بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Abah Landung Melawan Korupsi Hingga Uzur
Go Green

Clock Link

Thursday, March 21, 2013

Abah Landung Melawan Korupsi Hingga Uzur

Setiap hari, Abah Landung naik sepeda berkeliling Bandung. Di usia 80 tahun, dia tetap bersemangat membagi-bagikan stiker dan gelang karet dengan percuma.

“Awas! Bahaya Laten Korupsi”

“Siapapun Boleh Naik.. Korupsi Harus Turun!” 

“Jujur, langkah awal berantas korupsi”

Begitu isi pesan dari stiker dan gelang yang dibagikan. Pada suatu siang di kawasan Gedung Sate Bandung, Abah Landung santai bercengkrama dengan sekumpulan anak-anak SMA. Kepada mereka, ia menyodorkan berlembar-lembar stiker berwarna dasar hitam serta kuning, berisi pesan antikorupsi. 


Abah Landung membagikan stiker antikorupsi.


“Ini saya diberi cuma-cuma oleh KPK, jadi harus dibagikan gratis kepada sebanyak-banyaknya orang,” celotehnya sambil terus membagi-bagikan stiker dan gelang. Tidak hanya anak-anak SMA, pensiunan guru itu juga memberikan stiker kepada siapa pun yang melintas di dekatnya. “Terkadang ke pedagang kaki lima juga, kalau sedang mengayuh sepeda di jalanan.”

Abah Landung, kelahiran 11 Juli 1932, memang mengabdikan dirinya sebagai relawan gerakan antikorupsi. Dia mendapatkan semua materi sosialisasi antirasuah resmi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Saya terpanggil, karena korupsi masih tetap ada dan gilanya pejabat-pejabat sekarang juga tidak malu melakukannya,” ujar pria yang sempat mengenyam pendidikan di Lembaga Administasi Negara serta Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung itu.

Kadang-kadang, Abah Landung bisa nakal. Tanpa permisi dia menempelkan stiker antikorupsi di dinding-dinding kantor pemerintahan. Walhasil kelakuannya itu sempat membuat jengah aparat.

“Kalo menempel stiker di kantor pemerintahan jarang yang bisa bertahan lama. Mungkin birokrat gerah dengan ada stiker antikorupsi,” ujarnya tergelak. Tapi itu tak membuat Abah Landung kapok. Semakin ditentang semakin keras juga ia melawan. 

Menjadi relawan, kata Abah Landung, bukan pekerjaan yang ringan. Hinaan dan cibiran tak jarang ia terima. Maklum, banyak orang tak percaya kalau ia melakukan semua pekerjaannya dengan suka rela. “Saya sering diinterogasi warga, dari mana saya dapat stiker-stiker ini, mungkin meragukan saya yang mereka kira hanya cari sensasi,” katanya. Namun, tambahnya, “setelah saya jelaskan kalau stiker ini resmi dari KPK orang-orang mengapresiasi dan menyemangati.”

Ditanya soal penghasilannya sehari-hari, Abah Landung mengaku mengandalkan uang pensiunannya sebagai guru. Lebih dari itu, tak jarang juga ia menerima bantuan orang-orang. Namun ia cepat menjelaskan kalau semua bantuan itu tidak dipergunakannya untuk menumpuk keuntungan.

“Kebetulan saja bertemu di jalan, suka ada yang memberi. Tapi orang-orang juga banyak yang baik, saya makan di warung tapi sama yang punya diberi gratis. Itu rezeki yang tidak bisa ditolak. Mungkin karena pernah jadi guru, jadi banyak murid yang ingat juga,” katanya. 


Relawan sejak lama

Jauh sebelum ia menjadi aktivis antikorupsi, ayah enam orang anak ini, merupakan salah seorang dari 212 pemuda yang dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai relawan Gerakan Ganyang Malaysia. Ia masih ingat, pelantikannya berlangsung pada pada bulan Desember tahun 1964. Kala itu, Landung yang berusia 32 tahun, dipilih mengepalai sebuah gugus regu relawan.

“Mungkin karena paling tua, saya dipilih jadi komandan regu,” katanya.


Stiker yang dibagikan oleh Abah Landung.

Seingat Abah Landung, sebelum diberangkatkan ke daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, ia dan rekan-rekannya sempat mendapatkan semacam pendidikan militer selama enam bulan. Tempatnya di Bogor. “Materi pelatihannya waktu itu soal strategi teritorial, bela diri dan perang fisik,” kata Abah Landung. Kala itu, ia sempat bertugas selama dua tahun dalam operasi tersebut.

Lantas rezim pun berganti. Dari era Soekarno ke rezim Soeharto. Saat terjadi tragedi tenggelamnya Kapal Tampomas II pada 1981 silam, ia kembali terjun menjadi relawan atas kemauannya sendiri. “Saya juga terjun membantu pada tsunami Aceh tahun 2004 dan Pangandaran tahun 2006,” katanya. “Dari semua yang saya lakukan, tujuannya cuma satu, ingin membantu sebisa mungkin semampu saya, tanpa latar belakang organisasi mana pun, berangkat sendiri saja seperti ada yang menggerakan.”

Terakhir, pada 2010, ia kayuh sepedanya kuat-kuat ke Yogyakarta membantu warga lepas dari kesedihan bencana Gunung Merapi. Berbekal pengalamannya itu, hingga kini Abah Landung tetap konsisten mendedikasikan waktunya untuk berbagai kegiatan relawan. 

“Biar sama besan dan saudara diminta berhanti, saya akan tetap menjalaninya seperti ini,” imbuh Abah Landung. 

Jalan Abah Landung memang bukan jalan yang jadi pilihan banyak orang. Dia rela mendermakan sisa usia dan tenaga untuk kepentingan bangsa, meningkatkan kesadaran antikorupsi.

“Manfaat [membagi-bagi stiker antikorupsi] mungkin bukan pada masa sekarang, tapi saat anak atau cucu saya nanti sudah bertambah besar mengerti dan mengamalkan semua pesan antikorupsi,” katanya.


http://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/abah-landung-melawan-korupsi-hingga-uzur-035307046.html

No comments:

Post a Comment