بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Penurunan Populasi Catat Rekor Tertinggi di Jepang
Go Green

Clock Link

Sunday, January 5, 2014

Penurunan Populasi Catat Rekor Tertinggi di Jepang

TOKYO, KOMPAS.COM - Kementerian Kesehatan Jepang, Rabu (1/1), merilis data bahwa Jepang mencatat rekor penurunan populasi yang sangat signifikan pada 2013. Ini merupakan penurunan jumlah penduduk terbesar di Jepang yang tercatat sejak penghitungan dimulai pada 1947.

Kementerian itu juga menyoroti kekhawatiran terkait dengan berkurangnya tenaga kerja karena makin banyak jumlah orang yang masuk usia pensiun.

Menurut estimasi Kementerian Kesehatan Jepang, jumlah penduduk di Jepang menurun hingga 244.000 orang pada 2013.

Diperkirakan sebanyak 1.031.000 bayi lahir sepanjang 2013. Jumlah kelahiran tersebut turun sekitar 6.000 jiwa dari tahun sebelumnya.

Di sisi lain, sepanjang 2013, sebanyak 1.275.000 warga Jepang meninggal. Jumlah tersebut meningkat sekitar 19.000 jiwa dari tahun sebelumnya. Jumlah kematian itu merupakan yang tertinggi sejak Perang Dunia II.

Akibatnya, menurut Kementerian Kesehatan, terjadi penurunan populasi Jepang secara alami hingga mencapai rekor 244.000. Jumlah tersebut lebih banyak daripada jumlah merosotnya populasi Jepang pada 2012 sebanyak 219.000 jiwa.

Menurut hitungan Pemerintah Jepang, hingga 31 Maret 2013, jumlah penduduk Jepang mencapai 126.393.679 jiwa. Jumlah tersebut turun 0,21 persen dari tahun 2012.


Makin menua

Populasi di Jepang juga makin menua. Lebih dari 20 persen dari total penduduk Jepang kini berusia 65 tahun atau lebih. Ini merupakan salah satu proporsi tertinggi orang-orang lanjut usia di dunia.

Jumlah imigrasi di Jepang pun sangat sedikit. Untuk mengatasi kurangnya tenaga kerja di Jepang, disarankan agar Jepang membuka diri bagi pekerja muda. Hal tersebut dapat membantu menutup kekurangan populasi di Jepang dan persoalan kekurangan tenaga kerja. Akan tetapi, hal itu menimbulkan reaksi yang keras di kalangan masyarakat Jepang.

Laporan Pemerintah Jepang tahun 2012 menyatakan proporsi warga Jepang yang kini berusia 65 tahun atau lebih akan mencapai 40 persen dari populasi pada 2060.


Tiga terbesar

Jepang telah mengambil langkah-langkah agresif pada beberapa bulan terakhir untuk memacu pertumbuhan ekonominya hingga menjadi kekuatan ekonomi ketiga terbesar di dunia setelah bertahun-tahun mengalami stagnasi.

Pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe mencoba untuk mendorong perekonomian Jepang melalui berbagai kombinasi stimulus ekonomi, pajak yang lebih tinggi, belanja pemerintah yang lebih tinggi, dan reformasi struktural jangka panjang.

Berkurangnya jumlah populasi di Jepang tersebut salah satunya disebabkan makin tingginya usia menikah warga Jepang. Di saat usia masih muda, mereka lebih memilih untuk bekerja keras membangun karier mereka. Akibatnya, banyak warga Jepang yang menikah di usia yang tak lagi muda dan menjadi enggan untuk memiliki anak. (BBC/AFP/LOK)



====================================================

*) Disana seks bukan hal yang sakral sedangkan di Indonesia, untuk mendapatkan seks harus menikah terlebih dahulu.

*) Anak lahir disini kayak tikus/kucing, setelah lahir dibiarkan keleleran, sekolah apa adanya, kasih sayang apa adanya, pendidikan apa adanya. (yang penting bisa sekolah, yang penting bs makan, yang penting bs...)

*) Rumah ga punya, ngontrak sana sini, anak banyak, gizi pas2an, dan giliran punya duit kimpoi lagi cuman buat dapat pelayanan seks yang lebih.

Disana ga banyak generasi muda ga pernah takut, wong banyak tenaga kerja yang bs dibayar SANGAT2 MURAH di negara2 PELIHARAAN JEPANG. tinggal outsource jg beres.

No comments:

Post a Comment