بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Jokowi Nyapres, Saatnya Tetua Pamit
Go Green

Clock Link

Saturday, March 15, 2014

Jokowi Nyapres, Saatnya Tetua Pamit


Megawati Soekarnoputri layak diberikan selamat. Jauh hari dari pemilihan presiden 2014, Ketua Umum PDI Perjuangan ini legowo dengan mencalonkan kadernya, Joko Widodo, yang saat ini menjabat Gubernur DKI Jakarta. Selesai sudah spekulasi bahwa Mega masih berminat atau tak rela melepas peluangnya menjadi capres kepada orang lain.

Bahkan lewat perintah hariannya, tegas disampaikan: rakyat Indonesia, apalagi kader PDI Perjuangan tentunya, agar bersatu mendukung Jokowi meraih kursi presiden. Tak diragukan lagi keikhlasannya mencalonkan mantan Walikota Solo dua periode itu. Karena itulah Mega layak diberikan ucapan selamat.

Gegap gempita dunia maya pun menyambut pencalonan Jokowi itu. Media sosial twitter, media berita online, dan bisa dipastikan televisi maupun media cetak edisi Sabtu (15/3), tak akan luput mengulas gairah ini. Berama-ramai menempatkannya sebagai berita utama.

Dan bagi Mega, tampaknya dia sudah unggul dari lawan politiknya yang masih terus mengupayakan kerabat agar bisa lempang di dunia politik. Dengan beragam cara. Tapi putri Bung Karno itu, sejak dini hari justru memberikan mandat istimewa kepada kader partainya. Seandainya dia tetap ingin maju kelak, ketika PDIP mampu meraih presidential threshold atau ambang batas mencalonkan kandidat presiden, bisa dipastikan tak ada kader yang menolak. Seperti biasanya.

Namun suara rakyat yang diperlihatkan lewat beragam survei, pemberitaan, perbincangan di warung kopi, telah mengukuhkan Jokowi sebagai kandidat paling potensial untuk memenangkan pertarungan dalam pemilihan presiden kelak. Megawati pun mengukuhkannya lewat surat perintah harian.

Kini, adakah surat perintah harian kedua yang berisi siapa kandidat wakil Jokowi?

Mungkin tidak. Namun para tim sukses tak resmi kandidat wakil presiden, sudah mulai mempengaruhi publik lewat penyataan-pernyataannya demi menyorongkan pujannya agar bisa mendampingi Jokowi.

Di antaranya, para pendukung Jusuf Kalla, yang periode lalu kalah dalam pertarungan memperebutkan kursi presiden. Kini, puja-puji bahwa JK yang paling layak mendampingi Jokowi sudah mulai bertebaran. Di antaranya lewat Hamdi Muluk, Ketua Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia, dan Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri.

Keduanya seperti sedang main bola pingpong. Kata Hamdi, Jokowi belum pengalaman di dunia politik. Jadi, perlu JK sebagai mentor.

Komar menyambut. JK itu, ujarnya, "Punya hubungan yang baik dengan berbagai kelompok, senang bersahabat, sangat lapang meski disakiti orang lain," 

Mungkin keduanya ingin menyampaikan hal yang sama: Jokowi, pilihlah JK sebagai wakilmu.

Bagi saya, sebaiknya JK ada di pinggir lapangan saja. Menyaksikan pertandingan, menjadi mentor bagi seluruh pemain yang mungkin seperti kata Hamdi Muluk, belum pengalaman di dunia politik. Tak usah lagi ngoyo ingin kembali ke istana.

Sinyal yang diberikan Megawati cukup jelas. Saatnya yang muda dan baru –mungkin belum matang di dunia politik jika ukurannya kurun waktu atau jabatan– yang memimpin bangsa ini.

JK, Megawati, Wiranto, Aburizal Bakrie, ada di kluster yang sama. Mereka sudah terlalu banyak pengalaman, bahkan semuanya pernah ada di lingkaran istana. 

Kalau dalam dunia asuransi, mereka ini nasabah berbiaya mahal. Preminya harus tinggi karena risikonya lebih besar dibandingkan orang-orang yang dianggap sebagai politisi belum berpangalaman seperti Jokowi.

Kalau Indonesia punya yang lebih muda dan tak kalah baiknya, mengapa harus yang sudah kebanyakan garam?

Herry Gunawan, Pendiri Plasadana.com

No comments:

Post a Comment