بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 9 Hewan yang Disangka Punah
Go Green

Clock Link

Wednesday, June 26, 2013

9 Hewan yang Disangka Punah

Cryptids adalah spesies hewan/makhluk yang belum dikenal & diduga telah punah yang sedang diteliti keberadaannya oleh ahli cryptozoologists, ahli zoologi, antropolog, dan peneliti lain melalui penelitian di lapangan/alam bebas. Saat terlihat, makhluk ini sering kali disangka sebagai makhluk dari dunia lain/alien/iblis/atau semacamnya.

Cryptozoology adalah ilmu yang mempelajari tentang “binatang-binatang tersembunyi” yang keberadaan atau kebenaran tentang adanya binatang itupun belum diakui oleh sains modern. Binatang yang dikenal sebagai “cryptid” seringkali dikaitkan dengan legenda dan mitos yang pada akhirnya berakhir pada sebuah kesimpulan kalau mereka adalah sebuah HOAX. Beberapa cryptid yang terkenal antara lain adalah Bigfoot, Loch Ness, Chupachabra, dll

Semuanya masih terselubung misteri. Namun, ada pula hewan yang awalnya diakui sebagai sebuah cryptid, dongeng rakyat, imajinasi bahkan sebuah tipuan / hoax yang sekarang secara resmi bukan oleh satu atau dua saksi mata yang melihatnya namun oleh dunia mengakui mereka.

Inilah beberapa hewan cryptid yang sudah diakui

1.Devil Bird


Devil Bird atau Burung Iblis, merupakan burung bertanduk yang menakutkan dari Srilanka. Berawal dari cerita rakyat Srilanka. Makhluk ini sukar ditemui namun sering terdengar jeritannya yang bisa membuat merinding, jantung berdegup kencang, darah mengental, asma akut, pusing-pusing, hingga kaki kram (bercanda ^^). Jeritannya dikatakan menyerupai tangisan wanita dan diasumsikan oleh penduduk setempat sebagai pertanda kematian. Selama berabad-abad, hanya jeritan itulah yang menjadi bukti Devil Bird ada.
Kemudian, pada tahun 2001, Devil Bird itu diidentifikasi sebagai spesies baru burung hantu, spot-bellied eagle owl atau dalam bahasa latinnya Bubo nipalensis. Burung hantu terbesar dari semua burung hantu Srilanka. Bubo nipalensis cocok dengan deskripsi Devil Bird, mulai dari jeritannya hingga bulu kepala yang berumbai menyerupai tanduk.


2.Kangguru


Para Kaskuser pasti tidak percaya kalau kanguru sebenarnya adalah cryptid dahulunya (Saya pun tidak percaya awalnya, tapi mbah google berkata lain), begini ceritanya
Penjelajahan awal ke Australia memberikan sebuah laporan tentang makhluk aneh yang belum pernah dilihat oleh orang Eropa. Mereka menulis tentang makhluk ini dengan kepala seperti rusa yang bisa berdiri tegak, anehnya binatang ini melompat-lompat seperti katak dan terkadang dilihat memiliki dua kepala – satu dibahu dan satu diperut – namun laporan ini diabaikan dan diejek.
Semua pendapat ini berubah pada tahun 1770-an, ketika bangkai dari “binatang aneh” ini dipamerkan di Inggris. Yang akhirnya dikenal sebagai kangguru, marsupial lokal yang tersebar di Australia. Melompat-lompat dan memiliki kantong untuk membawa anaknya. Pada akhirnya sekarang kangguru menjadi ikon Australia


3.Platipus


Ketika peneliti Eropa pertama kali melihat “binatang aneh” ini, mereka dibuat bingung. Pendeskripsian awal platipus sebagai mamalia berbisa yang bertelur dengan fisik berparuh bebek dan bertubuh hingga ekor mirip berang-berang. Banyak ilmuwan terkemuka Inggris menganggap itu hanya tipuan ketika para peneliti itu memberikan sebuah sketsa dan sampel kulit pada tahun 1798. Bahkan ketika disodori mayat platipus asli, mereka masih belum percaya dan meyakini kalau itu adalah hoax.
Saat ini, “binatang aneh” ini akhirnya dikenal dunia sebagai seekor platipus, salah satu dari (hanya) lima monotremata (mamalia bertelur) yang masih ada. Pada jantan, dapat memberikan suntikan racun, meski tidak mematikan bagi manusia, racun ini luar biasa menyakitkan dan tidak menunjukkan respon meski terhadap penghilang rasa sakit yang paling kuat sekalipun.


4.Komodo Dragon


Nah, ini dia kebanggaan Nusantara. Pada awal abad 20, sains barat membuat suatu keputusan bahwa kadal raksasa tidak lebih hanya sebuah peninggalan masa prasejarah. Jadi ketika para nelayan mutiara yang kembali dari kepulauan Sunda kecil, Indonesia dengan membawa cerita-cerita mengenai “buaya darat”, maka apa yang terjadi? Mereka mendapatkan tanggapan yang luar biasa skeptis.
Sebuah ekspedisi dari Museum Bogor menghasilkan laporan dari makhluk ini namun memudar dalam ketidakjelasan akibat Perang Dunia 1.
Kemudian, pada tahun 1926 sebuah ekspedisi dari American Museum of Natural History membenarkan bahwa kisah kadal raksasa itu benar. W.Douglas Burden, pemimpin ekspedisi itu kembali dengan dua belas specimen yang diawetkan dan hidup. Dunia akhirnya diperkenalkan pada Naga Komodo, kadal besar yang dapat tumbuh hingga tiga meter yang menjadi kadal terbesar di dunia. Komodo Dragon memiliki cakar dan taring yang besar yang dapat membunuh manusia bahkan kerbau karena gigitannya sekaligus mengeluarkan air liur yang beracun.


5.Okapi


Suku Afrika dan Mesir kuno menggambarkan sebuah “makhluk aneh” ini selama berabad-abad, yang akrab disebut sebagai Unicorn Afrika oleh Eropa dan dipanggil Atti atau O’api oleh masyarakat lokal. Binatang ini menyerupai anakan hasil kimpoi silang oleh Zebra, keledai dan jerapah (mana yang bapak mana yang ibu nih ). Meskipun deskripsi dari penjelajah bahkan sampel kulit, ilmu Barat menolak keberadaan makhluk semacam itu, melihatnya sebagai tidak lebih dari binatang fantasi Chimera. Hal ini bisa dimengerti, karena Chimera adalah makhluk campuran antara Singa, ular, kambing dan kalajengking, sedangkan deskripsi mengenai Okapi awalnya sebagai binatang campuran antara zebra, keledai dan jerapah (Kalau aku jadi orang baratnya ya pasti gak bakal bisa percaya selama tidak ada bukti konkrit), nasib Okapi pun dianggap sebagai mitos belaka.
Hal ini berubah pada tahun 1901 ketika Sir Harry Johnston, Gubernur Uganda, memperoleh potongan-potongan kulit bergaris dan bahkan tengkorak binatang legendaries ini. Melalui bukti ini dan tertangkapnya seekor spesimen hidup, binatang itu sekarang dikenal sebagai Okapi (Okapia johnstoni) telah diakui oleh ilmu pengetahuan modern.


6.Megamouth



Megamouth adalah hiu yang tinggal di perairan dalam, tidak seperti hiu ganas yang lebih dikenal secara umum, Megamouth ini tidak menyerang manusia. Ia hidup dengan memangsa ikan-ikan yang hidup di lingkungannya. Seperti namanya Megamouth yang berarti mulut yang sangat besar, ikan hiu jenis ini memiliki mulut yang lebar seperti ikan paus.
Megamouth akan membuka mulutnya dan berenang menuju mangsanya, sehingga cara makannya akan tampak seperti mesin penghisap debu alami. Megamouth tidak memiliki gigi-gigi tajam seperti halnya hiu putih atau hiu lembu, itu sebabnya jenis ini tidak berbahaya bagi manusia.


7.Ziphius/Cuviers’s beaked Whale


Dalam cerita rakyat Abad Pertengahan, Ziphius, atau "Burung hantu air", adalah makhluk laut yang mengerikan yg dikatakan menyerang kapal-kapal di laut utara. Hewan ini memiliki tubuh ikan dan kepala burung hantu, lengkap dengan mata besar dan paruh yang berbentuk baji. "Ziphius", yang berarti "seperti-pedang" dalam bahasa Latin, bisa merujuk ke sirip binatang itu, yang katanya dapat menembus lambung kapal seperti pedang.
Hari ini, inspirasi untuk Ziphius dikenal sebagai paus berparuh Cuvier, spesies ikan paus berparuh luas. Juga dikenal sebagai paus Goose Ekidna, makhluk ini ditemukan sejauh utara seperi Kepulauan Shetland dan selatan Tierra Del Fuego di ujung Amerika Selatan. Ini adalah satu-satunya anggota genus Ziphius, yang menyandang nama identitas yang legendaris. Beberapa tambahan atribut inspirasi Ziphius ke orca atau hiu putih besar, berdasarkan beberapa penggambaran binatang sebagai predator.


8.Coelacanth


Hewan ini dikategorikan sebagai sea serpent didunia cryptozoology. tidak seperti kebanyakan hewan laut, hewan ini dipercaya tidak mempunyai sirip melainkan kaki dan dapat berjalan didarat.

Hewan yang dimaksudkan tersebut adalah the sea king "coelacanth" yang berasal dari perairan Sulawesi. Seperti kebanyakan makhluk cryptid lainnya, sudah banyak kesaksian-kesaksian yang mengaku pernah melihat bahkan menangkap ikan purba ini dari tahun ke tahun.

Ikan yang disangka sudah punah ternyata ditemukan hidup di perairan Sulawesi. Ikan tersebut bernama Coelacanth yang berasal dari kata-kata Yunani ”coelia” (berongga) dan ”acanthos” (duri), yang berarti ikan dengan duri berongga. Berdasarkan catatan sejarah, ikan coelacanth hidup pertama kali ”ditangkap” kalangan ilmiah pada tanggal 23 Desember 1938, ketika Kapten Hendrick Goosen mendapatkannya dari Laut India, tak jauh dari mulut sungai Chalumna. Oleh Marjorie Courtenay-Latimer – seorang kurator museum di East London, Afrika Selatan – ikan tersebut diserahkannya kepada ahli ikan dari Universitas Rhodes, Prof. J.L.B. Smith.

Pada 1998 atau enam puluh tahun sejak temuan pertama, seekor ikan Coelacanth tertangkap jaring nelayan di perairan Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan yang oleh nelayan disebut ”raja laut” itu kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Edmann. Bersama dua koleganya, R.L. Caldwell dan Moh. Kasim Moosa dari LIPI, Mark menerbitkan temuannya di majalah ilmiah Nature, 1998.


Sebenarnya beberapa coelacanth sudah diidentifikasi oleh para ilmuwan, seperti coelacanth (Latimeria chalumnae Smith) yang terdapat di Kepulauan Komoro. tetapi menurut penelitian lebih lanjut dapat dipastikan bahwa coelacanth yang berasal dari Sulawesi, Indonesia merupakan jenis ikan purbakala yang dipastikan sudah punah. Oleh karena itu perlu dipertanyakan bagaimana cara ikan ini dapat bertahan hidup hingga saat ini.


9.Tsuchinoko




Asal Usul Tsuchinoko

Tsuchinoko adalah makhluk cryptid yang berasal dari Jepang. Nama Tsuchinoko berasal dari nama lokal untuk "hewan" menurut penduduk daerah Kansai (Kyoto, Mie, Nara, dan Shikoku). Hewan ini dilaporkan pernah terlihat oleh saksi mata di berbagai tempat di Jepang, kecuali di Hokkaido dan Kepulauan Ryukyu. Namun hingga saat ini, belum pernah ada yang berhasil menangkap Tsuchinoko.

Tsuchinoko memiliki ciri-ciri seperti ular, tetapi berperut gendut atau mirip dengan pin bowling dan suaranya mencicit seperti tikus. Tsuchinoko merupakan seekor reptil yang memiliki panjang 30-80 cm dengan kepala lebih besar dan taring yang beracun.

Dikatakan pula bahwa Tsuchinoko mampu melompat hingga sekitar satu meter dan bergerak sangat cepat. Ada tiga pendapat yang berbeda mengenai cara bergerak Tsuchinoko:


Tsuchinoko berjalan dengan menggigit buntutnya lalu berputar menggelindingkan tubuh,



Tsuchinoko berjalan seperti ulat,



Tsuchinoko berjalan dengan menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.


Mungkinkah Ini Penjelasan yang Masuk Akal?



Beberapa orang menganggap bahwa kemungkinan besar para saksi tersebut hanya salah melihat saja. Perut ular yang baru saja menelan mangsa yang berukuran besar akan membesar seperti sosok Tsuchinoko yang dilaporkan para saksi. Selain itu, Tsuchinoko mirip dengan kadal genus Tiliqua yang masuk ke Jepang sebagai hewan peliharaan sejak sekitar tahun 1970-an. Kadal tersebut memiliki kaki yang kecil dan hampir tidak terlihat sehingga di tengah kerimbunan dapat disangka sebagai Tsuchinoko.


Pendapat lain mengatakan bahwa kemungkinan besar para saksi tersebut hanya melihat ulat Hemeroplanes. Namun pada kenyataannya, ulat ini hidup di Amerika Latin bukan di Jepang dan ulat ini sedang terancam punah.

Jadi, betulkah hewan-hewan ini yang dilihat oleh para saksi sebagai Tsuchinoko? Simpan dulu jawaban Anda. Mari kita lanjutkan lagi. . .


Sejarah Tsuchinoko


Jika saja memang betul para saksi telah salah menafsirkan hewan-hewan tersebut sebagai Tsuchinoko, lalu bagaimana dengan bukti-bukti mengenai hewan misterius ini? Banyak sejarah yang menunjukkan bahwa Tsuchinoko adalah seekor makhluk yang memang ada.

Tsuchinoko pertama kali disinggung dalam Kojiki, sebuah teks kuno abad ke-8 yang merupakan manuskrip bahasa Jepang tertua di dunia. Dalam teks itu, Tsuchinoko dijelaskan sebagai dewa padang rumput. 


Bukti lainnya adalah ditemukannya alat-alat dari batu berbentuk ular yang mirip dengan Tsuchinoko dari situs arkeologi Zaman Jomon di Hida, Prefektur Gifu. Gambar yang mirip Tsuchinoko juga ditemukan pada bagian luar tembikar berbentuk guci yang berasal dari situs arkeologi di Prefektur Nagano.


Dan dalam ensiklopedia Wakan Sansai Zue asal Zaman Edo, Tsuchinoko ditulis dalam artikel berjudul Nozuchihebi.


Penampakan Tsuchinoko

Pada tanggal 6 Juni 2001, disebuah kota bernama Mikata, Jepang, ditemukan seekor reptil yang memiliki ciri fisik yang sama dengan Tsuchinoko.


Menurut pejabat pemerintah lokal bernama Toshikazu Miyawaki, makhluk yang berhasil ditangkap oleh penduduk Jepang beberapa waktu yang lalu adalah benar Tsuchinoko. "Kami memutuskan untuk membiarkan hewan ini beradaptasi dengan lingkungan barunya," kata Miyawaki. Pemerintah lokal telah membangun sebuah kandang untuk hewan tersebut.

"Menimbang ciri-ciri tersebut (ciri-ciri Tsuchinoko), kami dapat memastikan bahwa hewan ini adalah benar Tsuchinoko," katanya, "ketika dibawa ke balai kota, tubuhnya benar-benar tebal dan pendek. Beberapa orang juga mendengar dia mencicit."

Miyawaki mengatakan bahwa hewan yang tertangkap itu memiliki panjang sekitar 70 cm ketika ditangkap pada tanggal 6 Juni 2001, sekarang telah bertumbuh hingga 1 meter. Setelah lebih dari seminggu dipamerkan ke publik di dalam aquarium plastik, reptil itu kelihatan lelah. Setelah kondisinya stabil, pemerintah kota baru akan memikirkan cara meneliti hewan itu. Mungkin dengan mengambil sampel DNA dari tubuhnya.

"Bahkan jika ternyata hewan itu bukan Tsuchinoko, tetap saja hewan itu belum pernah ditemukan sebelumnya di dunia. Saya berharap spesiesnya akan diakui," tambah Miyawaki.

No comments:

Post a Comment