بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Abu Vulkanik
Go Green

Clock Link

Saturday, February 15, 2014

Abu Vulkanik

Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan, terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan yang berukuran besar (bongkah - kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah, dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. (sumber:wikipedia)

Secara geologis, abu vulkanik adalah material batuan vulkanik yang berasal dari magma panas dan cair yg membeku secara cepat. Batuan beku sejatinya kumpulan mineral yang membeku dan mengkristal dari magma cair. Karena membeku cepat maka magma ini tidak sempat mengkristal dengan baik. Karena tidak mengkristal dalam geologi material bekuannya disebut gelas. Ya mirip gelas kaca yang kita pakai itu.


Terlihat jelas dalam mikroskop bahwa abu vulkanik itu yang berupa butiran berujung runcing, tersusun oleh mineral gelas tak berkristal, kebayang kan kalau terkena mata atau sampai terhirup dan masuk paru-paru. sangat mengganggu kesehatan.

Abu vulkanik biasanya datang saat aktifitas gunung berapi meningkat. seperti yang sedang terjadi saat ini gunung - gunung berapi di Indonesia banyak yang mulai menaikkan suhunya, seperti contoh, gunung Sinabung dan Kelud yang sedang meningkat aktifitasnya. Kemudian seberapa bahayanya Abu Vulkanik bagi kesehatan kita? Sangat berbahaya tentunya bila kita menghirupnya.


Abu vulkanik diketahui bisa menyebabkan iritasi mata, penyakit infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ), hingga gangguan pada kulit. Kandungan abu vulkanik sangat berbahaya. Kandungan material dari abu yang dimuntahkan itu mengandung S102 atau pasir kuarsa yang biasa digunakan untuk membuat gelas. Bentuk pasir kuarsa itu tidak bulat layaknya debu biasa. Di bawah mikroskop, pasir kuarsa itu tampak berujung runcing. Ini tentunya bisa melukai saluran pernapasan, mata, bahkan kulit. Jadi partikelnya memang membahayakan. Keluhan paling banyak, infeksi saluran pernapasan akut, batuk, pilek, dan iritasi mata.


Saat meletus, gunung berapi memang umumnya menyemburkan uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), asam klorida (HCl), asam fluorida (HF), dan abu vulkanik ke atmosfer. Abu vulkanik mengandung silika, mineral, dan bebatuan. Unsur yang paling umum adalah sulfat, klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan fluoride. Ada juga unsur lain, seperti seng, kadmium, dan timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah.


Dengan intensitas tinggi, bisa jadi bulu - bulu hidung tak cukup kuat menahan serangan partikel polutan berbahaya. Belum lagi ada kemungkinan suhu panas dan gas - gas beracun yang mungkin ikut keluar bersama abu vulkanik. Akumulasi silika dalam paru - paru bisa mengakibatkan silikosis yang menyebabkan kerusakan pada paru - paru. Silikosis umumnya menyerang pekerja tambang. Namun mereka terserang silikosis karena paparan silika konsentrasi tinggi dari jangka waktu yang lama. Khusus silika, sebenarnya memang ada di sekitar kita, dan sangat mungkin terhirup dalam kondisi normal. Tapi intensitasnya tidak besar, dan kalaupun terpapar tidak terus - menerus seperti saat bencana seperti gunung berapi mengeluarkan abu vulkanik.


Pernapasan memang paling mudah terpengaruh oleh abu vulkanik. Tapi besar - kecilnya dampak abu vulkanik sebenarnya bergantung pada sejumlah faktor, seperti konsentrasi partikel di udara yang sebaiknya kurang dari 10 mikron dalam diameter, frekuensi dan lama pemaparan, kandungan abu, cuaca, serta kondisi kesehatan seseorang.

Cara sederhana menghindari paparan abu adalah menghindari sumber polusi dengan mengungsi. Orang dengan penyakit pernapasan atau hanya gejala harus meninggalkan area paparan tinggi abu vulkanik. Jika konsentrasi silika melebihi batas yang direkomendasikan: lebih dari 50 mikrogram per meter kubik. Penggunaan masker menjadi suatu keharusan dalam kondisi tingginya tingkat polusi udara seperti dalam bencana letusan gunung berapi.

Ada sembilan jenis respirator yang direkomendasikan berdasarkan kemampuan menyaring partikel dengan ukuran 0,3 mikron atau satu per 1.000 milimeter, yaitu respirator 95 persen, 99 persen, dan 100 persen, serta kemampuan filtrasi terhadap minyak, yaitu tipe N ( Non-resistant to oil ), R ( Resistant to oil ), dan P ( oil Proof ). Masker bedah yang terbuat dari kertas atau kain yang banyak beredar sebenarnya hanya menutupi area sekitar hidung. Masker jenis itu memiliki keterbatasan filtrasi karena ada celah di sekitar hidung dan mulut yang memungkinkan tetap masuknya kuman dan polutan yang ada di udara. Respirator lebih memberi perlindungan ketimbang masker bedah. Respirator lebih melindungi dan menyaring partikel berukuran satu mikron. Alat ini terpasang pas di wajah dan berfungsi mencegah kebocoran.

Hujan abu vulkanik umumnya terdiri dari partikel yang bentuknya tidak teratur, tajam dan bergerigi. Dengan kombinasi dan bentuk yang tidak teratur itu membuat abu vulkanik bersifat sangat menghancurkan.
Abu yang dikeluarkan bervariasi tergantung dari intensitas, ukuran partikel, kekuatan letusan dan kecepatan angin yang memabwa partikel-partikel tersebut. Hujan abu ini bisa disertai dengan guntur, kilat yang keras serta bau belerang yang kuat.

Adapun tips menghadapi hujan abu vulkanik :
1. Usahakan untuk tinggal di dalam rumah atau tempat pengungsian sebanyak mungkin, hal ini untuk meminimalkan paparan debu. Selain itu hindari aktivitas yang berat.
2. Jika memiliki penyakit asma atau gangguan pernapasan lain, pastikan memiliki pasokan obat yang cukup dan pelajari manajemen bernapas. Jika timbul masalah pernapasan lain segera hubungi dokter.
3. Usahakan untuk menghindari pintu atau jendela ketika akumulasi abu datang.
4. Jika ingin keluar, gunakanlah masker wajah untuk mengurangi inhalasi partikel abu. Menggunakan masker memang bisa membuat napas menajdi lebih sulit, tapi ini penting untuk menghindari inhalasi abu.
5. Jika tidak ada masker, gunakan sapu tangan, kain atau pakaian lain yang dapat menyaring partikel abu. Untuk meningkatkan efektivitasnya bisa membasahi kain dengan menggunakan air.
6. Gunakan kacamata dan melepaskan lensa kontak yang untuk melindungi mata dari iritasi.
7. Usahakan untuk selalu menggunakan baju lengan panjang dan juga celana panjang jika ingin bepergian atau membersihkan abu.
8. Hati-hati saat mengonsumsi air minum, usahakan air yang dikonsumsi tidak terpapar atau tercemar abu vulkanik.
9. Usahakan untuk menyiapkan pertolongan pertama seperti obat, minum, makanan dan pakaian ganti.
10. Jika terkena luka bakar, cedera dan menghirup gas atau abu, segera minta bantuan medis untuk mendapatkan perawatan.
11. Luka bakar yang timbul akibat abu vulkanik umumnya lebih dalam dan bisa mencapai otot, untuk itu diperlukan pertolongan segera agar luka bakar tidak semakin meluas yang dapat mengakibatkan kematian.

Bagaimana pertolongan pertamanya?
Jika mata kemasukan abu atau debu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama, yaitu:
1. Usahakan untuk tidak menggosok mata, karena akan membuat permukaan mata tergores yang nantinya menyebabkan infeksi seperti mata merah atau iritasi.
2. Pejamkan mata untuk beberapa saat, karena air mata akan berusaha membersihkan mata dari debu atau partikel yang masuk.
3. Jika tidak berhasil bisa dengan cara mencelupkan mata ke dalam air yang bersih untuk membantu mengeluarkannya.
4. Jika belum bisa keluar juga segera bawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan.

Jika tubuh mengalami luka bakar, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Usahakan untuk membersihkan luka jika tidak parah dengan menggunakan air mengalir.
2. Saat tubuh terkena luka bakar, maka dengan sendirinya tubuh akan mengeluarkan cairan untuk mengobatinya.
3. Jika luka bakarnya cukup dalam atau luas, segera minta bantuan medis. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan organ yang lebih parah serta dehidrasi yang bisa memicu kematian.

Jika mengalami sesak napas akibat menghirup abu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Berikan bantuan obat semprot inhaler.
2. Membantu seseorang ke posisi yang nyaman terutama duduk tegak sambil bersandar, jangan memposisikan orang untuk tiduran.
3. Cobalah untuk mengajaknya bernapas perlahan-lahan dan dalam.
4. Usahakan untuk mengajaknya ke tempat yang lebih bersih untuk menghindari paparan yang lebih berat.
5. Jika obat inhaler tidak memberikan pengaruh atau justru bertambah parah, mintalah pertolongan medis.

No comments:

Post a Comment