بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Banyak Penipuan Pengobatan di Tiongkok
Go Green

Clock Link

Tuesday, April 15, 2014

Banyak Penipuan Pengobatan di Tiongkok


TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI - Pihak berwenang Tiongkok menahan 160 anggota kelompok kejahatan kesehatan dan 114 orang yang melancarkan penipuan terhadap para pasien dengan cara memikat mereka untuk menggunakan klinik-klinik medis palsu serta menjual obat-obatan dengan harga tidak wajar, kata Kepolisian Shanghai, Selasa (15/4/2014). 

Kelompok itu meraup hasil penipuan senilai 1,7 juta yuan (Rp 3,1 miliar) dari setidaknya 500 korban, mempekerjakan dokter-dokter korup untuk melambungkan harga obat-obatan serta memberikan resep dengan banyak obat kepada para pasien, kata Departemen Kepolisian Shanghai dalam sebuah pernyataan. 

Korupsi dalam layanan kesehatan di Tiongkok merupakan kasus yang umum terjadi, dipicu oleh langkanya dokter serta penyuapan hingga melambungkan biaya pelayanan serta menciptakan ketegangan antara petugas layanan dan pasien. 

Biaya layanan kesehatan Tiongkok disiapkan mencapai 1 triliun dolar AS (Rp11,4 biliun) pada Tahun 2020, demikian menurut laporan McKinsey & Co.

Lebih dari 600 personel polisi Shanghai pada 2 April 2014 melancarkan operasi terselubung setelah berlangsungnya penyelidikan selama tujuh bulan. 

Mereka menahan 160 tersangka melalui penggerebekan yang dilancarkan ke rumah-rumah para anggota kelompok di berbagai penjuru kota serta menyita berpeti-peti obat-obatan dan senjata api palsu, kata pernyataan itu. 

Kelompok tersebut mengarahkan para pasien untuk datang ke klinik-klinik penipuan, yaitu dengan menempatkan orang-orangnya di berbagai rumah sakit dan stasiun metro untuk memuji-muji kualitas pelayanan.

Dokter-dokter yang tidak memiliki kemampuan kemudian menjual obat-obatan kepada mereka dengan harga yang kerap bernilai 10 kali lipat dari harga sebenarnya. 

Penipuan dalam layanan kesehatan itu, yang kerap mengincar para pendatang ke Shanghai untuk berobat, merupakan kasus terbesar yang pernah terjadi di Shanghai, demikian menurut laporan media resmi Tiongkok, surat kabar Shanghai Daily dan kantor berita Xinhua.(ANTARA)

No comments:

Post a Comment