بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Lima Pendonor di Kuala Tungkal Terinfeksi HIV
Go Green

Clock Link

Friday, October 19, 2012

Lima Pendonor di Kuala Tungkal Terinfeksi HIV

sumber: TRIBUNNEWS.COM

Lima Pendonor di Kuala Tungkal Terinfeksi HIV

KUALA TUNGKAL - Bagian Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) dan laboratorium RSD KH Daud Arif Kuala Tungkal berhasil mendeteksi dan mencegah masuknya donasi darah dari lima orang yang terinfeksi HIV/AIDS, sepanjang 2012 ini.

Kepala Instalasi Laboratorium RSD KH Daud Arif dr Hiratna mengatakan, meski mereka selalu bekerja serius untuk mendeteksi donasi-donasi darah tercemar maupun tidak layak, bukan berarti ancaman penularan HIV bisa terhindar 100 persen.

Menurutnya, setiap penyakit, termasuk HIV/AIDS, memiliki masa inkubasi tertentu alias window period ketika gejala belum terkenali maupun terdeteksi.

"Panjang pendek masa inkubasi berbeda-beda, sangat tergantung kemampuan imunitas masing-masing orang," kata dr Hiratna.

Hiratna menambahkan prosedur screening di UTDRS dan laboratorium tak semata untuk mencegah masuknya darah dari penderita HIV/AIDS.

Itu juga untuk menyaring penyakit-penyakit berbahaya lain seperti hepatitis hingga malaria. Karena itu, satu hal yang sangat membantu kerja para petugas UTDRS dan laboratorium dalam melakukan screening adalah pengisian yang teliti dan jujur dari para calon pendonor sebelum melakukan donor.

Direktur RSD KH Daud Arif, dr M Feri Kusnadi mengatakan untuk mencegah terjadinya transfusi darah tercemar dari pendonor, pihaknya selalu menekankan ketaatan terhadap prosedur tes screening.

Menurut dr Feri, UTDRS di instansinya menjalani kerja yang sinergis dengan bagian laboratorium, yang dipimpin dr Hiratna, seorang spesialis patologi klinik.

"Jarang-jarang lho rumah sakit ada spesialis patologi klinik," kata dr Feri, kemarin.
Imbuh dr Feri, RS KH Daud Arif telah memiliki pula klinik khusus bagi penanganan mereka yang mengidap HIV/AIDS yakni Klinik Pedada.

Klinik itu memiliki penanggung jawab terdiri dari dua orang dokter spesialis penyakit dalam. Klinik merupakan satu dari dua klinik penanganan pengidap HIV/AIDS di Tanjabbar. Satu klinik yang lain ada di daerah Tebing Tinggi.

Sudah hilangkan 18 nyawa
Gaung kasus penularan HIV/AIDS melalui transfusi darah di Merangin yang diberitakan Tribun pada Selasa (16/10/2012) terdengar juga sampai di Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar).

Namun, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjabbar mengatakan bahwa hingga Rabu (17/10) belum menerima surat instruksi khusus dari pihak Dinas Kesehatan Provinsi Jambi.

Penjelasan tadi diperoleh pada Rabu pukul 12.15 dari Kepala Dinas Kesehatan Tanjabbar, dr Ahmad Putra, melalui Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Kabid P2PL), Dwikora Sulaksono pada kemarin siang.

Dwikora yang ditemui Tribun di sela-sela satu acara di Gedung PKK Tanjabbar lantas menambahkan, sejauh ini di Tanjabbar tidak pernah terjadi kasus penularan HIV/AIDS melalui tranfusi darah tercemar ataupun praktik dokter gigi.

Bahkan, bisa dibilang tak ada pula penemuan kasus penularan melalui jarum suntik para pengguna narkoba dan semacamnya.

"Selama ini penularan selalu lewat hubungan seks dan ibu ke bayinya lewat kehamilan," kata Dwikora.

"Jumlah seluruh kasus HIV/AIDS di Tanjabbar sejak ditemukan pertama kali 2002 sampai sekarang adalah 57 kasus. Paling banyak terjadi di Tungkal Ilir," kata Dwikora.

Upayakan Penyelesaian
BUPATI Merangin Nalim meminta adanya penyelesaian secara kekeluargaan terkait adanya dugaan penularan HIV melalui transfusi darah yang diderita warga Merangin.

Menurutnya, apa yang terjadi baru sebatas informasi dan belum disertai bukti-bukti yang kuat melalui tes atau uji laboratorium.

"Masalah HIV/AIDS ini, ya sudah kita upayakan untuk diselesaikan. Ini baru sebatas informasi. Secara bukti belum, dalam hal ini hasil laboratorium juga belum. Jadi, saat ini tetap berproses. Niat baik rumah sakit juga sudah ada, yaitu kita bawa ke Jambi untuk cek lagi," ujar Nalim kepada wartawan, Rabu (17/10/2012).

Bupati juga menyatakan sudah memerintahkan kepala rumah sakit agar menghubungi pihak keluarga korban guna menjalankan tanggungjawab untuk memberikan pengobatan.
Itu pun sudah ditindaklanjuti, sehingga kedua pihak tidak saling mencari-cari kesalahan.

Disinggung mengenai apakah ada kelalaian dari pihak rumah sakit, sehingga ada pendonor yang tidak sehat, tetapi lolos pemeriksaan untuk mendonorkan daerah, Nalim mengatakan, sebenarnya bukan merupakan kelalaian.

Pasalnya, pihak rumah sakit juga sudah melakukan tahap-tahap pemeriksaan sebelum dinyatakan sehat untuk menjadi pendonor.

"Kalau dikatakan kelalaian, ini kan sudah melalui labor. Yang minta tolong juga kan dari orang itu. Saya kira, sudah ada niat baik, kecuali tidak dibantu," kata Nalim.

"Sekarang ini, untuk jalan keluarnya, kita minta juga keterangan di mana sumber AIDS tersebut dan mengecek kembali kesehatan, baik korban dan juga pendonor," sambungnya.

No comments:

Post a Comment