بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Pria Tak Seksi Mengesalkan Wanita Dalam Masa Subur
Go Green

Clock Link

Saturday, November 17, 2012

Pria Tak Seksi Mengesalkan Wanita Dalam Masa Subur

yahoo.com


Wanita yang memiliki pasangan pria stabil tapi tidak seksi mungkin mempertanyakan hubungan mereka saat memasuki masa subur. Demikian diungkapkan sebuah penelitian baru.

Sebelum mengalami ovulasi, wanita yang punya pasangan bisa diandalkan tapi tidak tampan lebih mungkin mengalami perasaan negatif tentang pasangan mereka, dari pada wanita yang berpasangan dengan pria yang seksi, menurut para peneliti.

“Seorang wanita mengevaluasi hubungan mereka dengan cara berbeda pada fase berbeda dalam masa menstruasi, dan evaluasinya tampaknya diwarnai pandangan seberapa menariknya secara seksual pasangan yang mereka miliki,” menurut pernyataan peneliti Martie Haselton, seorang profesor psikologi dan ilmu komunikasi di UCLA.

Untuk penelitian ini, Haselton dan mahasiswa doktoral UCLA, Christina Larson, merekrut 41 wanita sarjana yang memiliki hubungan heteroseksual jangka panjang dan mengamati siklus menstruasi mereka. Para peneliti juga mengajukan pertanyaan kepada peserta tentang pasangan mereka. Tujuannya menentukan seberapa stabil dan menarik secara seksual pasangan mereka itu.

Misalnya, mereka bertanya, "Seberapa menarikkah pasangan Anda di mata wanita lain sebagai pasangan jangka pendek atau pasangan seks biasa, dibandingkan dengan kebanyakan pria?" Kemudian pada titik kesuburan tinggi (sebelum ovulasi) dan titik kesuburan rendah, para wanita kemudian ditanya tentang kualitas hubungan mereka.

Secara keseluruhan, komitmen dan kepuasan peserta penelitian dengan hubungan mereka tampaknya tidak berhubungan dengan kesuburan, menurut para peneliti. Tapi wanita dengan pasangan yang kurang menarik secara seksual tampaknya merasa kurang dekat dengan pasangan mereka saat mengalami siklus kurang subur ke masa paling subur. 

Sementara itu, wanita yang berpacaran dengan pria menarik secara seksual, mengalami efek sebaliknya.

"Wanita yang memiliki pasangan stabil dan baik merasa hubungan mereka menjauh saat berada pada titik kesuburan tinggi, dibandingkan periode kesuburan rendah," menurut pernyataan Haselton. "Hal itu tidak terjadi dengan wanita yang memiliki pasangan yang menarik secara seksual. Kedekatan hubungan mereka semakin meningkat sesaat sebelum ovulasi."

Para peneliti menemukan kecenderungan yang sama ketika mereka mengulangi percobaan dengan 67 peserta baru. Dalam tahap penelitian, para peneliti menambahkan kuesioner baru untuk para wanita menilai tingkat kekurangan pasangan mereka, seperti kesembronoan, kemurungan dan kekanak-kanakan. 

Wanita yang memiliki pasangan kurang menarik secara seksual lebih mungkin menemukan kesalahan pada pasangan selama periode kesuburan tinggi, dibandingkan periode kesuburan rendah.

Konflik antara stabilitas dan keseksian dalam pasangan bisa muncul akibat strategi perkawinan yang dirancang untuk menguntungkan nenek moyang perempuan kita zaman dulu, menurut para peneliti.

"Karena nenek moyang perempuan kita tidak bisa memeriksa genetik calon pasangan secara langsung, mereka harus mendasarkan keputusan pada manifestasi fisik untuk mengetahui gen yang baik dan tidak adanya mutasi genetik, yang mungkin mencakup fitur maskulin seperti suara yang berat, wajah yang maskulin, perilaku dominan dan penampilan yang seksi," kata Haselton.

Namun gen bukanlah segalanya.

"Dalam arena reproduksi, wanita mungkin berevolusi untuk tertarik kepada pria yang bisa memberikan kontribusi perlakuan dan gen yang baik," kata Haselton. "Masalahnya adalah terbatasnya jumlah calon pasangan yang memiliki kualitas itu. Jadi banyak wanita dipaksa untuk mengambil pilihan lain"

Tetapi para “pria stabil” tidak perlu terlalu khawatir. Peneliti bilang, perasaan negatif selama ovulasi tidak memengaruhi komitmen jangka panjang.

"Bahkan ketika perempuan merasa kurang positif tentang hubungan mereka, mereka tidak ingin mengakhirinya," kata Larson dalam sebuah pernyataan.

"Kami tidak tahu apakah laki-laki menyadari perilaku ini, tetapi jika memang iya, itu pasti membingungkan bagi mereka," kata Larson.

Penelitian itu — yang akan dijelaskan dengan rinci dalam jurnal “Hormones and Behavior” edisi November — adalah yang terbaru dari banyak penelitian yang menemukan fakta bahwa fase subur seorang wanita dapat menyebabkan perubahan halus dalam perilakunya. 

Seorang peneliti menduga, wanita yang sedang dalam masa ovulasi memiliki fantasi seksual lebih banyak, dan peneliti lainnya menemukan wanita lebih cenderung memilih pria maskulin saat masa paling subur. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2011 bahkan menunjukkan bahwa perempuan lebih mungkin untuk melihat lukisan Georgia O'Keeffe sebagai lukisan erotis selama masa subur. 

Ya, dan wanita yang sedang dalam masa subur lebih cepat mengetahui keberadaan ular daripada wanita lainnya pada siklus menstruasi.

No comments:

Post a Comment