بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Tuli karena Suara Bising
Go Green

Clock Link

Monday, May 12, 2014

Tuli karena Suara Bising

Rhythm Response, Ledakan Energi Ketika Mendengar Musik

Telinga memiliki batas kemampuan untuk menerima suara. Karena itu, kemampuan mendengar seseorang akan menurun jika terus-menerus mendengar suara bising. Bahkan, suara bising dipercaya dapat berdampak pada terganggunya kondisi psikologis seseorang. Apa kata ahli medis?

Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan dari Rumah Sakit Hermina Depok, dr Asnominanda, SpTHT mengatakan, pada dasarnya suara bising adalah suara yang mengganggu kenyamanan kuping karena intensitas bunyinya melebihi 85 desibel. Suara itu bisa berasal dari knalpot motor berjenis bogar yang level kebisingannya mencapai 100 desibel, suara pesawat yang 105-125 desibel, dan mesin rumput yang 25-30 desibel.

"Kalau orang mendengar suara lebih dari 85 desibel dalam sehari selama 8 jam dan terus berulang 5 hari dalam seminggu selama 10 tahun, itu sudah di teliti, sekitar 7 sampai 8 persen orang akan tuli akibat bising," ujarnya saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.

Selain sumber bunyi tersebut, sambung Asnominanda, rupanya mendengarkan musik juga berisiko menyebabkan gangguan pendengaran. Utamanya, bila mendengarkan musik menggunakan headphone atau earphone dalam waktu yang lama dan dengan volume yang keras. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan tim peneliti RSCM, dari 100 orang yang diteliti terdapat 60-70 persen berpotensi mengalami tuli akibat suara bising dari mendengarkan musik secara berlebihan melalui headphone.

“Jadi disarankan bagi orang sering mendengarkan musik melalui mp3 atau hand phone, agar mengurangi penggunaan yang berlebihan baik dari segi volumenya maupun waktunya,” paparnya.

Sebab, kata dia, tuli adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Cara terbaik menghadapi penyakit ini adalah dengan mencegahnya. 

Sebisa mungkin, Asnominanda mengingatkan, jauhi suara bising yang muncul di lingkungan kerja ataupun rumah. Namun, apabila Anda memang bekerja di bidang permesinan, sebaiknya memeriksa kembali standar kerja yang berlaku di perusahaan.

Bahkan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menegaskan, suara bising di lingkungan kerja tidak boleh lebih dari 85 desibel. Selain itu, waktu kerja juga harus dibatasi agar tidak merusak pendengaran dari pekerjanya. 

"Orang yang bekerja di tempat yang bising tidak boleh lama-lama, karena aturannya jika mencapai 85 desibel tidak boleh lebih dari 8 jam kerja," katanya.

Lebih lanjut dia menyarankan, meski tempat kerja Anda memiliki intensitas bunyi yang lebih ringan dari standar yang telah ditetapkan, tetap saja Anda harus meminimalisir risiko terjadinya ketulian. Caranya, dengan menggunakan penutup telinga ketika bekerja di lokasi bising. 

Selain itu, sempatkan waktu untuk menjauh dari suara bising demi mengistirahatkan telinga. Sebab, walaupun intensitas kebisingannya rendah, risiko menjadi tuli tetap terbuka lebar. "Mungkin 2 sampai 3 tahun nantinya dia akan tuli, selama dia masih berada dalam lingkungan kerja yang bising," tegasnya.

Kalau sudah tuli, kata Asnominanda, pada akhirnya hal itu akan berpengaruh juga terhadap kondisi psikologis seseorang. Mudah emosi karena kesulitan menangkap pembicaraan dengan lawan bicara adalah hal yang biasa terjadi. Belum lagi, sering muncul suara berdengung pada kuping ketika tidur di malam hari. 

"Hal itu tidak bisa diobati, karena sudah tidak bisa lagi diperbaiki. Tuli akibat bising itu hanya bisa dicegah," ungkapnya. 

Untuk mengetahui apakah Anda telah mengalami gangguan pendengaran atau belum, dapat diperiksa melalui kualitas obrolan. Apabila sedang berbicara selalu tidak searah atau tidak nyambung, tanda-tanda gangguan pendengaran sudah terlihat. Selain itu, jika orang lain mendengar secara jelas sebuah suara, namun Anda hanya bisa menangkap samar-samar, mungkin juga pertanda ketulian.

Namun demikian, metode paling objektif untuk mengetahuinya adalah dengan memeriksa pendengaran melalui alat audiometri. Melalui alat tersebut, akan terlihat audiometrinya berada pada frekuensi 4.000 Hz. Apabila ada gangguan pendengaran, audiometer akan menurun dari angka tersebut. 

"Kalau orang normal tidak ada penurun frekuensi, jika orang yang mengalami tuli akibat bising akan mengalami penurunan frekuensi dari angka 4.000 hz," tandasnya.

s

No comments:

Post a Comment