بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Cave Disease, Rsiko Penyakit di Dalam Goa
Go Green

Clock Link

Friday, July 13, 2018

Cave Disease, Rsiko Penyakit di Dalam Goa

Hasil gambar untuk goa thailand

Setelah bertahan 17 hari terperangkap di bawah tanah, seluruh tim sepak bola yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan pelatih akhirnya diselamatkan dari gua Tham Luang di Thailand. Secara keseluruhan mereka cukup kuat, belum ditemukan kondisi kesehatan serius.

Terlepas dari kabar baik, kekhawatiran anak-anak ini mungkin belum berakhir. Pejabat dari departemen kesehatan Thailand menjelaskan kepada situs berita Kom Chat Luek bahwa mereka sedang menunggu hasil tes darah. Tes ini akan menentukan apakah mereka bebas dari infeksi, atau penyakit lain. Sampai dokter memastikan kesemuanya sehat, anak-anak belum diizinkan untuk bersentuhan dengan keluarga mereka. Terperangkap di bawah tanah untuk jangka waktu lama membuat mereka berisiko menderita berbagai penyakit. Salah satunya histoplasmosis. Histoplasmosis adalah infeksi paru-paru yang dikenal sebagai cave disease atau penyakit gua. Infeksi ini disebabkan oleh jamur yang ditemukan di gua, lumbung, dan kandang merpati. Kondisi ini tidak menular, pun demikian petugas kesehatan tetap meminta mereka untuk melakukan tindakan pencegahan ekstra. Pasalnya mereka bisa menghadapi risiko infeksi menular lain.


Apa itu cave disease?

Infeksi paru-paru ini bisa terjadi mana kala seseorang menghirup spora jamur histoplasmosis. Biasanya ditemukan pada kotoran burung dan kelelawar. Tanah yang di atasnya terdapat kotoran burung dan kelelawar jadi lingkungan ideal bagi jamur. Itulah sebabnya mengapa gua, kandang burung, lumbung, dan taman biasanya terkontaminasi.
Histoplasmosis ditularkan melalui udara dan tidak dapat menyebar melalui orang atau tidak menular. Infeksi bisa terdeteksi melalui tes sampel darah atau urin. Meskipun histoplasmosis umumnya bisa diobati, penyakit gua dapat berakibat fatal jika infeksi menyebar ke organ lain. Kabar baiknya, kasus seperti itu cukup langka.

Tingkat keparahan penyakit gua bervariasi. Dalam bentuk yang paling ringan, pasien tidak mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali. Pada kasus yang parah, bisa berbahaya jika infeksi menyebar ke otak dan sumsum tulang belakang. Gejala infeksi ringan antara lain termasuk demam, menggigil, sakit kepala, nyeri dada, batuk, dan kelelahan. Biasanya gejala ini muncul dalam tiga hingga 17 hari setelah seseorang terpapar. Artinya mereka mungkin sudah mulai menunjukkan tanda-tanda tersebut jika terinfeksi. Pasien dengan kasus yang lebih parah bisa sampai mengalami sesak napas, keringat hebat di malam hari, dan penurunan berat badan.

Mereka yang menderita infeksi ringan mungkin bisa membaik kondisinya dalam waktu satu bulan tanpa obat. Tetapi mereka yang histoplasmosisnya lebih serius, atau jika infeksi telah menyebar ke bagian tubuh lain mungkin diresepkan obat anti-jamur. Proses perawatannya pun beragam, berkisar dari tiga bulan hingga satu tahun, tergantung pada tingkat keparahan infeksi.

Tidak ada cara untuk mencegah kondisi ini selain menghindari paparan jamur histoplasmosis. Orang yang memiliki sistem kekebalan lemah akibat transplantasi organ atau infeksi HIV, serta orang dewasa yang lebih tua, dan bayi memiliki risiko lebih besar untuk menderita penyakit gua dengan tingkat yang lebih serius.

Potensi penyakit tidak berhenti pada histoplasmosis. Gua adalah tempat subur bagi berbagai penyakit lain seperti rabies, leptospirosis atau demam kambuhan. "Gua adalah lingkungan yang sangat baik untuk kelelawar, dan kelelawar adalah perantara untuk banyak virus. Itulah sebabnya mengapa ahli virologi sedang mempelajari potensi kelelawar dari gua-gua untuk membawa virus mematikan seperti Ebola dan Nipah," kata Hosam Zowawi, periset sejumlah gua dari University of Queensland Centre for Clinical Research.

Tidak hanya kesehatan fisik, kondisi psikologis anak-anak dan pelatihnya juga dijaga betul. Salah satunya dengan tidak merilis nama-nama mereka. Ketigabelas orang ini masih akan menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Suan Prung, Chiang Mai. Kepala rumah sakit Dr. Thornnin Kongsuk memastikan, ia akan ikut menjaga kesehatan mental mereka.
s

No comments:

Post a Comment