بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Umat Katolik di Sleman Diserang Kelompok Bergamis
Go Green

Clock Link

Thursday, May 29, 2014

Umat Katolik di Sleman Diserang Kelompok Bergamis

Umat Katolik di Sleman Diserang Kelompok Bergamis  

TEMPO.CO, Sleman - Tindak kekerasan dan intoleransi beragama terjadi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jemaat Santo Fransiscus Agung Gereja Banteng, Ngaglik, Sleman, yang sedang beribadah diserang oleh sekelompok pria bergamis bersenjata tajam. 
Kejadian itu terjadi pada Kamis malam, 29 Mei 2014. Acara kebaktian digelar di rumah Direktur Galang Press Julius Felicianus, 54 tahun, di Perumahan YKPN, Tanjungsari Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Yogyakarta.
Julius dikeroyok oleh banyak orang bergamis. Akibatnya, ia mengalami luka di kepala dan tulang punggungnya retak. "Luka sudah dijahit, tulang punggung sebelah kiri patah, dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih," kata Julius, Jumat, 30 Mei 2014. (Baca:245 Kasus Intoleransi di Indonesia Dalam Setahun)
Tindakan brutal sekelompok massa dengan senjata tajam dan tumpul itu merupakan tindak anarkis dan intoleran dalam kehidupan beribadah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa waktu lalu kejadian serupa juga terjadi di Gunung Kidul, yakni berupa penutupan sebuah gereja dan penganiayaan terhadap aktivis lintas agama. 
Peristiwa kekerasan ini berawal saat ibadah di rumah Julius digelar pada pukul 19.00 WIB. Satu jam kemudian, sekitar pukul 20.20 WIB, tiba-tiba sekelompok orang bergamis datang dan langsung melempari rumah Julius dengan batu. Lalu mereka juga merusak rumah Julius. (Baca:Ormas, Mayoritas Pelanggar HAM di Yogyakarta )
Saat kejadian, Julius belum pulang dan masih berada di kantornya. Setelah diberitahu, ia pulang. Namun, sesampainya di rumah, ia justru dihadang gerombolan itu dan dikeroyok hingga terluka. "Sekitar delapan orang mengeroyok saya," kata dia. 
Akibat kejadian itu, ia merasa keluarganya terancam. Polisi harus melindungi. Julis mengaku tidak harus melapor ke polisi atas kejadian itu. Namun, polisilah yang harus menindaklanjuti kasus yang jelas sudah terjadi itu. 
Selain menganiaya Julius, sekelompok massa itu juga menganiaya jemaat. Ada yang didipukuli dengan kayu, besi, dan bahkan ada pula yang disetrum. 
Michel Aryawan, wartawan Kompas TV yang meliput kejadian itu, juga dihajar oleh kelompok massa itu. Kameranya bahkan dirampas oleh mereka.  "Rumah saya dekat dengan lokasi. Saat ada keributan saya datang, tetapi justru dianiaya. Saya akan lapor ke Polda siang ini," kata
Mika, panggilan Michel. 

No comments:

Post a Comment