بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Alasan Orang Korea tidak Bahagia
Go Green

Clock Link

Wednesday, May 29, 2013

Alasan Orang Korea tidak Bahagia

Hari Minggu pagi, Kim, seorang siswa sekolah menengah atas bangun dengan tubuh yang segar karena ini adalah satu-satunya hari dimana ia bisa bangun lebih siang. Ia berjalan menuju dapur berencana membuat semangkok cereal untuk sarapan. Ia sangat terkejut karena melihat ada seorang laki-laki asing berusia setengah baya di dapur rumahnya. Laki-laki itu kelihatan tua, kasar dan lelah. Kim yang kaget bercampur takut terbata-bata bertanya “Siapa Anda? Apa yang Anda lakukan di rumah kami?”. Ia pun sudah siap untuk lari jika ada gerak-gerik yang mencurigakan. Laki-laki itu menjawab dengan suara heran dan marah “Loh, saya kan ayahmu!”

Baiklah, saya tidak tahu apakah cerita ini benar-benar terjadi atau cuman anekdot yang beredar di masyarakat Korea. Karena sibuknya orang tua bekerja dan anak-anak sibuk belajar membuat waktu mereka bertemu sangat jarang. Bayangkan, seorang kepala keluarga bisa bekerja 12 jam sehari dan 6-7 hari seminggu. Anak remaja belajar di sekolah dan kursus sampai 16 jam sehari. Meskipun perkenomian negara melesat tajam dan pendidikan di Korea menduduki rangking dunia, tapi masyarakatnya sangat tidak bahagia.


Chaebol Companies


Tekanan untuk sukses di Korea sangat tinggi. Bagi seorang pekerja, sukses berarti bekerja di salah satu perusahaan konglomerasi besar seperti Samsung atau Hyundai atau yang diberi istilahchaebol. Dan untuk mecapai karir dan reputasi yang tinggi mereka harus membuktikan diri sebagai pekerja keras. Itu berarti mereka harus bekerja dalam jam waktu yang panjang meskipun tidak diwajibkan. Mereka juga orang-orang yang rela tidak mengambil cuti atau tetap bekerja meskipun tanggal merah. Pekerja yang suskes membuktikan bahwa mereka adalah orang yang mau berkorban untuk perusahaan dan mau mengesampingkan kepentingan pribadi serta keluarga.


Bagi seorang pelajar, sukses berarti mereka bisa masuk ke tiga universitas paling begengsi dalam negeri. Tiga universitas yang diberi julukan SKY (Seoul National University, Korea University dan Yonsei University). Persiapan untuk lulus test masuk ke 3 universitas ini bahkan dimulai ketika mereka masih berusia 4-5 tahun. Puncaknya adalah ketika mereka menduduki tingkat sekolah menegah atas, para pelajar keluar rumah jam 6 pagi dan kembali jam 11 atau 12 malam untuk belajar sebentar lagi sebelum tidur.


Index Happiness OECD


Tidak heran jika di kalangan negara maju OECD index kebahagiaan Korea sangat rendah sementara angka bunuh dirinya menempati rangking paling tinggi di dunia. Dari negeri yang dulu disebut morning calm sekarang Korea lebih tepat dijuluki sebagai negeri mourning calm. Banyak pekerja yang bunuh diri karena buruknya perekonomian. Pelajar bunuh diri karena gagal ujian masuk pergurun tinggi. Para orang tua sepuh bunuh diri karena sakit dan kesepian. Selalu ada saja alasan mereka untuk mengakhiri hidup.

Banyak orang menyarankan pemeritah Korea untuk melakukan hal-hal ini dalam rangka mengatasi krisis tersebut.:

1. Mengajurkan work and life balance. Misalnya lembur tidak dianjurkan atau kalau perlu dihapuskan, cuti tahunan harus dipakai, dan memberlakukan jam kerja fleksible. Jam kerja fleksible pertama, memberikan keleluasaan bagi pekerja untuk menentukan jam kerja sendiri. Asalkan jumlah jam kerja yang ditentukan perusahaan sudah terpenuhi, mereka bisa datang dan pulang jam berapa saja. Kedua, jam kerja fleksibel bisa berarti, bekerja tidak dibatasi di dalam ruang kantor. Saat ini sudah dikenal istilah virtual office, dimana pekerja dapat bekerja dimana saja sesuai dengan keingianannya, bisa di rumah, di perpustakaan, di café shop, atau di dalam kereta subway. Perusahaan yang menerapkan salah satu atau kedua dari konsep ini menunjukkan bukan saja peningkatan produktifitas para pekerjanya tapi juga kepuasan dan kebahagiaan mereka.


2. Menghapus image “reputasi univeritas” yang sangat tidak rasional. Saat ini lulusan dari SKY university dianggap orang-orang yang sukses karena perusahaan besar punya tendensi untuk merekrut para lulusan univeristas tersebut. Network mereka juga sangat kuat, yang berarti para konglomerat atau pengusaha besar lulusan SKY akan memilih pekerja yang berasal dari alamamater yang sama dengan mereka. Masyarakat harus diberi pendidikan bahwa masuk universitas bergengsi atau bekerja untukchaebol bukan satu-satuya ukuran untuk sukses. Masih banyak pengusaha kecil yang bangkit menjadi besar, atau lulusan universitas pinggiran kota yang menjadi penemu sesuatu yang spektakuler.



3. Memberi “jaminan hari tua” dan meningkatkan “medical care” terutama kepada kaum senior. Saat ini karena program pensiun belum berjalan dengan baik makanya orang tua adalah golongan yang paling miskin di Korea. Ditambah lagi kalau mereka sakit dan tidak punya asuransi kesehatan. Jalan yang sering diambil untuk mengakhiri kekelaman ini adalah bunuh diri. Sewaktu para orang tua ini muda dan produktif, sebagian besar pendapatan mereka dipakai untuk pendidikan anak-anak mereka. Setelah anak-anak mereka dewasa, tanggung jawab yang tak kalah penting untuk menjaga reputasi keluarga adalah mengadakan pesta kimpoi yang mewah. Simpanan mereka pun habis untuk pesta bisa memakan biaya ratusan ribu dolar ini. Orang tua ini pula yang harus meyediakan tempat tinggal bagi pengantin baru tersebut. Jika anak mereka laki-laki maka orang tua wajib memberi apartemen, jika anaknya perempuan makan isi apartemen tersebut.


Korean Wedding


Setelah habis-habisan, para orang tua ini hidup sendiri tanpa simpanan dan pensiun, sementara angka harapan hidup di Korea mencapai 80-85 tahun. Jika mereka pensiun pada usia 55 tahun, maka bisa dibayangankan dalam kurun waktu 25-30 mereka hidup merana tanpa apa-apa. Anak-anak mereka pun kurang bisa diharapkan karena banyak dari anak-anak itu harus berjuang hidup dan mengulangi siklus yang sama seperti yang telah dilakukan orang tua mereka.

Itulah sebabnya di tengah naik daunnya perekonomian Korea di mata dunia, serta produk-produknya yang merajai pasar internasional tapi di dalam negeri masayarakatnya tertekan dan tidak bahagia. Persaingan sangat tinggi, gaya hidup untuk belajar dan bekerja memberikan tekanan yang luar biasa. Stress dan depresi pun meningkat tajam. Pemerintah Korea sekarang bekerja keras untuk membuat rakyatnya lebih bahagia sehingga mereka bisa menikmati waktu senggang bersama keluarga atau pergi berlibur tanpa merasa bersalah. Akhirnya toh, orang sukses bukan diukur dari apa yang mereka punya tapi apa yang bisa mereka nikmati.

http://nancydinar.com/2013/02/12/mengapa-korea-negara-yang-paling-tidak-bahagia/

No comments:

Post a Comment