بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Bank Dunia Peringatkan Peningkatan Suhu 4 Derajat Celsius
Go Green

Clock Link

Friday, November 23, 2012

Bank Dunia Peringatkan Peningkatan Suhu 4 Derajat Celsius


Bank Dunia memperingatkan, suhu global dapat meningkat empat derajat Celsius abad ini bila pencegahan tidak segera dilakukan, yang berpotensi merugikan kota-kota miskin dan yang terletak di pesisir.

Bank Dunia mengaitkan kekayaan masa depan planet ini — terutama di wilayah berkembang — dengan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari sumber-sumber seperti produksi energi.


"Waktunya sangat, sangat singkat. Dunia harus mengatasi masalah perubahan iklim dengan langkah agresif," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim saat konferensi pers penerbitan laporan untuk pemberi pinjaman global.

Kita tidak akan pernah mengakhiri kemiskinan jika tidak mengatasi perubahan iklim. Ini adalah salah satu tantangan terbesar bagi keadilan sosial saat ini."

Penelitian menunjukkan, suhu Bumi bisa meningkat empat derajat Celsius di atas tingkat pra-industri pada awal 2060-an jika janji-janji pemerintah untuk memerangi perubahan iklim tidak terpenuhi.

Bahkan jika banyak negara memenuhi perjanjian iklim saat ini, masih ada kemungkinan kenaikan empat derajat sekitar 20 persen pada 2100. Penelitian mengatakan, kenaikan tiga derajat mungkin akan terjadi. Negosiasi iklim yang dipimpin PBB telah berusaha membatasi kenaikan suhu tidak lebih dari dua derajat.


"Peningkatan empat derajat suhu dunia harus dan bisa dihindari. Kita harus menahan pemanasan global di bawah dua derajat," kata Kim. "Kurangnya tindakan ambisius pada ancaman perubahan iklim akan menempatkan kesejahteraan jauh dari jangkauan jutaan orang dan memundurkan dekade pembangunan." 

Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan dalam sebuah pernyataan, penelitian menunjukkan perlunya pelaksanaan komitmen negara-negara di dunia, yang dibuat tahun lalu di Durban, Afrika Selatan, untuk membuat perjanjian iklim baru yang mengikat secara hukum pada 2015.

Lebih dari 190 negara dalam Framework Convention on Climate Change memulai pembicaraan tahunan terbaru pada 26 November di Qatar.


Suhu global meningkat sekitar 0,8 derajat Celcius. Planet ini telah memecahkan rekor peningkatan suhu selama satu dekade terakhir dan sering mengalami bencana yang disebabkan perubahan iklim, menurut penelitian para ahli, badai besar Sandy contohnya, yang menerjang Haiti dan Pantai Timur AS baru-baru ini.

Laporan itu menunjukkan bahwa, jika suhu meningkat empat derajat, banyak wilayah akan merasakan dampak yang berbeda — gelombang panas di Rusia baru-baru ini bisa menjadi bencana tahunan dan suhu pada Juli di Mediterania bisa sembilan derajat lebih tinggi dari tingkat terhangat area itu saat ini.


Dalam skenario itu, keasaman lautan bisa meningkat pada tingkat yang belum pernah terjadi dalam sejarah dunia sebelumnya, yang mengancam keberadaan terumbu karang yang melindungi garis pantai dan menyediakan habitat bagi spesies ikan.

Kenaikan permukaan laut bisa menggenangi wilayah pesisir. Kota yang paling rentan terkena dampaknya berada di Bangladesh, India, Indonesia, Madagaskar, Meksiko, Mozambik, Filipina, Venezuela dan Vietnam, menurut penelitian tersebut.

"Banyak pulau-pulau kecil mungkin tidak akan berpenghuni sama sekali. Akan ada keanekaragaman hayati yang punah," kata Kim.

Penelitian ini menunjukkan, dampak yang paling mengkhawatirkan mungkin terjadi pada produksi pangan, dan dunia sudah berjuang untuk memenuhi permintaan populasi yang terus tumbuh dan semakin kaya yang mengonsumsi lebih banyak daging.

Daerah dataran rendah seperti Bangladesh, Mesir, Vietnam dan sebagian pantai Afrika bisa mengalami pukulan besar untuk produksi pangan, dan kekeringan parah menghambat pertanian di daerah lain, menurut penelitian tersebut.


Banjir juga bisa mencemari air minum, yang meningkatkan penyebaran penyakit seperti diare.

Peringatan bahaya dirancang untuk mendorong tindakan tegas, namun laporan itu tidak fokus pada langkah-langkah potensial.

Kim meminta untuk mengurangi ketergantungan pada batubara, bentuk energi paling kotor tetapi sensitif secara politis di Amerika Serikat dan China karena pekerjaan industri.

Kim mengatakan bahwa Bank Dunia bertekad mendukung energi yang dapat diperbaharui dalam penyaluran pinjamannya, dengan mengatakan, "Kami melakukan segala cara untuk tidak berinvestasi pada batubara — segala sesuatu yang bisa kami lakukan."

Perang melawan perubahan iklim menghadapi hambatan politik dari sejumlah negara termasuk Amerika Serikat, karena anggota parlemen konservatif di sana menyatakan tindakan itu terlalu mahal dan mengungkapkan keraguan mereka pada ilmu pengetahuan.

Kim, seorang dokter dan mantan presiden Dartmouth College yang diminta Presiden AS Barack Obama untuk bekerja di Bank Dunia, mengatakan bahwa 97 persen dari para ilmuwan sepakat bahwa aktivitas manusia menyebabkan perubahan iklim.

"Sebagai seseorang yang telah lama berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan, angka 97 persen itu konsensus yang belum pernah dicapai sebelumnya," katanya.

Laporan itu dibuat oleh Climate Analytical dan Potsdam Institute for Climate Impact Research yang berbasis di Jerman. Bank Dunia mengatakan pihaknya tidak mempertimbangkan penelitian itu menjadi pengganti kajian ilmiah tentang perubahan iklim selanjutnya yang didukung PBB pada 2014.

No comments:

Post a Comment