بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Lima Tanda Anda Sebaiknya Mengakhiri Pertunangan
Go Green

Clock Link

Sunday, July 7, 2013

Lima Tanda Anda Sebaiknya Mengakhiri Pertunangan


Enam bulan sebelum dia menikah, Melissa Smit, 24 tahun, memiliki segalanya: pekerjaan mapan sebagai direktur penjualan sebuah jaringan hotel, cintanya dengan kekasihnya yang dulu pernah bersekolah dan kemudian menjadi tunangannya Barry, dan persiapan untuk pernikahan impian.

Hingga suatu hari, kuda (hadiah pertunangan) tiba-tiba sakit. Dia membawa kuda itu ke dokter hewan setempat dan pada malam berikutnya, dia menghubungi teman baiknya dengan berita mengejutkan.

“Saya pikir saya jatuh cinta dengan dokter hewan saya,” seperti diumumkannya.

“Saya menyiapkan semuanya untuk pernikahan,” seperti dikenang kembali Melissa. “Gaun, undangan, para pengiring pengantin. Semuanya. Namun ketika saya menemuinya, saya terkagum-kagum.”

Melissa bertemu Dr.Goodall*, seorang dokter hewan dan ahli bedah kuda, yang tampan dan cerdas. “Dia sangat menyenangkan, dan saya sesungguhnya jatuh cinta dengan apa yang dia lakukan untuk menyelamatkan nyawa makhluk hidup.”

Hari berikutnya, saat dia berangkat untuk mencoba gaun pernikahan yang sudah selesai, pikiran Melissa melayang kembali ke dokter itu.

“Saya berpikir pada diri saya sendiri, ‘Yah, jika pernikahan tidak berhasil, saya bisa segera bercerai,” kenang Melissa, dengan sedikit menganggukkan rambutnya yang pirang. Dengan pikiran itu, Melissa segera menghentikan semua rencananya di tengah jalan.

“Saat itu saya langsung sadar,” kata Melissa. “Saya tidak bisa melanjutkannya.”

Walau tidak ada jumlah resmi mengenai kegagalan pertunangan, menurut artikel 2003 dalam majalah Time, diperkirakan 20-25 persen pertunangan mengalami kegagalan setiap tahunnya di Amerika Serikat. Kita semua sudah mendengar mengenai kegugupan saat pra-menikah. Namun keputusan untuk membatalkan pernikahan melibatkan lebih dari sekedar kegugupan. Itu merupakan keputusan untuk seumur hidup.


1. Anda baru sadar

Banyak wanita yang tiba-tiba mengakhiri pertunangan mereka menjabarkan “perasaan tidak enak” atau insting bahwa pria itu tidak tepat untuk mereka sejak awal, namun mereka secara sederhana menjalani hubungan yang terlalu jauh karena mereka merasa bisa membatalkan hal itu dengan mudahnya.

“Saya pikir saya selalu tahu saya seharusnya tidak menikahinya,” seperti dijelaskan salah seorang wanita yang mengakhiri pertunangannya di masa lalu dan berharap untuk tetap single. “Namun saya menunggu momen yang tepat bahwa saya bisa meyakinkan diri saya bahwa saya melakukan hal yang tepat dengan mengakhirinya.”


2. Anda mencari alasan untuk menghindarinya

“Saya menemukan diri saya sedang mencari pekerjaan yang membawa saya jauh dari kota tempat saya tinggal,” seperti dijelaskan Sarah, “Saya baru tahu saya sungguh ingin mengakhiri hubungan jika saya menginginkan pekerjaan yang bisa menjauhkan saya dari dirinya.” 


3. Anda tidak ingin membuat rencana pernikahan

“Saya sudah memastikan bahwa dalam perencanaan itu tidak ada hal yang sulit dikerjakan, seperti pakaian saya,” seperti diakui Sarah. “Dari seluruh hari menjelang pernikahan itu, saya sangat ketakutan dan sesungguhnya tidak ingin membuat perencanaan apa pun.” 


4. Anda selalu bertengkar sepanjang waktu

Momen pertunangan merupakan waktu yang relatif dipenuhi kegembiraan dan kebahagiaan dalam hubungan pasangan. Dan walaupun tidak bisa dibilang bahwa perencanaan menikah tidak begitu menekan (tentu saja menekan!) atau pasangan yang bahagia tidak selalu bertengkar (seperti yang terlihat!), jika Anda bertengkar lebih sering ketimbang tidak, kemungkinan ada sesuatu yang salah. Seperti Sarah pernah sebutkan, “Saya tidak ingin menjual kondominiumku jika sewaktu-waktu saya membutuhkan tempat untuk pergi ketika saya bertengkar… ada begitu banyak pertanda…” 


5. Dia mengancam akan melaporkan Anda kepada polisi

Tentu saja, hal ini terdengar konyol, namun wanita yang terperangkap dalam hubungan yang diwarnai kekerasan secara fisik dan lisan, perilaku yang kemungkinan sewaktu-waktu dipandang gila mulai menjadi “kebiasaan” seiring berjalannya waktu. Bagi Sarah, setelah pertengkaran buruk yang menyebabkannya “menangis untuk ke-1000 kalinya,” sang tunangan mengancam akan melapor ke polisi terkait dirinya sebagai upaya menyadarkannya. “Saya tahu hal itu sudah terlalu jauh,” katanya.

“Saya mengatakan kepadanya saya akan mengembalikan cincinnya.”

No comments:

Post a Comment