بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Petunjuk Paranormal Itu Ibarat Peta
Go Green

Clock Link

Tuesday, February 19, 2013

Petunjuk Paranormal Itu Ibarat Peta

TRIBUNNEWS.COM


SURABAYA--Seorang perwira polisi, AKP Agus S, mengakui pernah menggunakan jasa paranormal untuk mengungkap kasus kejahatan. Namun, menurut Agus, peran paranormal hanya sebatas memberikan petunjuk untuk mempersempit ruang perburuan pelaku kriminal.

“Dia (paranormal) tidak akan tahu identitas pelaku. Kita hanya diberi petunjuk saja misalkan ke arah mana pelaku kabur, ciri-ciri lokasi persembunyian pelaku sampai pukul berapa pelaku keluar dari persembunyiannya,” ungkapnya kepada Surya, pekan lalu.

Sejumlah polisi mengatakan anggota reserse memang kerap dihadapkan pada suatu kasus yang rumit yang seolah – olah tidak ada jalan keluarnya. Misalnya kasus pembunuhan di mana tak ada seorang pun saksi yang melihat kejadian tersebut.

Apalagi polisi dituntut menemukan minimal dua alat bukti dari lima alat bukti yang ada sesuai pasal 183 dan 184 Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Dan jangan membayangkan seperti di adegan film barat di mana polisi mudah sekali menemukan alat bukti menggunakan metode scientific investigation.

Karena di Indonesia, pengungkapan kejahatan menggunakan sidik jari (finger print identification), misalnya, masih susah sekali. Itu karena Indonesia belum mempunyai database yang lengkap tentang sidik jari seluruh penduduk Indonesia.

AKP Agus bercerita, saat pernah menjadi Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim), dirinya tak jarang menggunakan jasa paranormal untuk mengungkap kasus menonjol. Selama petunjuk si paranormal itu masuk akal, dia mengakui akan menjalaninya.

“Selama ini petunjuknya tidak ada yang aneh. Seperti saya diberi peta penanda lokasi kaburnya pelaku. Selebihnya, saya pakai insting sebagai seorang reserse,” aku perwira dengan tiga balok di pundak itu.

Pernah Agus mendapatkan tugas mengungkap kasus pembunuhan. Dari penyelidikan awal, diketahui pelakunya ada dua orang. Pelaku dan korban masih berkawan. Hanya saja, Agus tidak mengatahui ke mana dua pelaku ini kabur. Ingin mempersempit ruang pengejaran, Agus meminta bantuan paranormal.

“Saya mendapatkan petunjuk kalau satu dari dua pelaku masih di Surabaya. Dia diperkirakan turun dari bus di sekitar Jalan Tanjungsari dengan kaki terluka akibat perkelahian dengan korban,” kata Agus.

Petunjuk dari si paranormal itu ternyata benar. Sayang, Agus dan timnya terlambat datang ke lokasi yang disebutkan penasihat spiritualnya itu. Sejumlah saksi di lokasi mengatakan ada orang dengan kaki terluka yang turun dari bus.

Meleset di percobaan pertama, Agus mengarahkan timnya ke Lumajang dan Blitar. Menurut si paranormal, dua pelaku menyebar ke dua daerah tersebut. Lagi-lagi, petunjuk itu benar. Satu pelaku akhirnya ditangkap di Blitar. “Yang di Lumajang gagal tertangkap,” ujarnya.

Agus juga pernah menangkap komplotan bajing loncat dengan bantuan paranormal. Satu persatu bajing loncat itu ditangkap setelah dia mendapat petunjuk dari si paranormal bahwa bos komplotan ini bersembunyi di Tuban.

Meski sering meminta petunjuk dari paranormal, Agus mengaku tidak serta-merta pekerjaannya menjadi ringan. Hambatan juga sering datang. Pernah suatu ketika, buruannya lolos dari sergapan kendati ia telah meminta bantuan paranormal.

“Kami dikepung warga di sana. Itu karena kami tidak mengenal lokasi penangkapan. Kalau sudah begitu, kita memilih mundur teratur agar tidak timbul korban jiwa,” ujarnya.

Ia menegaskan, bantuan paranormal tidak lantas membuat polisi bermalas-malasan. “Intinya petunjuk yang diberikan paranormal tidak lah lengkap. Polisi hanya diberi ancar-ancar saja. Petunjuk itu seperti peta. Bawa peta supaya tidak tersesat,” kata pria paruh baya ini.

No comments:

Post a Comment