بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Cemooh untuk K-Pop di Malaysia
Go Green

Clock Link

Tuesday, December 4, 2012

Cemooh untuk K-Pop di Malaysia

yahoo.com


Suasana kurang menyenangkan terjadi ketika dua boyband K-pop Vixx dan Nu’est mengisi acara Shout! Award 2012 besutan saluran 8TV di Surf Beach, Sunway Lagoon – Petaling Jaya, 23 November lalu. Mereka dicemooh sekelompok penonton. 

Selain cemooh, rekaman kamera penggemar menunjukkan Vixx mendapat lemparan botol saat membawakan lagu “Rock Ur Body” pada pesta penghargaan bagi insan musik, TV, film dan radio Malaysia itu. Sindiran juga datang dari musisi lokal Malaysia yang tampil.


Nu'est



Vixx“Anda band rock di sini? Karena jika Anda band rock, Anda sebaiknya berhati-hati dengan penampil terakhir malam ini,” seru Sam, vokalis band rock Bunkface dalam bahasa Inggris menyindir Nu’est saat menerima penghargaan Rockstar dalam ajang itu. 


Sam Bunkface

Bunkface memang dikenal kritis dengan invasi K-pop yang menghantam Malaysia sepanjang tahun. Panggung Shout! Award 2012 bukan kali pertama mereka berkomentar pedas soal K-pop. 

“Jangan dengar K-pop. Anda tahu, mereka itu berpantomim, mereka melakukan operasi plastik baru setelah itu mereka tampan. Tolong, selamatkan industri ini…,” papar Sam, blasteran Inggris yang tak kalah rupawan dengan personil boyband K-Pop itu kepada tayangan Kru TV Propaganza April lalu. 

Selain Bunkface, beberapa artis Malaysia lain juga tidak ramah terhadap kehadiran K-Pop di Malaysia. Aktor Malaysia Zed Zaidi dengan terang mengungkap sikapnya lewat Twitter. “K-pop adalah artis luar yang perlu kita bendung, ada pihak yang tidak bertanggungjawab mempromosikan mereka secara berlebihan,” kicau Zed yang juga presiden Persatuan Seniman Malaysia. 

Seperti dilaporkan oleh Malaysia Kini , Zed menyoroti bagaimana promotor menghamburkan dana besar untuk aksi K-pop, padahal jumlah itu dapat digunakan untuk mementaskan lebih banyak artis lokal Malaysia. 

Musik Malaysia memang baru belakangan dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sebelumnya, pasar musik di sana malah sempat dikuasai oleh artis Indonesia seperti Dewa 19, Sheila On 7, Ungu, d’Masiv hingga ST12. 

Begitu kuatnya dominasi ini, sampai-sampai menuai protes dari beberapa persatuan musik di Malaysia yang berujung dengan pembatasan pemutaran musik Indonesia menjadi 20 persen berbanding dengan 80 persen musik Malaysia. Sejak itu, Malaysia begitu protektif terhadap musik lokal. 

Meski demikian, tetap disayangkan ketika penolakan disampaikan terbuka dalam bentuk cemoohan kepada artis tamu. Apalagi sindiran terbuka dari sesama musisi yang tampil satu panggung dengan membawa hegemoni aliran musiknya. 

Penolakan terhadap K-pop yang dilakukan musisi Malaysia tidak terjadi di Indonesia. Di sini, rocker Bimbim Slank malah salut dengan fenomena K-pop . "Mereka niat mempromosikan musik Korea, itu salut banget. Seharusnya kita boleh mencontoh itu. Cara kerjanya brilian banget," kata Bimbim yang tak menampik jika musik K-pop kurang oke. 

Asumsi Bunkface soal grup K-pop yang sekedar berpantomim muncul karena ia tak paham cara kerja produksi K-pop itu. Salah satunya, personel grup K-pop harus menjalani pelatihan ketat dan terstruktur selama beberapa tahun sebelum melenggang di atas panggung. 

Tak sedikit pula di antara artis K-pop yang sudah memasuki pelatihan sejak SD dan menghabiskan 5-8 tahun untuk mengasah diri dalam bidang tarik suara, tarian, bahasa asing, hingga perilaku menghadapi pers dan publik. Hasilnya? Artis K-pop merupakan satu paket hiburan lengkap tak sekedar nyanyian dan tarian, melainkan juga kemasan seperti konsep gaya dan busana yang dalam beberapa kondisi memang lebih mencolok dibanding kemampuan musikal yang sebenarnya tak kalah mumpuni. 

Musisi jazz senior Indonesia Idang Rasyidi menilai, penetrasi K-pop adalah tamparan bagus bagi musik lokal. Karena itu tak perlu ada reaksi berlebihan terhadap euforia K-pop. "Nikmati saja, tidak perlu ketakutan atau antipati, musik itu bukan untuk dipikirkan, tapi dinikmati," kata Idang seperti dilansir Antara

Dalam hal menerima “kedatangan” musik dari luar negeri, musisi Malaysia tampaknya kalah dewasa dari Indonesia. 

No comments:

Post a Comment