Korban Kapal Tenggelam di Larantuka Jadi 10 Orang

Sekitar 253 perahu tradisional dan kapal motor dengan membawa ribuan peziarah laut mengarak patung Tuan Meninu dari Pantai Lebao menuju Pantai Kuce sekitar 8 kilometer perjalanan. 

TRIBUNNEWS.COM, LARANTUKA - Korban meninggal kapal tenggelam yang ditumpangi puluhan peziarah saat prosesi Semana Santa di perairan Pantai Palo, Kota Rowido, Sarotari Tengah, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, bertambah menjadi sepuluh orang. Jumat (18/4/2014), korban meninggal tenggelamnya Kapal Fiber Flotim 74, tujuh orang.

Hari Minggu (20/4/2014), tiga korban yang sebelumnya dinyatakan hilang ditemukan di pantai tersebut oleh Tim SAR dari Maumere-Sikka. Dengan demikian, korban meninggal menjadi menjadi 10 orang.

Sebelumnya, pemerintah daerah memastikan korban meninggal tujuh orang dan empat orang hilang. Namun dari empat orang hilang, tiga orang sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dan tinggal satu orang yang sampai saat ini belum ditemukan bernama Joe Werang.

Tiga orang yang ditemukan, Minggu (20/4/2014), yakni Satria Tukan (9). Satria ditemukan di Pantai Palo, lokasi kejadian, sekitar pukul 16.30 Wita oleh warga setempat. Seorang gadis kecil, Donata Wain (8), juga ditemukan di lokasi yang sama depan Mercusuar, sekitar pukul 07.10 Wita oleh seorang nelayan, Alyasin yang hendak melaut. Ia kaget ketika melihat sesok mayat tergeletak dengan wajah ke atas masih mengenakan pakaian di antara bebatuan di bibir pantai itu. Pada pukul 09.30 Wita kembali ditemukan Kristian Bethan (3) di Pantai San Dominggo oleh warga setempat.

Tim SAR selanjutnya mengevakuasi dan membawa korban ke RSUD Larantuka untuk diotopsi dan selanjutnya dibawa ke rumah duka, Kelurahan Lewolere, untuk dimakamkan.

Lima korban meninggal sebelumnya, yakni Andreas Gemolo Kleden (2,5) warga Lewolere; Ny. Maria Marlin (31); Ny. M Nogo Werang (36), Dede Badin (9), Lodovikus Tukan (24), dikuburkan berdampingan di pemakaman umum Lewolere, Sabtu (19/4/2014). Suster Epifani, CIJ dimakamkan di depan gereja Katolik setempat dan Antonius Duan dibawa ke Lembata.