بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Pedagang Malioboro Keluhkan Pengamen Tak 'Nyeni'
Go Green

Clock Link

Wednesday, October 23, 2013

Pedagang Malioboro Keluhkan Pengamen Tak 'Nyeni'

Pedagang Malioboro Keluhkan Pengamen Tak 'Nyeni'  

TEMPO.CO , Yogyakarta - Pedagang Malioboro Yogyakarta mulai merasakan adanya ketidaknyamanan dengan keberadaan pengamen jalanan yang makin membludak dan tak teratur di kawasan itu. Tak hanya waktunya yang tak pandang waktu pagi, siang, sore, dan malam.

"Tapi sudah mulai hilang unsur santunnya, etika, juga nilai seni yang dibawa," kata Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima Malioboro Rudiarto Selasa (22/10).

Rudiarto mengaku, perbedaan kultur dan perilaku pengamen yang mengais rejeki di Malioboro itu sudah mulai berubah sekitar dua tahun silam. Para pedagang pun mengaku mulai risih dan tak tercipta hubungan saling menguntungkan lagi dengan para pengamen seperti waktu waktu sebelumnya. "Sekarang kami kesulitan mengentahui mereka, kami sudha tak kenal. Mereka bukan dari paguyuban yang sudah ada, tapi kebanyakan dari luar dan asal dating untuk mengamen," kata dia.

Salah satu yang paling dikeluhkan pedagang ketika para pengamen ini tidak mendapatkan respons dari pengunjung maka akan marah. "Kadang mencaci dan memaksa agar tetap diberi," kata dia.

Rudiarto pun pernah mendapatkan laporan dari pedagang lain, ketika sejumlah pengamen datang ke sebuah warng lesehan, pembeli pergi karena tidak tahan dengan bau tak sedap dari para pengamen jalanan itu. "Katanya jijik dengan penampilannya yang kumuh," kata dia. Selain itu, para pengamen yang asal dating ini juga sering bertindak seenaknya ketika sedang bekerja.

"Kalau dulu, sebelum lagu habis meski uang sudah diberikan, tidak pergi. Sekarang tak ada yang seperti itu kecuali pengamen yang sudah bekerjasama dengan pedagang," kata dia.

Beberapa pengamen, lanjut Rudiarto memang masih bertahan dengan berperilaku sopan.

Biasanya para pengamen ini punya kesepakatan kesepakatan tak tertulis dengan pedagang seperti warung lesehan. "Biasanya seperti 'dikontrak' mangkal, untuk menghibur jika memang punya kualitas bagus dan enak didengarkan," kata dia.

Dengan kondisi itu, paguyuban pedagang pun meminta pemerintah kota segera melakukan pengawasan khususnya pada pengamen yang asal datang dari anak jalanan itu.

No comments:

Post a Comment