بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Seberapa Efektifkah Layanan Cloud Gratis?
Go Green

Clock Link

Saturday, August 18, 2012

Seberapa Efektifkah Layanan Cloud Gratis?

sumber: yahoo.com

Pernahkah terbersit di benak Anda bahwa flash disk atau tempat penyimpanan data eksternal yang akrab digunakan untuk penyimpanan data sementara sehari-hari, tak lama lagi menjadi benda usang? Ditambah lagi ketika penyedia jasa akses internet nirkabel makin menjamur jumlahnya dan semakin ringan dalam soal harga.

Bukan apa-apa, perusahaan teknologi digital berlomba memberikan layanancloud. Contoh layanan cloud di antaranya adalah iCloud, Google Docs, Sugar Sync, Dropbox, Box, Amazon Cloud Drive. Terakhir, Microsoft menawarkan aplikasi SkyDrive.

Semuanya terkait dengan menyimpan data lewat teknologicloud computing. Pendek kata, file yang disimpan bisa dibuka di mana saja, sepanjang ada akses internet dan aplikasi yang mengakomodasi setiap layanan. Jadi Anda tak perlu khawatir kapasitas harddisk Anda berkurang karena menyimpan data di device, karena semua data sudah berada di server.


Untuk ukuran kapasitas gratis, SkyDrive lebih baik. Produk tersebut menyediakan kapasitas 7 gigabyte tanpa bayaran, sementara Google Drive hanya memberikan 5 GB dan Dropbox 2 GB. Bagi pengguna Windows Phone, file yang disimpan pada SkyDrive bisa langsung sinkron jika dibuka lewat telepon pintar tersebut.Anda dapat mengakses data dari mana saja melalui fitur cloud. (iStockphoto)Nur Cahyo, seorang peneliti yang juga mahasiswa, termasuk pengguna fasilitas-fasilitas tersebut. Pekerjaannya sebagai peneliti, kerap membuatnya harus membuka laptop walau sekadar untuk melihat-lihat pekerjaan yang belum tuntas. Jadi, setiap ada suasana kosong, dia menyempatkan diri untuk buka file. “Lumayan, bisa lihat-lihat (pekerjaan) sebentar,” ujarnya.

Dengan aktivitasnya yang selalu bergerak itu, peneliti pada lembaga asing ini memanfaatkan dengan baik segala tawaran tempat penyimpanan file sistem cloud yang dianggap memudahkan. Apalagi gratis, tentu saja. “Buat file yang nggak besar, misalnya resume penelitian atau sekadar bacaaan, saya bisa manfaatkan aplikasi-aplikasi itu,” ujarnya.

Jadi, apa yang diperlukan untuk tetap dibaca di tempat lain ‘sambil jalan’, bisa tetap dilakukan. Lumayan, katanya, “Sambil macet bisa ada bacaan buat mengusir jenuh.”

Kendati demikian, Cahyo yang terakhir ini memanfaatkan SkyDrive, tidak menggunakan tempat penyimpanan tersebut secara permanen. “Itu untuk sementara saja. Kadang-kadang yang sudah kelamaan saya hapus,” akunya.

Bagi dia, tempat penyimpanan yang terbaik adalah dalam komputernya sendiri dan penyimpanan eksternal yang disimpan di rumah. Dia lebih banyak menggunakan fasilitas pada SkyDrive atau Dropbox untuk pekerjaan yang sedang berlangsung, bukan yang sudah termasuk “tutup buku”.

Dengan model menghapus itu, dia merasa tidak punya kepentingan dengan menambah kapasitas lokasi penyimpanan yang ditawarkan. Alasan utama yang dia sampaikan, sekarang belum waktunya mengingat kadang-kadang sinyal komunikasi di beberapa wilayah–termasuk perkotaan–masih tidak stabil. Tentu saja ini mempengaruhi modem yang digunakan, sehingga tetap tidak mampu mengakses file-nya

Lain lagi dengan Andi, mahasiswa yang sambil bekerja sebagai tenaga desain di sebuah penerbitan. Aplikasi-aplikasi gratis itu hanya digunakan untuk menyimpan beberapa gambar desain terkait dengan pekerjaannya. Itu pun sekadar gambar yang dia dapat dari internet saat melakukan penelusuran (browsing). “Malas langsung simpan di file laptop,” katanya.

Jadi, seperti halnya Cahyo, server cloud dari Dropbox maupun SkyDrive digunakan untuk penyimpanan sementara. Hanya bedanya, Andi sekadar menyimpan gambar desain untuk dilihat-lihat. Jika ada yang membuatnya tertarik, kemudian file tersebut pindah tempat ke komputer jinjingnya. “Jadi lihat-lihat dulu, baru simpan,” katanya.

Mahasiwa ini tidak menyimpan bahan bacaan kuliah dalam server maya yang dimilikinya. “Percuma, gak sempet baca-baca juga,” ujarnya sambil tertawa.

Sementara Vista yang mencoba aplikasi SkyDrive, melihat bahwa sebenarnya aplikasi itu menarik jika dibuka melalui Windows Phone. Selain tampak bersahabat, tentu setelah men-download aplikasinya di Windows Phone secara gratis, juga nyaman dalam penampilan.

Sekali buka aplikasi bergambar awan itu, langsung muncul tampilan file yang ingin dilihat. Tanpa basa-basi. Menariknya, file-file yang dibuat dalam format Microsoft Word bisa langsung diedit lewat ponsel tersebut. Selain itu, kapasitasnya memang paling besar dibandingkan aplikasi lain, baik yang ditawarkan oleh Google maupun iCloud.

Karena itu tak heran, jika The Verge, media teknologi yang bekerja sama dengan Vox Media, itu mengakui SkyDrive memiliki keunggulan dibandingkan produk lainnya, terutama untuk sinkronisasi dengan produk yang dibuat lewat aplikasi Windows.

Tapi memang, seperti dialami oleh Cahyo dan Andi, aplikasi ini tidak digunakan untuk menata file secara permanen. Keduanya digunakan untuk kebutuhan sementara saja. Selain dengan alasan keamanan yang belum teruji, juga tidak perlu menambah kapasitas dengan tambahan bayaran. 

No comments:

Post a Comment