بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Sejarah Lampu Riting atau Lampu Sein
Go Green

Clock Link

Wednesday, November 13, 2013

Sejarah Lampu Riting atau Lampu Sein

Pada abad ke-18, kendaraan beroda masih berbentuk gerobak biasa dengan tempat duduk yang ditarik oleh kuda. Tapi menjelang peralihan abad ke-18, fungsi kuda sebagai penarik kendaraan mulai digantikan oleh tenaga uap dan bahan bakar lainnya. Adalah Nicholas Cugnot, orang inggris yang berhasil memperkenalkan temuannya berupa kendaraan yang dapat berjalan tanpa kuda, yaitu dengan bahan bakar uap. Walaupun bentuknya masih standar, tapi kendaraan buatan Cugnot inilah yang kemudian menginspirasi para ahli untuk dapat menciptakan kendaraan-kendaraan yang lebih canggih, seperti Henry Ford dan Gottlieb Daimler.


Henry Ford dan Gottlieb Daimler berhasil menciptakan kendaraan yang disertai mesin penggerak dan mobil dengan bahan bakar bensin. Seiring penemuan-penemuan tersebut, tren penggunaan mobil pun makin merajalela. Pada awalnya hanya kalangan kaya dan kaum bangsawan yang bisa membeli kendaraan jenis ini. Tapi lama-kelamaan harga mobil ini makin turun dikarenakan produsen mobil yang makin banyak.




Hal ini di satu sisi menguntungkan banyak pihak karena sarana transportasi menjadi lebih maju dan lebih cepat. Tapi di satu sisi, jumlah mobil yang makin banyak juga menimbulkan permasalahan tersendiri, yaitu kecelakaan. Sebelum diciptakannya kendaraan bermesin seperti mobil, kendaraan yang ada hanya sebatas sepeda dan gerobak kuda, sehingga jika terjadi kecelakaan, tidak ada korban jiwa. Paling hanya memar biasa (maklum saja, kecepatan sepeda dan gerobak kuda saat itu tak lebih dari 20 km per jam). Tapi lain halnya dengan mobil bertenaga bensin yang bisa melaju sampai kecepatan 50 km per jam. Maka kemudian bisa ditebak apa yang terjadi, yaitu banyak nyawa yang melayang karena kecelakaan.


Dan sebagian besar kecelakaan yang terjadi adalah tabrakan di tikungan. Hal ini dikarenakan belum adanya alat yang bisa menandakan bahwa mobil tersebut akan belok kanan, belok kiri, ataupun lurus. Para pengendara hanya mengandalkan teriakan mereka untuk memberi tahu pada pengguna jalan lain bahwa mereka akan berbelok. Tapi itu tidak efektif, karena kesadaran para pengendara yang masih rendah dan tak mau capek-capek berteriak untuk memberitahukan pada pengguna jalan lainnya.


Oleh karena itu, kemudian diciptakan alat pemberi tanda bahwa kendaraan akan berbelok, yaitu sebuah lonceng atau peluit uap. Sekitar tahun 1920-an, pabrik-pabrik kendaraan di Jerman mulai memasang lonceng dan peluit di kendaraan produksi mereka. Lonceng ini berfungsi sebagai tanda bahwa mobil akan belok. Cara kerja lonceng atau peluit ini sangat sederhana, yaitu jika lonceng berbunyi sekali, berarti mobil akan belok ke kanan, jika berbunyi dua kali, maka kendaraan berarti akan belok kiri, jika tak ada bunyi lonceng, berarti kendaraan tidak belok (lurus). Sehingga para pengemudi tak perlu capek2 berteriak, mereka cukup menarik tali yang akan terhubung ke lonceng indikator itu tadi.




Tapi, ternyata penggunaan lonceng indikator inipun tak efektif. Hal ini dikarenakan jika aktivitas lalu lintas ramai, maka bunyi lonceng yang bersahut-sahutan justru akan membingungkan para pengguna jalan. Maka perlu dicari alat indikator lain yang lebih baik dan efektif.

Dan akhirnya pada tahun 1930 , atas saran seorang penduduk lokal Inggris, maka dibuatlah sebuah alat indikator yang berupa lampu tambahan yang dipasang persis di samping lampu penerangan utama. Indikator ini ternyata sangat efektif dan lebih mudah digunakan. Pengendara cukup menekan tombol kontak yang tersambung dengan lampu indikator. Lampu yang kemudian lebih dikenal dengan light sein ini (orang Indonesia lebih mengenalnya sebagai lampu riting) kemudian menjadi standar baru pembuatan kendaraan bermotor di seluruh dunia.





Nah, setelah tau sejarahnya, pada pengen tau dong apa aja sih komponen dari lampu riting itu? 

 komponen

Flasher
Flasher adalah komponen pemberi sinyal positif (+) yang memiliki frekuensi tetap, misalnya 2,5 kali per detik. Karena flasher memberikan sinyal positif (+), maka bohlam yang mendapat sinyal positif (+) dari flasher tersebut akan hidup dengan sendirinya.

Pada umumnya flasher memiliki dua tipe:
1. Flasher electronic
Dalam prosesnya flasher electronic memanfaatkan rangkaian timer/rangkaian flip-flop yang dapat memberikan sinyal on/off.

2. Flasher bimetal
Flasher bimetal memanfaatkan pemuaian metal akibat dari pemanasan. Cara kerjanya cukup sederhana, plat warna merah mengalami pemanasan akibat adanya kumparan yang melilit plat warna merah tersebut. Ketika memuai maka plat akan melengkung yang mengakibatkan terminal kontak berpisah. Ketika terminal kontak berpisah maka plat akan mengalami pendinginan dan mulai menyusut. Ketika plat menyusut, terminal kontak akan kembali bersentuhan yang mengakibtakan terjadi arus pemanasan lagi. Begitu terus berulang-ulang hingga dimatikan.

Saklar sein
Saklar merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan aliran listrik. Saklar pada sein bertugas untuk membagi sinyal positif (+) dari flasher yang akan ditujukan untuk bohlam kanan atau kiri. Saklar sein pada umumnya terdiri atas tiga terminal, yaitu satu terminal yang berada di tengah dan dua terminal pembagi yang berada di kiri dan kanan. Alat ini bekerja sesuai dengan perintah, ketika saklar di geser ke kanan maka terminal yang berada di tengah akan menyalurkan sinyal positif (+) ke terminal sebelah kanan yang kemudian diteruskan ke bohlam kanan. Sehingga lampu sein sebelah kanan akan menyala berkedip-kedip. Begitu juga sebaliknya, jika saklar di geser ke kiri maka terminal yang berada di tengah akan menyalurkan sinyal positif (+) ke terminal sebelah kiri yang kemudian diteruskan ke bohlam bagian kiri. Sehingga menyalalah lampu sein sebelah kiri.

Bohlam
Bohlam merupakan satu dari komponen lampu sein. Karena jika tidak ada bohlam maka lampu sein tidak akan menyala walau saklarnya dihidupkan. Setiap bohlam memiiliki spesifikasi yang berbeda. Jadi seandainya bohlam rusak atau mati, diganti dengan bohlam yang memiliki spesifikasi yang sama. Karena jika watt dari bohlam yang diganti lebih kecil akan terjadi kedipan yang lebih cepat dari biasanya. Atau jika diganti dengan watt yang lebih besar maka akan merusak flasher.


Oiya, selain lampu riting, juga dikenal yang namanya lampu hazard. Pada tau kan lampu hazard itu apa? Atau ada yang belum tau? 

lampu hazard

Lampu Hazardsering dikaitkan dengan lampu sein karena berada pada tempat yang sama. Bedanya ketika lampu hazard dihidupkan maka lampu sein kanan kiri akan hidup secara bersamaan. Dan ketika lampu hazard ini dihidupkan maka penggunaan lampu sein tidak akan berfungsi karena tertutup oleh lampu hazard yang sedang menyala. Lampu hazard adalah lampu yang khusus digunakan ketika sebuah mobil atau kendaraan sedang mengalami masalah. Dengan menghidupkan lampu hazard, mobil atau kendaraan yang sedang mengalami masalah dapat memberikan isyarat kepada pengguna kendaraan lain bahwa kendaraan sedang mengalami masalah. Penggunaan lampu hazard sangat disarankan digunakan ketika mobil atau kendaraan dalam keadaan berhenti atau menepi di pinggir jalan.

http://sekedar-tahu.blogspot.com/2010/02/sejarah-lampu-riting-atau-lampu-sein.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_sein

No comments:

Post a Comment