بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Polisi di Medan Jadi Informan Perampok
Go Green

Clock Link

Monday, February 25, 2013

Polisi di Medan Jadi Informan Perampok

TRIBUNNEWS.COM


MEDAN - Kawanan perampok yang beraksi di toko Dunia International Taylor, Jalan Gatot Subroto, Medan, Sabtu (23/2/2013), ternyata menggunakan informan polisi yang bertugas Unit Kejahatan dengan Kekerasan (Jahtanras) Polresta Medan. 

Otak perampokan, Sajudin (45) mengakui toko baju Dunia International Taylor, bukan target utama kelompoknya. Target utama mereka adalah distributor pulsa Transfuter di Jalan Wahidin, Medan.

Dengan tampak masih menahan rasa sakit akibat timah panas yang bersarang di paha kirinya, Sajudin yang ditemui Tribun dari balik jeruji tempat perawatannya, RS Bhayangkara Medan, Minggu (24/2/2013) sore, menceritakan sasaran Transfuter yang beromzet miliaran rupiah per hari diketahuinya dari Bripka Burhan Nababan.

Tujuh dari sembilan kawanan perampok antarprovinsi yang dilumpuhkan dengan timah panas oleh Unit Jatanras Polresta Medan saat tertangkap beraksi di toko baju Dunia International Taylor, Jalan Gatot Subroto, Medan, Sabtu (23/2/2013).

Mereka adalah Sajudin (45), Yadi (32), Heru Pinem (23), Suib Muzakir (37), Puji Adi (28), Ance Mahendra alias Victor (31), Hamdani Ismail alias Abu (43).

Mereka mengikat pasangan suami-istri pemilik toko, Syahril dan Mismuna yang baru saja pulang dari mengantar anaknya sekolah. Modusnya dengan berpura-pura mau menjahit pakaian.

Sajudin mengaku sasaran itu sudah diketahuinya sejak dikatakan anggota unit Jatanras Satreskrim Polresta Medan itu sejak Ramadhan 2012. Sajudin kala itu bertemu dengan Bripka Burhan di kawasan Kompleks Asia Mega Mas, Medan.

"Yang kasih tahu di situ (Transputer) perputaran uangnya miliaran dari teman saya, anggota Polresta Medan bernama Burhan Nababan. Kami memang sudah lama tak ketemu. Dulunya kami satu kampung di Kutacane, Aceh Tenggara," ujar Sajudin sambil berbarang berbicara dalam jarak sekitar tujuh meter dari pintu jeruji besi.

Menurut Sajudin, bila berhasil 'main' di distributor penjualan pulsa itu, kesepakatannya pembagian dengan Burhan Nababan serta kelompoknya adalah 20:80. 
"Kesepakatannya kami (dirinya dan Burhan) minta 20 persen, sedangkan dengan mereka (kelompok) yang kerja 80 persen. Dari 20 persen itu, saya dan Nababan 10 persen masing-masing," katanya dengan tekanan suara sedikit menguat.

Sajudin mengaku terakhir komunikasi dengan Burhan sehari sebelum mereka merencanakan aksi perampokan di distributor pulsa, di Jalan Wahidin, Medan.

"Karena kami mau 'turun', ku telpon dia. Aku pesan agar keamanan kami dijaga-jaga. Dia jawab "iya"," ujar Sajudin lagi.

Namun, saat dilakukan pemantauan oleh komplotannya dari dalam mobil ketika melintasi Jalan Wahidin, tepat di sekitar sasaran tampak banyak anggota Brimob. Sehingga kelompoknya mengurungkan niat dan hanya melihat-lihat saja.

"Mereka (komplotan) bilang nggak bisa dikerjai, karena terlihat ramai polisi. Bukan si Nababan yang bilang, karena sejak ku bilang kami mau turun, terus kami sudah putus kontak," ujarnya.

Selanjutnya karena gagal, mereka memutuskan berkeliling-keliling Kota Medan.

"Karena sudah tidak ada uang lagi, akhirnya kami spontan merencanakan aksi perampokan di toko baju Dunia International Taylor.

Sajudin yang mengaku menjual pulsa di Kutacane mengatakan baru pertama kali melakukan perampokan di Medan.

"Cuma baru ini," ujar pria kelahiran Tanah Karo itu.

Beberapa tersangka lain mengaku tidak tahu menahu rencana itu.

"Kami tidak tahu, antara kami saja tidak saling mengenal satu dan lainnya. Baru pertama ini kami jumpa, kenalnya waktu mau merampok saja," ujar tersangka Ance Mahendra alias Victor yang juga masih terbaring akibat timah panas bersarang di kakinya.

Tersangka bernama Yadi yang disebut-sebut mantan anggota TNI tak mau berbicara saat dilemparkan beberapa pertanyaan kepadanya. Sementara beberapa tersangka lainnya tampak tertidur pulas.

Wakil Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Medan, AKP Hendra ET mengatakan penyidik telah menetapkan Bripka Burhan dan dua orang sipil yang belum diketahui identitasnya ditetapkan jadi tersangka kasus perampokan tersebut.

Ia mengakui tersangka Bripka Burban berperan sebagai pemantau dan pemberi informasi kepada para pelaku perampokan tersebut.

"Sebagai informan kepada para pelaku perampokan tersebut, dia ikut menggambar dan memberi informasi. Dari hasil pemeriksaan, tiga orang yang baru ditangkap, hanya dua yang ditetapkan menjadi tersangka. Satu orang lagi statusnya saksi," kata Hendra,

No comments:

Post a Comment