بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Manuel Neuer dan Roman Weidenfeller: Konsentrasi Penuh!
Go Green

Clock Link

Saturday, May 18, 2013

Manuel Neuer dan Roman Weidenfeller: Konsentrasi Penuh!


Kedua klub Jerman akan bertemu di final Liga Champions dan memakai jasa kiper negeri sendiri. Manuel Neuer di pihak Bayern Muenchen, sementara Roman Weidenfeller di sisi Borussia Dortmund.

Menarik untuk menanti kiprah keduanya di partai final mendatang. Siapakah yang akan lebih sedikit kebobolan dan bisa mengantarkan timnya menjadi juara Liga Champions musim ini?

Sebagai pemain yang memiliki area jelas untuk dijaga, di dalam kotak penalti, kiper tidak memiliki jangkauan yang luas seperti pemain lainnya. Oleh karenanya, kiper setiap pertandingan maksimal hanya akan berlari dan bergerak sejauh 5 km. Bagi kiper, soal aktif bergerak ini tidak terlalu masalah, bahkan jika dia hanya diam saja pun tidak masalah asal tidak kebobolan.


Andal menyetop bola Pemuda kelahiran 27 Maret 1986 yang kini menjaga gawang Muenchen merupakan didikan Schalke 04. Bahkan Neuer sempat mengenakan ban kapten di lengannya sebelum akhirnya menerima pinangan Bayern setelah Piala Dunia 2010.

Kiper bertinggi 193 cm ini dikenal andal menghalau dan menghentikan bola yang menuju arahnya. Di Liga Champions musim ini saja dirinya sudah tampil sepanjang 1080 menit dan kebobolan 10 gol, artinya dia rata-rata kebobolan hanya 0,83 gol per pertandingan. Rata-rata penyelamatan 1,2 per pertandingannya.

Dia berhasil membuat gawang Bayern tidak kebobolan dalam lima pertandingan. Lebih hebatnya lagi, Neuer belum kebobolan sejak memasuki perempat final walau bertemu dengan tim kuat, Juventus dan Barcelona.

Neuer juga tentunya memiliki andil untuk membantu serangan. Bola untuk memulai serangan sering berasal dari dia dan ke sisi mana dia mengarahkan bola akan menentukan titik serangan Muenchen. Rata-rata passingnya 19,1 per pertandingan dengan akurasi mencapai 68,1 persen.


Sementara Weidenfeller tidak jauh berbeda dengan Neuer. Dia juga pandai menghentikan tendangan penyerang lawan. Pria berusia 32 tahun ini bermain dalam 12 pertandingan dan mencetak empat kali tanpa kebobolan. Rata-rata penyelamatan 1,0 per pertandingan. Sementara operannya setiap pertandingan berkisar pada angka 19,5 dengan akurasi 51,13 persen. Untuk soal distribusi bola, Neuer lebih akurat darinya.

Komando lini pertahanan dan konsentrasi Kiper yang hebat harus bisa melakukan komando di lini pertahanan sendiri agar bisa mengatur posisi bek dengan baik untuk menjaga gawang dari serangan lawan.

Untuk hal yang satu ini, Neuer bisa dibilang masih lemah. Terutama ketika menghadapi bola silang. Neuer kerap kali kesulitan mengatur pertahanan menghadapi umpan silang, bola tendangan bebas, dan sepak pojok.

Ketika kebobolan melawan Arsenal di babak perdelapan final (ketika Muenchen menang 3-1 di Emirates Stadium), Neuer secara jelas menunjukkan kelemahannya ini. Hal ini bisa berbahaya ketika menghadapi Dortmund yang dikenal memiliki gelandang sayap mematikan, Marco Reus. Neuer perlu segera memperbaiki koordinasinya dengan teman-temannya di lini belakang.

Sementara itu, Weidenfeller cenderung lebih baik soal menjadi komando lini pertahanan. Kelemahan Weidenfeller dibanding Neuer adalah dia tidak memiliki pengalaman sebanyak Neuer di partai puncak seperti final Liga Champions. Pengalaman yang minim bisa mengganggu konsentrasi dan menimbulkan rasa kurang percaya diri yang bisa berujung pada salah mengambil keputusan.

Menarik ditunggu kiprah keduanya di Wembley, 25 Mei mendatang. Terlebih lagi jika pertandingan harus dilanjutkan babak adu tendangan penalti. Neuer walaupun dikenal punya kemampuan yang cukup bagus dalam menahan tendangan penalti, punya pengalaman pahit di final Liga Champions tahun lalu ketika timnya kalah adu penalti dari Chelsea.

Oleh karenanya, keduanya perlu menambah porsi latihan tendangan penalti dan mencoba menganalisis kebiasaan tendangan penalti pemain lawan yang biasa ditunjuk sebagai algojo. Dengan kemampuan keduanya yang relatif berimbang, sangat mungkin adu tendangan penalti menjadi penentu siapa yang jadi juara Liga Champions musim ini.

Final kali ini adalah yang ketiga bagi Bayern dalam empat tahun terakhir. Tim Hollywood jelas tidak mau kalah untuk ketiga kalinya. Sementara bagi Dortmund, inilah final mereka setelah tujuh belas tahun sehingga jelas tidak mau melepas begitu saja. Apalagi musim depan, kepergian Mario Gotze sedikit banyak akan mengurangi kekuatan mereka.

Mari kita tunggu bersama, siapa yang akan bermain lebih baik antara Neuer dan Weidenfeller. Terkadang, walaupun sudah memberi penampilan terbaik, timnya tetap bisa kalah. Karena keberuntungan tetap ambil bagian dalam suatu pertandingan sepak bola.

yahoo.com

No comments:

Post a Comment