بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Transformasi Tiong Bahru
Go Green

Clock Link

Wednesday, August 22, 2012

Transformasi Tiong Bahru

sumber: yahoo.com

Singapura adalah salah satu contoh kota yang pintar memanfaatkan apa yang sudah dimiliki untuk diolah menjadi sesuatu yang menyegarkan.

Setelah sukses dengan kawasan Duxton Hill dan Ann Siang Hill (dua kawasan tua di daerah pecinan yang dipugar menjadi daerah yang keren dan populer) kini Singapura kembali menggunakan formula yang sama untuk kawasan Tiong Bahru. Mempertahankan bangunan lama yang dipadukan dengan cita rasa baru.


Papan nama jalan yang akan menyambut Anda di Tiong Bahru. (Dimas Ario)
Kawasan Tiong Bahru merupakan salah satu kawasan tempat tinggal pertama yang berdiri di Singapura. Di awal berdiri pada sekitar tahun 1930-an, kawasan Tiong Bahru dikenal sebagai tempat tinggal wanita-wanita simpanan para pria kaya. Namun pada kelanjutannya, kawasan ini menjadi kawasan tempat tinggal untuk kaum menengah ke atas.

Baru dua tahun belakangan, wajah Tiong Bahru dipercantik dengan sentuhan modern melalui berbagai kafe, restoran dan toko gaya hidup yang berdiri di sana. Toko-toko tersebut bersanding dengan bangunan dan rumah-rumah lama dengan arsitektur art deco.

Yang menjadi perintis dalam transformasi wajah baru Tiong Bahru adalah kafe 40 Hands. Dibuka pada tahun 2010, kafe yang dimiliki seorang ekspatriat asal Australia ini mendapat ulasan positif dari media setempat — dan membuat kawasan Tiong Bahru jadi lirikan banyak orang.


Toko buku Books Actually. (Dimas Ario)


Tidak lama setelah 40 Hans berdiri, toko buku Books Actually dan toko desain Strangelets yang sebelumnya bertempat di kawasan Ann Siang Hill memutuskan ikut pindah ke Tiong Bahru, tepatnya di jalan Yong Siak yang kini menjadi pusat dari transformasi di Tiong Bahru.


Open Door Policy. (Dimas Ario)


Kawasan Tiong Bahru dapat dicapai dengan MRT dan juga bus. Dari stasiun MRT dan halte Tiong Bahru, Anda mengarah ke sebelah kiri dan berjalan kaki sekitar 15 menit untuk mencapai jalan Yong Siak. 


Toko desain Strangelets. (Dimas Ario)


Saat saya ke sana pada hari Minggu sekitar pukul 11 siang, jalan Yong Siak nampak lenggang. Namun di dalam kafe 40 Hands, suasana penuh pengunjung. Selain kafe ini, ada pula Open Door Policy dan SocialHaus. Namun karena keterbatasan ruang di dalam perut (dan tentunya uang di dompet), saya tidak sanggup mencicipi kedua restoran dan kafe tersebut.

Yang saya sanggup adalah berjalan kaki di sepanjang Yong Siak dan memasuki berbagai toko kecil dan tidak biasa yang ada di situ. Saya menghabiskan banyak waktu di dalam Books Actually yang memiliki koleksi buku yang jarang ditemui di toko buku umum. (Mereka juga menjual aneka barang kuno.) 

Setelah itu saya mampir ke Strangelets yang menjual berbagai produk terbatas dari para desainer. Dan terakhir saya menyambangi Nana & Bird, sebuah butik baju dan aksesori fashion yang letaknya agak tersembunyi (memiliki pintu masuk kecil tanpa lambang toko).

Jika Anda bosan dengan segala keriuhan jalan Orchard dan toko-toko komersial di mall Singapura, Anda wajib berkunjung ke Tiong Bahru, di jalan Yong Siak ini. Saya pribadi sangat menikmati atmosfer yang santai dan tenang di kawasan ini. Dan secara visual, saya seperti berada di tahun 1980-an namun dengan pernak-pernik modern.

No comments:

Post a Comment