بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Sayembara Salat Berjamaah Berhadiah Rp2,3 M di Bengkulu
Go Green

Clock Link

Thursday, February 13, 2014

Sayembara Salat Berjamaah Berhadiah Rp2,3 M di Bengkulu


Dikutip dari Kompas.com (7/2/2014), Walikota Bengkulu Helmi Hasan membuat “sayembara salat berjamaah” berhadiah umrah, haji gratis dan bonus mobil Toyota Innova, dengan dana Rp 2,3 miliar yang akan dianggarkan dalam APBD Kota Bengkulu, bagi 100 orang warga terseleksi yang konsisten salat dzuhur berjamaah setiap hari Rabu di Masjid Agung At-Taqwa Bengkulu minimal 40 kali (umrah gratis) atau 52 kali (haji gratis).

Program tersebut sudah berjalan. Saat ini tim penilai tengah bekerja. Dijadwalkan kegiatan ini akan dilaksanakan setiap tahun, dengan tujuan untuk memotivasi warga meramaikan masjid, sebagai satu dari delapan tekad yang didengungkan Kota Bengkulu, yakni “Bengkulu Religius.”

Banyangkan, berapa besar dana publik yang akan tersedot untuk urusan privat warga, setiap tahun, selama masa jabatan Walikota Helmi Hasan, dengan asumsi program ini terlaksana setiap tahun. Di sinilah pentingnya warga bersuara untuk menolak program biadab, keblinger dan setengah gila ini.

Penulis sebut demikian karena dana publik dalam APBD digunakan untuk urusan privat, urusan pribadi, urusan orang per orang dengan Tuhan. Sementara pada saat yang sama angka kemiskinan di Bengkulu terus meningkat dari tahun ke tahun. Pengentasan kemiskinan begini lebih mendesak didanai dengan APBD, karena menyangkut hajat hidup publik luas, ketimbang mendanai sayembara salat berjamaah.

Data BPS Provinsi Bengkulu memperlihatkan angka kemiskinan di Provinsi Bengkulu terus meningkat sejak 2010 hingga 2013. Pada 2010, persentase angka kemiskinan mencapai 16,37% dari jumlah penduduk, pada 2013 meningkat lagi menjadi 17,75% dari jumlah penduduk. Contoh, pada bulan Maret 2013 saja angka kemiskinan mencapai 18,34% atau 327.350 jiwa warga miskin (antarabengkulu.com, 21/1/2014). Sebagian warga miskin itu tentu saja ada di Kota Bengkulu.

Disamping itu, sebagai putra daerah yang rutin pulang ke Bengkulu, penulis masih melihat infrastruktur terutama jalan-jalan kota yang rusak parah, terutama jalan kota yang dilalui truk-truk bertonase tinggi milik perusahaan perkebunan. Jalan rusak begini lebih urgen diperbaiki dengan dana publik dalam APBD, ketimbang buat membiayai sayembara salat berjamaah.

Dari segi syiar agama program Walikota Helmi Hasan ini juga berkemungkinan tak akan tepat sasaran. Orang akan salat berjamaah karena berharap hadiah, bukan pahala. Mungkin saja jamaah ramai ke masjid tapi hanya kamuflase di permukaan saja alias ria. Belum lagi potensi kecemburuan warga yang solat berjamaah di masjid lain (bukan At-Tagwa) tapi tak mendapat hadiah.

Apakah tidak lebih baik warga dimotivasi dengan dakwah ke agamaan dari hati ke hati, ketimbang diiming-imingi hadiah dari APBD (pembayar pajak)? Bukankah absurd orang salat berjamaah dinilai oleh sebuah tim perlombaan, mirip perlombaan anak-anak, lalu pemenangnya diberi hadiah?

Jika program ini tak dihentikan, akhirnya penulis akan makin kuat meyakini stereotip, bahwa tak ada yang bisa diharapkan dari pemimpin politik yang kecanduan agama. Otaknya akan beku, penuh indoktrinasi, cenderung diskriminatif, dan sulit diajak berpikir kritis serta berempati buat rakyat banyak. (Sutomo Paguci)

No comments:

Post a Comment