بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Polling: Abbott Harus Meminta Maaf Kepada Yudhoyono
Go Green

Clock Link

Friday, November 22, 2013

Polling: Abbott Harus Meminta Maaf Kepada Yudhoyono


Kupang (Antara) - Polling yang dilakukan koran "The Sydney Morning Herald" terhadap 11.067 responden di Australia menunjukkan 62 persen responden mendesak PM Tony Abbott meminta maaf kepada Presiden Yudhoyono atas penyadapan oleh negara kangguru itu. 

"Hasil polling tersebut menunjukkan bahwa rakyat Australia juga menentang tindakan mata-mata, karena hanya akan mencederai hubungan persahabatan antara Australia-Indonesia," kata peraih Civil Justice Award 2013 dari Aliansi Pengacara Australia (ALA) Ferdi Tanoni mengutip hasil polling yang dilakukan salah satu harian terbesar di Australia itu, Kamis. 

Mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu menambahkan polling yang dilakukan "The Sydney Morning Herald" secara online tersebut hanya mengajukan sebuah pertanyaan sederhana "Haruskah Australia meminta maaf kepada Indonesia karena telah memata-matai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono?"

Dari 11.067 responden Australia yang dijaring, kata Tanoni yang juga Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) itu, 62 persen responden menjawab "Ya", sedang 38 persen responden lainnya menjawab "Tidak". 

"Walaupun polling yang dilakukan The Sydney Morning Herald tersebut hanya menjaring sebagian kecil suara rakyat Australia, langkah profesional yang dilakukan salah satu harian terbesar di Australia itu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah kepada publik dunia," ujarnya. 

Penulis buku "Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta" itu menambahkan hasil polling tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah indIkator bahwa tindakan mata-mata yang dilakukan oleh Australia terhadap Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono itu, sama sekali tidak dibenarkan.


Tidak bis dibenarkan

Di belahan negara mana pun, kata Tanoni, tindakan mata-mata yang dilakukan intelijen negara terhadap negara lain adalah hal yang biasa, sementara tindakan penyadapan terhadap seorang kepala negara sama sekali tidak dibenarkan, karena telah melanggar hak privasi seseorang. 

Karena itu, kata Tanoni yang juga pemerhati masalah Laut Timor itu, tidak terlalu berat bagi PM Australia Tony Abbott untuk menyampaikan permintaan maaf kepada Presiden SBY dan Ani Yudhoyono, atas tindakan penyadapan yang dilakukan oleh Australia itu. 

"Permintaan maaf seperti yang diinginkan mayoritas rakyat Australia dalam polling tersebut hanya untuk menjaga dan menghormati etika hubungan bertentang antara Australia-Indonesia yang sudah terjalin dengan baik selama ini," kata Tanoni. 

"Memang, hubungan persahabatan antara Australia-Indonesia selama ini mengalami pasang surut, karena masalah Timor Timur, pencemaran minyak di Laut Timor dan persoalan batas laut antara kedua negara pascamerdekanya Timor Timur, sehingga permintaan mayoritas rakyat Australia lewat polling tersebut, hendaknya menjadi bahan pertimbangan PM Tony Abbott," ujarnya.(rr)

No comments:

Post a Comment