بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Anggota Duo Bali Nine Melukis Wajah Jokowi
Go Green

Clock Link

Tuesday, March 10, 2015

Anggota Duo Bali Nine Melukis Wajah Jokowi



PERASAAN hancur yang menghinggapi benak warga negara Australia, Myuran Sukumaran karena permohonan grasinya untuk menghindari hukuman mati ditolak Presiden Joko Widodo (Jokowi), dituangkan ke dalam lukisan. Objek lukisan Myuran adalah wajah presiden yang dikenal dengan nama beken Jokowi itu.

Karenanya setelah selama beberapa pekan Myuran mengalami depresi akibat permohonan grasinya ditolak, terpidana mati perkara narkoba yang juga dikenal sebagai salah satu duo Bali Nine itu menghibur diri dengan melukis. Lukisan wajah Jokowi yang dituntaskan Myuran pada 23 Januari lalu disertai sebuah pesan menyentuh bertuliskan “People Can Change” yang artinya orang-orang bisa berubah.

Lukisan berjudul Jokowi merupakan salah satu dari karya Myuran yang memang berbakat melukis. Pria kelahiran London, Inggris itu menggambarkan wajah Jokowi seolah tanpa perasaan dengan mulut agak turun untuk menyiratkan pesan bahwa presiden yang tak mau memberi grasi bagi terpidana mati kasus narkoba itu tak punya rasa belas kasihan.

Seorang kolega dari keuarga Myuran menuturkan bahwa pria kelahiran 17 April 1981 yang tengah menanti eksekusi mati itu harus berjuang dengan tekanan batin selama beberapa pekan. “Dan lukisan adalah tempatnya menghibur diri. Setelah dia melukis, dia kembali mengajar di kelas menggambar di LP Kerobokan untuk membantu banyak narapidana. Ini adalah langkah penting bagi Myuran,” ujar sumber yang dikutip harian Australia, The Age.

Lukisan-likisan karya Myuran dan murid-muridnya dipamerkan di Bali, pekan lalu. Jika kelak lukisan-lukisan Myuran terjual, maka uang yang dihasilkan akan digunakan untuk program rehabilitasi, atau malah mendukung kelanjutan kelas melukis yang dirintisnya di LP Kerobokan. 

“Myuran ingin lukisan-lukisannya digunakan untuk membantu orang-orang Indonesia,” kata Oivind Zahlsen yang mengorganisir pameran lukisan para murid melukis Myuran di Bali.

Dalam sebuah wawancara dengan Ivar Schou, ahli filsafat Norwegia yang kini bermuim di Bali, Myuran mengungkapkan hal yang menuntunnya pada lukisan dan merintis kelas seni di LP Kerobokan. Bagi Myuran, hidup di balik terali besi sembari menanti eksekusi mati tentu membuatnya tak punya banyak pilihan.

“Saya tak bisa hanya merasa sesak di perut tanpa melakukan apa-apa. Aku bisa menjadi destruktif, tapi juga produktif. Hanya itulah pilihanku di dalam sini. Menjadi produkrif membuatku bahagia,” kata Myuran saat masih di Lapas Kerobokan, Denpasar sebagaimana dikutip dari wawancara yang didokumentasikan dalam rekaman video.(ara/jpnn)

No comments:

Post a Comment