بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Cerita Astronot Indonesia yang Gagal ke Luar Angkasa
Go Green

Clock Link

Wednesday, August 29, 2012

Cerita Astronot Indonesia yang Gagal ke Luar Angkasa

sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-astronot-indonesia-yang-gagal-ke-luar-angkasa.html


Astronot Amerika Serikat Neil Amstrong, yang pertama kali mendarat di bulan, meninggal dunia. Indonesia dulu pernah punya astronot. Hebatnya lagi astronot pertama Indonesia adalah seorang wanita bernama Pratiwi Sudarmono.

Pratiwi adalah seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia. Dia lahir tanggal 31 Juli 1952 di Bandung. Saat itu rencananya Indonesia akan memberangkatkan astronot dalam misi STS-61-H yang menggunakan pesawat ulang-alik Columbia. STS-61-H yang direncanakan berangkat tahun 1986 ini akan meluncurkan tiga satelit komersil Skynet 4A, Palapa B3 and Westar 6S.

Palapa B3 merupakan satelit Indonesia. Karena itu pemerintah merasa perlu memberangkatkan astronot sendiri. Rencananya Pratiwi akan menjadi pay load specialist, atau kru yang mengoperasikan satelit Palapa B-3 dalam misi tersebut. Untuk astronot cadangan, ditunjuk Taufik Akbar yang merupakan engineer dari PT Telkom.

Keduanya sudah lama berlatih di bawah bimbingan NASA Amerika Serikat. Pemerintah RI sudah mengeluarkan biaya cukup besar untuk latihan ini. Pratiwi dan Taufik pun sudah siap diterbangkan ke luar angkasa.

Tapi sebuah musibah terjadi. Pesawat ulang-alik Challengger yang hendak menuaikan misi STS-51-L, meledak sesaat setelah diluncurkan. Challenger meledak tanggal 28 Januari 1986, hanya 73 detik setelah diluncurkan. Tujuh kru tewas dalam insiden ini.

Akibat dari insiden ini, NASA membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa. Termasuk Columbia yang akan mengangkut satelit Palapa B-3 milik Indonesia.

Para astronot dalam misi penerbangan itu pun batal berangkat. Satelit B-3 akhirnya diluncurkan dengan roket Delta, tanpa kehadiran astronot dari Indonesia.

Setelah itu tak pernah ada lagi rencana Indonesia mengirimkan astronot ke luar angkasa. Pratiwi Sudarmono meneruskan karirnya sebagai ilmuwan, dan Taufik Akbar juga terus berkarir di PT Telkom.

Akhirnya malah Malaysia berhasil mengirimkan astronot ke ruang angkasa tahun 2007. Sheikh Muszaphar Shukor, seorang ilmuwan Malaysia berhasil pergi ke luar angkasa dengan menumpang Soyuz TMA-11 milik Rusia.


Profil Pratiwi Sudarmono: 

Pratiwi Pujilestari Sudarmono (born July 31, 1952 in Bandung) is an Indonesian scientist. She is currently professor of microbiology at the University of Indonesia, Jakarta.

Pratiwi Sudarmono received a Master's degree from the University of Indonesia in 1977, and the Ph.D. in Molecular Biology from the University of Osaka, Japan, in 1984. She then started her scientific career as WHO grantee researching the molecular biology of Salmonella typhi. From 1994 to 2000, she was head of the Department of Microbiology of the Medical Faculty of the University of Indonesia. From 2001 to 2002, she was a scholar in the Fulbright New Century Scholars Program.


Profil Taufik Akbar: 

Taufik Akbar (born January 8, 1951 in Medan) is an Indonesian engineer and former astronaut candidate.

After graduating at the Bandung Institute of Technology with a Bachelor of Science in Electrical Engineering in 1975, he worked as a telecommunications engineer. Working for Telkom in the development of the Palapa telecommunication satellite system, in October 1985 he was selected to take part in the Space Shuttle mission STS-61-H as a Payload Specialist. While Pratiwi Sudarmono was chosen to be in the flight crew, he was supposed to be her backup on the mission. However after the Challenger disaster the deployment of commercial satellites like the Indonesian Palapa B-3 planned for that mission was canceled, thus the mission never took place. The satellite was later launched with a Delta rocket.

After his astronaut career, he continued to work for Telkom. In 1990-92 he was General Manager Telecommunication Planning, Executive General Manager for Palapa Satellites Operation (1992–1993), President Director of Aplikanusa Lintasarta (1994–2000). In 2000, he became Director of Human Resources.

No comments:

Post a Comment