بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Ketika Ratusan Asep Dipertemukan di Bandung
Go Green

Clock Link

Monday, October 26, 2015

Ketika Ratusan Asep Dipertemukan di Bandung

Ketika Ratusan Asep Dipertemukan di Bandung

detik - Bandung - Apa jadinya jika ratusan nama Asep berkumpul dalam satu ruangan? Ramai, heboh, kadang membingungkan. Ya, di Kafe De Tuik Jalan Bojongkoneng Kabupaten Bandung, 350 pemilik nama Asep hadir mengikuti acara bertajuk Konperensi Asep Asep (KAA), Minggu (25/10/2015). 

Tak hanya dari Kota Bandung, mereka datang dari berbagai daerah. Sebut saja Sumedang, Cimahi, Ciamis, bahkan luar Jawa Barat seperti Semarang.

Tak pelak, banyaknya nama Asep yang tumplek di Kafe De Tuik membuat heboh suasana. Apalagi saat masing-masing orang memanggil nama. Akan banyak orang yang menoleh jika hanya nama Asep yang disebut. Maka, nama tengah pun jadi solusi. Asep yang dipanggil harus  disertai nama tengah atau kepanjangan, misalnya Asep Iman, Asep Iwan, dan Asep-Asep lainnya.    

Presiden Paguyuban Asep Dunia (PAD) Asep Kambali mengatakan, KAA bertujuan menginventarisasi kekuatan Asep di dunia. Menurut Kambali, komunikasi antar-Asep bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Pasalnya, banyak nama Asep yang kurang percaya diri.    

"Mereka berada di posisi-posisi yang sejatinya mengangkat Asep yang lain yang posisinya kurang beruntung. Ingin mempertemukan Asep yang satu dengan lainnya. Paguyuban Asep Dunia sebagai wadah silatuhmi dan aktualisasi," kata Kambali kepada wartawan, Minggu (25/10/2015). 

Kambali berharap, para pemilik nama Asep ini bisa melihat potensi dalam diri. Sehingga, kata dia, mereka tahu apa yang bisa dilakukan untuk sekitar. "Saling menjaga satu sama lain. Semangat ini bisa hidup bergairah, sehat, silaturahmi," kata dia. 

Lebih lanjut Kambali mengatakan, ide mempertemukan Asep tersebut juga berkaitan dengan faktor budaya. Ada kekhawatiran  nama Asep secara budaya bakal hilang. Pertemuan ini, kata dia, bertujuan menggali lagi budaya tersebut. 

"Saya percaya 1.200 etnis ini yang tersisa 586 etnis, ada 752 bahasa, 257 yang masih eksis, ada kekhawatiran kami Asep secara nama dan budaya tradisinya takut hilang. KAA ini ditujukan menggali lagi apa yang kita miliki secara budaya," terang Kambali.

Namun, lanjut dia, Asep ternyata juga tidak identik dengan nama Sunda. "Di facebook ada nama Asep orang Amerika, wanita lagi. Melisha Asep. Padahal dia bukan orang Sunda," tuturnya.

Sementara itu Asep Julianto (35), salah satu peserta yang datang dari Semarang mengaku baru pertama kali mengikuti kegiatan ini. Ayahnya Palembang, ibunya Sunda.

"Namun sejak kecil saya belum pernah bertemu dengan orang yang namanya Asep. Eh ternyata hari ini banyak sekali," ujar Julianto.

Ia mengaku ikut KAA untuk menjalin silaturahim. "Makin banyak saudara, makin bagus," ujarnya yang mengaku naik kereta saat ke Bandung.

Sementara itu menurut Kambali, KAA ini akan digelar setiap tahun. Tempatnya tidak hanya di Bandung. Ia berharap akan banyak Asep lainnya yang bisa datang. 
(ern/Hbb)

No comments:

Post a Comment