kami dengan sabar menunggu di warung milil pak Haji Sabar, begitu pula dengan dua wisatawan Australia.

Pasangan ini nampaknya mereka juga akan menuju pulau Palambak Besar. Sambil menunggu jemputan sayapun memesan makanan semangkuk mie instant untuk mengganjal perut. Menjelang pukul dua siang sebuah boat berbahan fiberglass menjemput kami. Di atasnya duduk seorang lelaki berperawakan sedang. Kami pikir itu bang Erwin ternyata itu rekannya yang menjemput kami.


siap berangkat lagi!


Boat yang kami tumpangi mampir di sebuah bagan, oh ternyata Bang Erwin sudah menunggu di sana. Lalu dia menggantikan sang juru kemudi. Awalnya saya agak ragu , apakah kapal sekecil ini mampu membawa 9 orang termasuk juru kemudi. Tapi tak apalah, saya mencoba untuk berpikir positif.


awan putih di batas horison


Setelah keluar dari perairan yang dipadati kapal dan bagan, boat mulai dipacu kencang. Air laut masih berwarna kebiruan tapi pandangan menjadi lebihluas. Tampak awan berarak putih hampir menyentuh horison. Rasanya tak sabar ingin sampai ke Pulau Palambak. Bang Erwin mengatakan untuk sampau ke pulau dibutuhkan waktu sekitar 50 menit. Perjalanan panjang ini sama sekali tidak terasa, gugusan pulau kecil tampak bergerak cepat berlalu. Hempasan angin dan deburan ombak memacu adrenalin dan nyali. Pengalaman yang luar biasa.


gugusan pulau kecil



pohon meranggas


Samar-samar terlihat sebuah pulau dengan hamparan pohon meranggas sisa terjangan bencana Tsunami tahun 2004. Pohon-pohon dibelaknganya tampak hijau merupakan pemandangan yang cukup kontras. Di sisi lain juga terlihat sebuah pulau berpasir putih yang hampir tenggelam. Bang Erwin bercerita paska kejadian Tsunami permukaan air laut naik sekitar beberapa puluh sentimeter. Kondisi ini juga diperparah dengan gempa di Nias menyebabkan daratan turun beberapa sentimeter. Sehingga beberapa pulau terancam tenggelam, termasuk pulau Balai sebagai salah satu pulau berpenghuni di Pulau Banyak.

Kapal masih bergerak lincah di antara gelombang, kamipun masih terkagum-kagum dengan keindahan di barat pulau Sumatra. Akan ada kah keindahan yang lebih dari ini?



 Banyak Island Trip (part 3): Jejak Besar di Palambak Besar: 


Welcome to Palambak Besar


Pulau Palambak Besar adalah pulau terbesar keempat di Kepulauan Banyak. Bagian barat pulau ini langsung berhadapan dengan Pulau Tuangku, pulau terbesari di perairan ini. Sedangkan di sebelah baratnya terdapat sebuah pulau kecil yaitu Palambak Kecil. Letaknya yang tidak berhadapan langsung dengan samdura Hindia membuat ombak di sini relatif kecil dan aman untuk berenang. Pantai pasir putih dengan pohon kelapa merupakan ciri khas hampir semua pantai di Kepulauan Banyak. Yang unik dari Palambak Besar adalah garis pantai berpasir cukup jauh. Kita baru bisa menemukan terumbu karang, kira-kira dua ratus meter dari garis pantai.


Pulau Palambak Besar


Rasanya tak ingin banyak membuang waktu di sini. Ketika pertama kali menjejakan kaki di pantai kamera sayapun langsung beraksi mengabadikan dua wisatawan asal Australia. Rasanya seperti melihat sebuah foto katalog tempat wisata di luar negeri. Rekan sayapun tak mau kalah, mereka berlarian di pantai membuat jejak besar di pasir Palambak Besar..


bertemu dengan rombongan lain


Hampir bersamaan dengan kami, ada rombongan yang juga baru sampai. Sepertinya mereka asal Medan juga , setelah mengobrol ternyata salah satu dari mereka anggota Backpacker Medan. Mereka menyewa kapal besar langsung dari Singkil menuju Pulau Palambak Besar tanpa mampir di Pulau Balai. Sebetulnya banyak alterntif penyebrangan menuju pulau ini. Semua tergantung dengan buget dan kantung masing-masing. Bagi pelancong yang memiliki uang lebih dan waktu yang terbatas menyewa kapal adalah pilihan yang terbaik.


alam Pulau Palambak Besar


Puas bermain di pantai jilid satu kamipun menuju ruang makan, sebuah bangunan kayu yang terletak di selatan pulau. Sambil menikmati makan siang , Bang Erwin banyak bercerita tentang pulau ini. Sekitar 17 tahun yang lalu pulau ini pernah disewa dan dikelola oleh orang asing. Ketika kontrak pulau habis, dikelola sendiri oleh Bang Erwin sebagai pewaris generasi ke tiga pulau ini. Dahulu di sini ada beberapa cottage, namun akibat terjangan tsunami dan gempa aktivitas wisata di pulau ini sempat vacum


pose aneh


Daratan Pulau Palambak Besar merupakan kombinasi kebun kelapa, semak belukar dan rawa. Bang Erwin bilang di rawa-rawa ini sering dijumpai ular phyton berukuran lengan orang dewasa. Namun jangan khawatir, ular hanya keluar ketika lapar dan mendengar suara unggas seperti ayam atau bebek. Beragam jenis burungpun sangat mudah kita jumpai di sini. Bagi penghobi photography di sini tempat yang paling cocok untuk berburu foto binatang dengan lensa tele.


meninggalkan jejak


Usai makan siang, kami melanjutkan jelajah pantai jilid dua dan sesi foto narsis. Jejak besar kaki terlihat memenuhi pantai pantai Palambak Besar…..



Tips

Perlengkapan dan peralatan yang harus dibawa:

1. Pakaian rapi dan sopan bagi wanita untuk berjalan-jalan di pemukiman penduduk Pulau Balai (ini Aceh jadi harus sopan)

2. Krim anti nyamuk dan obat nyamuk bakar

3. Lampu emergency atau senter

4. Peralatan snorkling, jumlahnya di cottage terbatas

5. Letter T atau kabel ektension (listrik hidup 18:00-23:00)

6. Makanan kecil, di cottage tidak ada warung

7. Baterai cadangan untuk gadget (sinyal telkomsel dan indosat)

8. Jas hujan, jika menyewa boat terbuka


Banyak Island Trip (part 4): Ngintip Cottage di Palambak Besar: 


cottage in Palambak Besar


Pertama kali sampai di Palambak Besar pandangan kita akan tertuju pada 6 buah bangunan kayu yang menghadap ke pantai. Empat bangunan merupakan cottage yang disewakan bagi tamu sedangkan dua bangunan di timur merupakan kantin dan tempat tinggal pengelola cottage.


enam buah bangunan kayu



tampak depan

Rumah panggung berkuran 4×4 meter idealnya ditempati oleh dua orang. Namun jika kondisi terpaksa bisa ditambah ekstra bed dengan biaya tambahan dua puluh ribu rupiah. Di depan kamar terdapat sebuah balkon yang langsung menghadap ke pantai. Balkon ini juga dilengkapi dengan dua buah kursi rotan beserta meja. Pada pegangan balkon berjajar kerang-kerang laut ornamen khas cottage .


balkon



pemandangan dari balkon

Sebuah lemari dan tempat tidur tertata apik di dalam kamar beratap daun sirap. Untuk menghindari gigitan nyamuk dan kenyamanan di dalam kamar disediakan sebuah kelambu berukuran besar. Cottage tanpa air conditioner ini dilengkapi dengan dua buah jendela besar untuk sirkulasi udara di siang hari, salah satunya langsung menghadap ke pantai.


kamar dengan kelambu

Cottage ini memiliki dua buah kamar mandi di luar. Untuk ukuran pulau kecil suplai air dirasa cukup untuk kegiatan MCK empat buah kamar. Sumber listrik menggunakan genset yang hidup antara pukul 18:00 sampai 23:00 WIB. Namun terkadang listrik di ruang makan akan hidup di siang hari untuk menunjang kegiatan memasak.


bersantai di depan kamar


Harga sewa sebuah cottage seratus ribu rupiah . Bagi tamu yang tidak kebagian kamar karena tidak melakukan pemesanan terlebih dahulu. Pengelola menyediakan tenda sebagai tempat tinggal sementara sampai kamar kosong. Namun sebagian besar wisatawan mancanegara lebih menikmati tinggal di dalam tenda. Makan sebanyak tiga kali sehari dikenakan biaya seratus rupiah. Mungkin jika dibandingkan harga dikota besar tergolong mahal. Tapi perlu dipertimbangkan semua bahan makanan di sini harus dibawa dari daratan (pulau sumatra).



tenda bagi yang tidak mendapat kamar

Di ruang makan banyak tersedia buku dan novel yang kebanyakan berbahasa Inggris. Karena kegiatan favorit wisatawan asing di sini berjemur sambil membaca buku. Berbeda dengan wisatawan lokal yang lebih memilih aktivitas jalan-jalan sambil berfoto narsis.

Mungkin bagi beberapa orang fasilitas di Pulau Palambak terkesan sangat minim. Tapi kesederhanaan ini yang membuat banyak orang kembali lagi kesini. Menjauh dari hingar bingar kota dan aktivitas rutin yang menjenuhkan, serta mencoba mencari ketenangan.


Banyak Island Trip (part 5): Sore Hingga Malam di Palambak Besar: 


memburu sang surya


Matahari bergerak ke ufuk barat, kilau kekuningan berpendar di langit biru lalu memantul ke laut. Laut diujung pantai Palambak Besar sudah tidak biru kehijauan, tergantikan dengan warna keemasan. Pesoan keindahan lain menyeruak di pulau ini. Nuansa romantis datang menyambangi setiap insan untuk berimajinasi.Model “dadakan” sayapun mulai berpose liar. Meloncat di udara membentuk siluet dengan latar belakang matahari terbenam ataupun bergaya bagaikan model majalah pria dewasa.


jump!!!! freeze on air


pose : religius VS seksi


Berlahan matahari meninggalkan ufuk barat bersembunyi dibalik bukit Pulau Tuangku. Tak ada kilau kuning keemasan , hanya pendar jingga yang tersisa. Beberapa orang mulai beringsut menjauhi pantai , menuju kamarnya masing-masing.


surya tenggelam



pulang

Saya masih setia menanti sang malam tiba. Sebuah perahu berayun ringan di tepi pantai, bagai menanti keberangkatan yang tak kunjung tiba. Saya benar-benar enggan untuk beranjak pergi. Pantai Palambak Besar benar-benar menghipnotis saya sore ini. Dengungan nyamuk rawa makin jelas terdengar riang. Mungkin mereka berteriak malam ini akan ada pesta besar, karena banyak pengunjung berpakaian minim.


perahu di ujung pantai



wisatawan Australia berkemah di tepi pantai


Di ujung utara pantai tampak dua wisawatan Australia sibuk mempersiapkan tenda untuk bermalam. Wah nikmat sekali tidur dipinggir pantai ditemani suara deburan ombak. Oki tanpa ragu menarik kursi di cottage untuk dipindahkan ke pinggir pantai. Segelas kopi hitam dan sebatang rokok menemani senandung lagu rege yang diputarkan dari sebuah player mp3. Bener-bener santai di pantai…


Oki di pantai


Malam semakin larut kamipun membersihkan diri , dan bersiap-siap untuk makan malam. Sebuah perjamuan malam pertama menyambut keindahan hari ini. Tapi tunggu dulu … Apakah masih ada keindahan lagi di malam ini? Setelah makan malam kami duduk-duduk di pantai. Ribuan bintang bertabur di atas Palambak. Keindahan hari ini benar-benar sempurna, mulai dari birunya laut, indahhnya surya tenggelam sampai bintang di angkasa.

Pukul 23:00. Tiba-tiba Pulau ini menjadi gelap gulita, aliran listrik dipadamkan… Yang terdengar hanya deburan ombak dan suara hewan malam.


Banyak Island Trip (part 6): Pagi… Berburu Sunrise di Palambak Besar: 


Pagi Palambak Besar


Rencananya pagi ini kita mau hunting sunrise di sebelah barat pulau Palambak Besar. Tapi berhubung jam empat pagi sempet terdengar suara hujan, kita kompak narik selimut tidur lagi. Gimana bisa kompak ya? Padahal kamar cowok ama cewek dipisah. Tapi udah feeling dan bawaan orok kalo pagi ujan , udah males aja. Tapi pas jam 6 kita keluar cottage udah ga ujan lagi dan matahari kayaknya belum muncul. Dan kita langsung inget ini kan Aceh pasti mataharinya muncul belakangan. Ya udah tanpa basa-basi kita langsung cabut menuju TKP. Sedangkan si Ice dan Kety lebih milih melanjutkan tidur pagi.

Kita berempat sok pede aja jalan ke arah utara pulau, ga tahu kira-kira berapa lama kesana. Dengan sedikit sprint sambil lirik kanan kiri cari spot bagus difoto kita kekeh ke utara. Menyusuri pantai berpasir putih yang ga ada ujungnya. Pemandangannya ga kalah keren dangan yang di cottage. Karena keasikan foto-foto saya, Ervina dan Yuni ketinggalan Oki.


pantai utara Palambak Besar


Ternyata di ujung sana Oki dah asik-asik memfoto sunset, tapi ketika saya akan mulai ternyata matahari langsung ketutup awan. Dasar belum rejeki. Semoga besok pagi masih bisa kebagian sunset. Tapi paling tidak sudah tahu berapa jauh dari cottage menuju spot ini. Kira-kira membutuhkan waktu setengah jam dengan jalan cepat dan satu jam dengan berjalan santai. Berarti besok pagi sebelum jam enam kita sudah harus jalan.


pelangi di Palambak Besar


Pemandangan menuju cottage ternyata cukup indah. Rintik-rintik hujan turun berderai . Duh jangan ujan donk, kalo hari ini ujan jadwal keliling pulau bisa kacau. Ternyata Tuhan mendengar doa saya, matahari kembali bersinar. Dan tiba-tiba sebuah pelangi tipis muncul di ujung selatan menembus sampai barat. Wah indahnya….


cottage tua


Pandangan saya tertuju pada sebuah bangunan tua yang sangat dekat dengan pantai. Jika dilihat seperti bekas cottage. Jika diamati lebih seksama modelnya lebih indah dari tempat kami menginap. Mungkin ini cottage lama yg pernah dikelola oleh orang asing seperti cerita Bang Erwin. Menilik lokasinya yang sangat dekat dengan pantai mungkin bangunan ini terkena terjangan tsunami.


rawa di Palambak Besar




the reflection

Sebuah rawa di pinggir pantai, rasanya baru pertama kali saya melihatnya. Sepertinya lokasi ini sengaja dibuat untuk hunting, apalagi ada sebuah perahu kecil berwarna merah. Langsung deh banci kamera dan banci lensa pada pose serta hunting. Saya milih jadi banci lensa aja deh, hobi motoin orang. Ternyata di sini si Ice udah asik aja memegang kamera DSLR . Sang pemilik DSLR minta difoto dengan gaya old fashion tahun 80an. Lengkap dengan payung merah dan gaya “shy-shy cat” alias malu-malu kucing..



sesi foto : shy-shy cat


Tampak perburuan hari ini harus diakhiri, waktu sudah menunjukan pukul 7:45. Saatnya bergegas menuju cottage untuk sarapan pagi. Bersiap-siap untuk hopping alias keliling pulau…


Banyak Island Trip (part 7): Island Hopping sampai Hopeless: 


IGO: santai di boat


Kepulauan Banyak memiliki banyak spot menarik, mulai dari pulau untuk snorkling sampai pantai berombak tinggi tempat surfing. Bagi mereka yang tidak memiliki banyak waktu untuk menikmati semua keindahan ini dalam satu waktu Island Hopping merupakan pilihan utama. Dengan menyewa atau membayar boat perorangan kita sudah menjelajah pulau seharian penuh. Pagi ini bersama Bang Erwin kami berencana mengelilingi pulau-pulau kecil. Tepat pukul 09:00 Bang Erwin menjemput kami di pantai Pulau Palambak Besar lengkap dengan perbekalan. Untuk wisata ini tiap orang dikenakan biaya seratus ribu rupiah.


Pulau Lambodong



laut biru kehijauan


Tujuan pertama kita adalah sebuah pulau kecil yang berada di sebelah barat laut Palambak Besar yaitu Pulau Lambodong. Sebuah pulau kecil dengan perairan dangkal biru menggoda. Perjlanan dari Palambak Besar menuju Lambodong hanya sekitar 20 menit dengan menggunakan speed boat. Sebuah kapal kayu nelayan mengitari pulau Lambodong, sepertinya ini spot yang bagus buat snorkling. Tapi karena masih banyak spot yang akan kami kunjungi. Sayapun menahan diri untuk tidak menceburkan diri ke laut.


menuju Pulau Pandan



Pulau Pandan



menepi ke Pulau Pandan



berfoto di Pulau Pandan


Masih menuju barat daya speed boat dipacu mengarungi lautan yang tidak terlalu dalam. Dari birunya air laut samar-samar menyembul warna hijau terumbu karang. Setelah beberapa menit yang terlihat hanya lautan luas akhirnya samar-samar sebuah kecil berukuran ratusan meter persegi mengambang indah dengan ornamen semak dan pohon kelapa , inilah pulau Pandan. Kali ini kami semua benar-benar tergoda untuk menikmati keindahannya. Setelah menambatkan kapal secara bergantian kami berfoto dengan gambar diambil dari perahu.


menuju Tailana




Pulau Tailana tampak kecil




Pulau Tailana


Pulau Tailana merupakan tempat yang terkenal di Kepulauan Banyak karena keindahan spot snorklingnya. Rasanya tak sabar untuk sampai di sana. Setelah Bang Erwin memacu speed boat sekitar beberapa menit, kami melewati gugusan pulau kecil. Tampak di kejauhan sebuah pulau seperti mengenakan mahkota pohon kelapa .Semakin lama pula Tailana terlihat jelas. Tailana berasal dari bahasa setempat yang artinya tai kelapa atau kotoran kelapa. Tai kelapa sendiri dikenal sebagai endapan santan sisa pembuatan minyak kelapa yang rasanya manis gurih. Mungkin nama Tailana terinpsirasi dari pulau ini banyak memiliki pohon kelapan serta keindahan yang manis untuk dinikmati .


gugusan Pulau Tuangku


Setelah berfoto ria di atas kapal saya tidak sabar untuk mengarungi alam bawah laut pulau ini. Dengan membawa kamera yang dibalut casing anti air sayapun menceburkan diri ke dalam air. Tapi tiba-tiba ketika akan mengabadikan gambar saya tersadar bahwa casingnya bocor. Air garam langsung masuk ke kamera digital kesayangan saya. Rekaman underwater hari ini gagal total, kamera langsung dikeringkan Oki di atas boat. Saya berharap kamera tidak rusak atau minimal kartu memorynya bisa terselamatkan.

Jujur awalnya mood saya sempat turun gara-gara insiden kamera tapi begitu kembali menyelam masuk ke perairan Tailana, agak terhibur. Terumbu karang cantik serta rombongan ikan warna-warna tampak sempurna bagai aquarium raksasa. Nyaris tak ada ikan kecil di sini, semua ikan minimal berukuran satu jengkal. Hari ini kami juga beruntung, tadi sempat melihat penyu hijau berenang lincah di dalam air.

Tak terasa sudah satu jam lebih kami bermain air di sekitar Pulau Tailana. Di ujung selatan tampak awan hitam di atas Pulau Tuangku. Untuk menghindari hujan kamipun bergerak menuju timur laut. Kejaran hujan tak dapat kami hindari, di tengah gelombang yang makin membesar kami kuyup ditimpa hujan.

Melewati kejaran hujan akhirnya kami menuju Pulau Sikandang , tapi sebelumnya melewati sebuah pulau kecil berombak sedang yaitu Pulau Madang. Bang Erwin menjelaskan di sini sangat cocok untuk berlatih surfing bagi pemula. Mungkin diperjalanan berikutnya akan belajar surfing di pulau ini. Berarti next trip bawa papan cucian donk…


Pulau Sikandang


Sikandang merupakan satu pulau cantik di perairan Banyak. Di sini ada beberapa buah cottage yang bisa disewakan. Tapi cottage ini hanya dibuka ketika musim liburan tiba. Pantainya yang tidak terlalu landai mungkin menjadi alasan mengapa cottage di sini tidak buka sepanjang tahun. Garis pantai landainya hanya berjarak satu meter, setelah itu langsung curam dengan kedalaman 5 meter. Di kedalaman 5 meter ini dipenuhi terumbu karang dengan biota laut yang indah. Bagi penggemar snorkling dan diving freestyle spot bisa dijadikan tujuan utama. Cottagenya menghadap barat laut dengan pantai yang lebih terbuka tanpa pohon kelapa memungkinkan kita untuk bisa melihat sunset dan sunrise dengan sempurna di sini. Sepertinya saya hanya bisa mengabadikan keindahan pulau ini dengan kamera ponsel, tanpa mode panorama andalan.


Cottage di Sikandang


Rasanya cukup puas di Pulau Sikandang dari makan siang, snorkling, sesi foto dan shooting video narsis lengkap sudah. Akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju spot terakhir. Namun sebelum menuju spot pamungkas hari ini ada satu kejutan kecil dari Bang Erwin. Dia mengajak kami singgah di keramba lobsternya yang berada di Pulau Balai.

Untuk menuju Pulau Balai kami berlayar menuju ke arah timur. Setelah memasuki perairan dengan berkedalaman 30 meter, speed dipacu dengan kecepatan maksimal. Bagian depan speed boat terangkat, seolah kapal ini akan terbang melewati lautan. Sesampai di keramba lobster Bang Erwin menjelaskan dan menunjukan beragam jenis lobster. Ternyata lobster tidak bisa ditangkarkan tapi harus diambil langsung dari laut dalam. Lalu dikumpulkan di keramba ini sebelum dijual.


Pulau Gosong




dahan di Pulau Gosong


Spot terakhir hari ini adalah sebuah pulau gosong yang nyaris tenggelam. Letaknya tidak terlalu jauh dari Balai tapi sebelum mendekat ke Tapus-Tapus. Yang tersisa di sini hanya kayu sisa pohon yang meranggas. Sebetulnya ini bukan spot andalan Pulau Banyak tapi permintaan khusus kami yang terkesan dengan pulau pasir putih yang nyaris tenggelam

Selesai sudah perjalanan panjang hari ini , tak terasa waktu menunjukan pukul lima sore. Ada perasaan bahagia sekaligus hopeless memikirkan nasib kamera kesayangan. Sesampai di cottage saya langsung memeriksa kondisi kartu memory di laptop. Thanx Good ternyata semua datanya tidak ikut rusak.

Benar-benar Hopping Island yang nyaris membuat hopeless….


Gosip Pulau Bangkaro: 

Rumor

Sayang sekali ketika akan berkunjung ke penangkaran penyu hijau di pulau Bangkaro, tempat ini ditutup. Berdasarkan informasi yang peroleh dari internet pulau ini sedang disetrilisasi untuk persiapan Festival Penyu pada bulan Juni. Festival yang sempat tertunda karena Pemda kabupaten Aceh Singkil kekurangan dana.

Karena penasaran saya mencoba mencari informasi dari masayarakat ketika di Pulau Balai. Ada rumor yang beredar terjadi sengketa antara pemda dengan Yayasan Pulau Banyak pengelola pulau Bangkaro. Pemda agak sedikit cemburu, karena yayasan ini banyak mendapatkan bantuan dan uang dari donatur. Yayasan Pulau Banyak dikelola oleh asing dan banyak mendapat bantuan dari luar negeri.

Apa pendapat masyarakat tentang ini? Masyarakat merasa ada yang aneh ketika Pulau Bangkaro dikelola oleh Pemda. Pulau ini

menjadi wilayah terutup oleh siapapun, termasuk warga lokal. Semenjak yayasan asing ditutup pengunjung juga agak kesulitan untuk menyewa kano atau peralatan snorkling.

Apakah gosip ini benar? Kita tunggu saja bulan Juni


Rincian Biaya (per orang) dari Medan

Travel Himpak Medan-Singkil PP : Rp 150.000,-

Kapal Singkil-P.Balai PP : Rp 50.000,-

Kapal P. Balai - P. Palambak Besar PP : Rp 100.000,-

Kapal Keliling Pulau : Rp 100.000,-

Makan 2 Hari di P.Palambak Besar : Rp 200.000,-

Sewa Penginapan 2 hari (share) : Rp 100.000,- 

No comments:

Post a Comment