بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Tampil Glamor, Guru Les Bak Idola di Hong Kong
Go Green

Clock Link

Wednesday, November 28, 2012

Tampil Glamor, Guru Les Bak Idola di Hong Kong

Liputan6.com 


Ada Kelly Mok, Pinki Wu, Vanessa Wong, dan Irvin Kwong, semua berpose glamor di poster yang dipajang di mal maupun sisi bus kota. Padahal mereka bukan bintang film atau supermodel melainkan para "raja dan ratu" guru les di Hong Kong yang menawarkan iming-iming meningkatkan nilai siswa yang masih di level rata-rata. 

Di kultur Hong Kong yang konsumtif, guru les tampil bak selebriti dengan tatanan rambut menawan dan pakaian rancangan desainer. Lengkap dengan para pemuja, murid-murid yang memenuhi kelas mereka. 

Pendapatan para guru les itu pun sepadan dengan kocek yang dirogoh agar tampil menarik. Beberapa dari mereka yang beruntung bahkan jadi miliuner dan kerap tampil di acara televisi. 

Selain otak, penampilan jadi syarat mutlak. "Jika ingin jadi tutor yang top, usia muda dan penampilan menarik sangat menunjang. Para siswa melihat penampilanmu," kata Kelly Mok, 26, "ratu"guru les di Kings Glory, bimbingan belajar terkemuka di Hong Kong, seperti dimuatBBC, Senin (26/11/2012). 

Sementara, Richard Eng dari Beacon College disebut sebagai "bintangnya tutor" yang pertama. Dengan reputasi setara bintang rock. Ia awalnya adalah guru SMP. 

Menurut Eng, guru les harus tampil segar. "Tak seperti di sekolah, semua guru tampak serupa. Tak menarik," kata dia. 


Tekanan berat 

Fenomena guru les selebritis di Hong Kong bukan tanpa sebab. Dipicu pertumbuhan jumlah bimbingan belajar luar sekolah di Asia, yang mengimbangi makin besarnya tekanan sistem ujian sekolah. Ditambah ambisi orang tua yang luar biasa besar, agar anak-anaknya bisa masuk ke sekolah menengah unggulan dan lalu ke universitas terbaik. 

Menurut studi Asian Development Bank (ADB), dalam masyarakat yang menganggap sukses identik dengan hasil ujian yang baik, kecemasan orang tua berkonversi menjadi peningkatan pendapatan layanan les. 

Profesor Hong Kong University, Mark Bray, yang menjadi salah satu penulis laporan itu menyebut, sekitar 72 persen siswa menjelang lulus mengikuti les. Mereka yang kaya bahkan rela merogoh kocek dalam untuk membayar guru privat. Namun, guru les selebritis biasanya mengajar di kelas dengan siswa lebih dari 100. Kesenjangan antara murid yang mampu membayar dan mereka yang tidak makin lebar. 


Tak hanya Hong Kong 

Di sejumlah negara Asia lainnya, Thailand, Korea Selatan, Sri Lanka, dan India, para guru les dengan penampilan menarik sengaja digunakan untuk menarik lebih banyak murid. 

Pramod Maheshwari, Direktur Eksekutif Career Point Coaching School in Kota, Rajasthan, India juga mengaku "demam" itu merambah ke wilayahnya. Namun, dia menambahkan, makin merebaknya tempat les tidak ditentukan oleh kepribadian guru atau seberapa menariknya. "Tapi akibat tidak efisiennya sistem sekolah." 

Di China, New Oriental Education and Technology adalah rajanya les-lesan. Tahun ini saja ia telah merekrut 2,4 juta siswa. Memiliki 17.600 guru di 49 kota, serta jaringan online dengan 7,8 juta pengguna. Perusahaan bimbingan belajar ini bahkan terdaftar di bursa saham New York sejak tahun 2006. 

Di Korsel agar berbeda, sejak tahun 2009 pemerintah membatasi jumlah jam yang dihabiskan siswa dihagwon, atau tempat les. Untuk mengurangi stres dan meningkatkan level pemikiran kreatif siswa. 

Namun, siswa masih saja bandel, mengalihkannya menjadi tutorial online. Khawatir berat nilainya bakal kalah saing. 

No comments:

Post a Comment