بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Rumah Sakit Terapung Indonesia Singgah di Ternate
Go Green

Clock Link

Friday, September 21, 2012

Rumah Sakit Terapung Indonesia Singgah di Ternate

sumber: TEMPO.CO

Rumah Sakit Terapung Indonesia Singgah di Ternate

Ternate - KRI dr Soeharso adalah satu-satunya kapal rumah sakit milik Indonesia. Rabu kemarin, 10 September 2012, kapal yang biasa mangkal di Surabaya itu bersandar di Pelabuhan Ahmad Yani, Ternate. Tempo berkesempatan menengok isinya.

Selintas pandang, kapal ini tampak sangat besar. Tingginya setara gedung lima lantai. Panjang kapal ini mencapai 122 meter dengan lebar 22 meter. "Geladaknya itu cukup untuk mengoperasikan 2 helikopter Super Puma," kata Kolonel Laut Herman Prasetyo, Selasa, 11 September. Herman adalah komandan Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya yang sedang bertugas di KRI dr Soeharso.

Kapal buatan Korea tahun 2003 itu memiliki enam dek. Rumah sakit berada di dua dek yakni dek B dan C. Untuk membedakan dengan area kapal lain, yang masih berbau militer dengan warna kelabu, bagian rumah sakit ini bernuansa hijau, mulai dari lantai, dinding, peralatan, hingga langit-langitnya.

Dek B difungsikan sebagai ruang perawatan. Dua ruang rawat inap (dipisahkan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan) di sana mampu menampung 40 pasien.

Sementara dek C ditempati 1 ruang UGD, 5 ruang bedah, 6 ruang poliklinik, lengkap dengan ruang pemeriksaan X-ray dan apotek. "Jadi pasien pulang tidak dengan tangan hampa, kita beri obat juga," kata Herman.

Kapal ini memiliki 75 anak buah kapal (ABK) dan 65 staf medis. Para staf medis itu diambil dari rumah sakit TNI Angkatan Laut dari seluruh Indonesia, di antaranya ada Rumah Sakit AL dr Ramelan dan Rumah Sakit Marinir Gunungsari, Surabaya, dan Rumah Sakit AL Bitung, Sulawesi Utara.

Sujoko adalah salah satu dokter bedah di KRI dr. Soeharso. Bila tak sedang dalam operasi, ia berdinas di Rumah Sakit AL Bitung, Sulawesi Utara. Menurutnya, membedah pasien di kapal tak berbeda dengan di rumah sakit biasa di darat. "Meja dan lampu operasi, mesin anestesi (bius) yang dilengkapi fentilator dan respirator juga sama, lengkap," ujarnya. Sayangnya, ruang "keramat" itu harus steril, sehingga Tempo tidak diizinkan menengoknya.

Sujoko tidak khawatir ruangannya "bergoyang" saat sedang membedah pasien. Sebab, operasi biasanya digelar saat kapal bersandar. Ukuran kapal yang bongsor dengan bobot saat kosong mencapai 11 ribu ton membuatnya stabil.

KRI dr Soeharso bersandar di Ternate dalam Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya sebagai bagian dari Sail Morotai 2012. Dalam operasi ini, TNI AL memberikan pengobatan gratis bagi masyarakat di pulau-pulau yang dilaluinya. Angkat sauh dari Tanjung Priok pada 28 Agustus 2012, dalam perjalanan ke Morotai, kapal ini sudah mampir di Pulau Takabonerate dan Bacan. Di sana, lebih dari 3000 orang mendapat pengobatan gratis, di antaranya ada 200 yang dioperasi di atas kapal.

Penyakit seperti gondok, hernia, ambeien, sumbing, hingga tumor bisa dioperasi di kapal ini. "Syaratnya cuma satu: tidak ada komplikasi," kata Sujoko. Sebab, menurutnya, operasi pasien dengan komplikasi biasanya membutuhkan waktu observasi yang lebih lama. Hal itu tidak dimungkinkan karena kapal harus cepat kembali berlayar. "Tapi bila terpaksa bisa kita alihkan ke rumah sakit setempat," ujarnya.

Di Ternate, puluhan pasien yang menanti pengobatan gratis di KRI dr Soeharso. Salah satunya ada Suratni. Gadis 23 tahun itu datang dengan benjolan sebesar telur puyuh di bibir atasnya. "Ini tumor pembuluh darah, nanti mau dioperasi," kata Suratni yang datang bersama ibunya, Rahmi.

Lulus SMA, Suratmi masih menganggur. Sementara orang tuanya membuka watung sembako di depan rumah mereka di Akehuda, Ternate Utara. Mereka tak punya ongkos untuk operasi tumor yang sudah menjangkiti Suratmi sejak lima tahun lalu. Maka saat mendengar ada pengobatan gratis di KRI dr Soeharso, mereka segera mendaftar di Asrama Militer Akehuda. "Alhamdulillah, saya cuma ingin cepat sembuh," kata Suratmi.

No comments:

Post a Comment