بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Tenganan Pegringsingan Desa Kuno di Bali Timur
Go Green

Clock Link

Saturday, March 8, 2014

Tenganan Pegringsingan Desa Kuno di Bali Timur


Tenganan adalah desa yang mempunyai keunikan sendiri di Bali, desa yang terletak cukup terpencil dan terletak dikabupaten karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak sekitar 60km dari pusat kota Denpasar, Bali. Desa ini sangatlah tradisional karena dapat bertahan dari arus perubahan jaman yang sangat cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik. Ini dikarenakan Masyarakat Tenganan mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan sudah diperbaharui pada Tahun 1842.


Desa tenganan mempunyai luas area sekitar 1.500.000 hektar, ketika tempat wisata – wisata yang lain dibali berkembang pesat seperti Pantai Kuta, Pantai Amed, yang sangat meriah dengan kehadiran Hotel, Pantai, Café, dan kehidupan malamnya. Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak peduli dengan perubahan jaman dengan tetap bertahan dengan tiga balai desanya yang kusam dan rumah adat yang berderet yang sama persis satu dengan lainnya. Dan tidak hanya itu didesa ini keturunan juga dipertahankan dengan perkawinan antar sesama warga desa. Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan eksotik, walaupun Masyarakat Tenganan menerima masukan dari dunia luar tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan desa adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat Desa Tenganan.


Untuk memasuki desa Tenganan sangatlah unik, sebelum masuk ke area Desa Tenganan. Kita akan melalui sebuah loket, disitu kita tidak diharuskan membayar. Memang karena tidak ada tiket/karcis yang dijual, tapi kita memberikan sumbangan sukarela berapa saja seikhlas kita ke petugas dibangunan kayu yang semipermanen, sebelum masuk wisatawan harus melalui gerbang yang cukup sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu orang. Penghasilan penduduk Desa Tenganan juga tidak jelas berapa pendapatannya, karena disana masih menggunakan sistem barter diantara warganya.disana banyak tanaman, sawah, kerbau yang bebas berkeliaran dipekarangan mereka.


Untuk mendongkrak potensi wisata mereka, Penduduk Desa Tenganan banyak yang menjual hasil kerajinan tangannya ke turis. Artshop juga dapat kita lihat begitu kaki kita melangkah kepintu masuk, mereka menjual banyak kerajinan. Seperti Anyaman bambu, ukir-ukiran, lukisan mini yang diukir diatas daun lontar yang sudah dibakar, dan yang paling terkenal adalah kain geringsing. Kain ini sangatlah unik karena dengan sekilas memandang kita dapat langsung mengetahui kalau kain tersebut memang buatan tangan. Kain ini termasuk mahal, dan hanya diproduksi di desa tenganan saja. Waktu pengerjaannya pun memerlukan waktu yang cukup lama, karena karena warna – warna yang terdapat dikain gringsing ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan memerlukan perlakuan khusus. Walaupun banyak wisatawan yang semakin lama semakin banyak untuk datang didesa ini, namun sayang belanja suvenir mereka masih kurang. Ungkap I Made pelukis lukisan mini diatas daun lontar.


Berada di desa ini kita merasakan suasana yang aman dan damai, para penduduk desanya yang sangat ramah dan bersahabat. Kita dapat berkeliling areal desa tersebut dan menyaksikan aktivitas mereka sehari hari. Saat yang paling tepat kita berada disana pada saat sore hari, karena pada sore hari biasanya mereka penduduk desa Tenganan sudah melakukan aktivitasnya. Dan berkumpul didepan rumahnya masing-masing, dan tak ayal mereka keluar dan berkumpul bersama para penduduk yang lain. Dan pada saat ini kita dapat menyaksikan dan melihat tingkah laku dan adat budaya tradisional mereka yang amat kental. Maka pantaslah jika mereka disebut dengan sebutan BaliAga / Asli.



Tips yang mau berkunjung ke Desa Tenganan : 
1.Biasanya pada bulan Juni diadakan upacara adat pesta perang pandan.acara ini Menarik banget! sayang saya belum sempat kesini pada saat acara berlangsung.
2.Setahu saya belum ada transportasi umum untuk mencapai kesini. tetapi kesini dapat dijangkau dengan sepeda motor / mobil pribadi.
3.Kerajinan khas desa dat Tenganan Pegringsingan selain kain tenun, ada juga ukir/lukis daun lontar. kerajinan ini sangat menarik untuk dibeli, karena unik untuk koleksi.
4.seru deh kalo bisa berbaur dengan masyarakat lokal desa! Masyarakat disini ramah dan kita bisa mendapatkan banyak pelajaran hidup dari kearifan lokal merek.

Fotografi dan Artikel oleh Barry Kusuma
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

---

Yuk, datang ke JCC Senayan Hall B, Hari Sabtu tanggal 8 Maret 2014 dari jam 13.00 sd 14.00 Agan BARRY KUSUMA akan memberikan Tips bagaimana memaksimalkan Gadget kita untuk Traveling dan yang seru adalah BHEKA akan sharing bagaimana mengedit Foto Traveling dengan Gadget Agan supaya hasilnya bagus & Natural.






Original Posted By Revandhiya

Agan ini threadnya keren2..sebagai orang yg memiliki 50% darah Bali (dari pihak bapak) ane berterima kasih buat agan..

Mengenai tradisi perang Pandan bisa dilihat di Perang Pandan

sehubungan sedang membahas ttg desa Pegringsingan yg merupakan salah satu desa Bali Aga (baca Age) atau Bali asli atau Bali mula Ane mau cerita sedikit tentang Bali yg mungkin banyak orang luar tidak tahu, sebelumnya ane mohon ma'af buat sesepuh Bali klo ane salah, silahkan koreksi:

masyarakat Bali sebenernya terbagi dalam 2 sub kultur:
1) Bali Majapahit (terkena pengaruh budaya majapahit) setelah invasi patih Gajah mada tahun 1343 ditambah banyak masuknya kaum pelarian dari Jawa pasca runtuhnya Majapahit tahun 1478*kelompok ini yang mayoritas di Bali, Bapak anepun masuk yg ini.
2) Bali Aga atau Bali gunung atau bali Mula atau bali asli, masih bisa dilihat di desa2 spt: Sembiran, Trunyan, Tigawasa, Pedawa dan Pegringsingan.

Perbedaan masyarakat Bali Majapahit dan Bali Aga:
1) Bali Majapahit beragama Hindu Dharma (Hindu Majapahit) sedangkan Bali Aga sedikit sekali terpengaruh agama tsb, bahkan pengamatan ane pribadi (mungkin salah), Bali Aga punya kemiripan dgn agama Sunda Wiwitan (Badui, Kasepuhan banten kidul Ciptagelar dll di jawa Barat) atau Kaharingan (Dayak di kalimantan) *kalau orang Tengger ane belon ngamatin lebih dalam. 
2) Bali Aga tidak mengenal system kasta , mereka hanya kenal catur varna yg lebih bersifat fungsional-horizontal . (belakangan ini system wangsa pada bali Majapahitpun sudah mulai luntur)
3) system kemasyarakatan Bali Aga lebih demokratis & egaliter sedangkan Bali majapahit lebih feodal (sekarang sih sudah tidak lg) ini karena pengaruh budaya majapahit yg mirip dgn system kasta pada orang Hindu di India, bahkan di Jawa pun feodalisme sebenarnya masih terasa hingga kini..
4) Bahasa Bali Aga adalah bahasa kasar yg tidak mengenal tingkatan bahasa spt bali majapahit.
5) bentuk bangunan rumahnya Bali Aga lebih sederhana berbentuk kubu dan arsitekturnya berbeda dgn Bali majapahit..untuk yg ini detailnya ane lupa, dulu pernah diceitakan oleh Pekak (kakek) ane secara panjang lebar, tapi ane sudah lupa..nanti ane tanya ke Iwe (Uwak) ane yg pakar dibidang ini.

#ane sebenernya lg cari info Pengaruh budaya majapahit era Brawijaya IV (yg terkenal paling giat memajukan seni & budaya) terhadap budaya bali masa kini.

---

Original Posted By baskoroaye

Mantab gan..
ane dah 2 kali kesini taun 2002 ama 2005..
ijin nambahin gan..desa tenganan ini jauh lebih mengenal penyusunan awig-awig atau peraturan adat daripada desa lainnya di bali..walaupun dalam sejarah desa tenganan, awig-awig desa tenganan pernah terbakar akibat kebakaran hebat di desa tenganan pada waktu itu dan akhirnya ditulis ulang..dan satu lagi yang unik dari desa tenganan, untuk prosesi kematian, masyarakat tenganan tidak melakukan ngaben melainkan dikubur dengan cera jenazah tertelungkup dan kepala menghadap selatan.. CMIIW

---

Original Posted By aviationmania

Tenganan, kira2 asalnya dari kata "tengah" berakhiran -an "tengahan", tengahan berarti lebih ke tengah
Dulu aslinya satu desa dgn desa leluhur ane, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem (baca: Bungayê), tapi krn ada perselisihan pendapat, (kayaknya leluhur masyarakat Tenganan lebih memilih utk tetep gak berbaur dgn org2 Bali Majapahit, sedangkan leluhur masyarakat Bungaya milih mau berbaur dgn org2 Bali Majapahit) akhirnya Tenganan memisahkan diri.
Beberapa keunikan Tenganan (dan Bungaya):
- Logat/dialek masyarakat yg beda dari masyarakat di daerah lain di Bali (pengaruh Bali Aga)
- Kesenian yg unik (dibanding di daerah lain di Bali), di antaranya tarian, musik (gamelan)
- Peraturan (awig-awig) adat yg unik (bawaan Bali Aga). Adanya peraturan ini salah satunya berdampak ke keunikan upacara agama. Ada upacara agama yg pelaksanaannya berbeda dari upacara agama Hindu yg umum di Bali.

Daerah Bali Aga selain Tenganan: Trunyan (tepi Danau Batur), dan satu daerah sekitar Tianyar (perbatasan Karangasem - Buleleng), maaf ane lupa juga nama tmptnya 

Sekarang Bali Aga tetap menjalankan kepercayaan Hindu, cuma dgn beberapa pelaksanaan yg seperti dibilang tadi, lebih mirip Sunda Wiwitan atau Kaharingan.

Leluhur masyarakat Bali Aga sendiri kira2 mulai datang ke Bali sekitar jaman Kerajaan Kutai (abad ke-4 Masehi), jauh sebelum Raja Udayana berkuasa di Bali (abad ke-9 Masehi).

Tapi pemimpin yg keturunan ningrat Hindu Jawa (trah Gusti, Gusti = yang dimuliakan) mulai mimpin Bali sejak invasi dari Jawa ke Bali, sebelum invasi ini kepemimpinan di Bali masih berdasarkan desa masing2, bukan se-Bali.

Tambahan:
Gusti jadi dianggap turunan petani atas ulah Belanda yg ingin memecah persatuan di Bali, Belanda juga sengaja membedakan masyarakat Bali menjadi bentuk kasta dan membedakan hak masyarakat per kasta utk tujuan pemecahan tadi, sama seperti yg dilakukan org Portugis saat menjajah India demi memecah persatuan di India. 
FYI, di Weda aslinya hanya ada Catur Warna (4 golongan berdasarkan pekerjaan): Brahmana (bekerja jadi rohaniwan, pendeta dan sejenisnya); Ksatria (bekerja jadi anggota pemerintahan); Waisya (bekerja jadi petani); Sudra (bekerja membantu/jadi asisten pekerjaan para Brahmana, Ksatria, dan Waisya). Kasta hanya hasil ulah para penjajah. Trah Gusti aslinya masuk golongan Ksatria.

Kasta = Tingkatan (dari bahasa Portugis: Caste) ; Warna = Golongan
Catur Warna, bukan Catur Kasta

No comments:

Post a Comment