بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Zionis Galau: Pilih Argentina atau Palestina
Go Green

Clock Link

Saturday, May 5, 2012

Zionis Galau: Pilih Argentina atau Palestina

sumber: republika.co.id



Menjual Holocaust yang laris manis

Sejauh ini Holocaust menjadi senjata kampanye yang ampuh bagi kaum Zionis. Peran media informasi tampaknya menjadi tulang punggung keberhasilan ini. Seperti diakui oleh Edward W Said dalam bukunya, the Question of Palestine, yang menyoroti siaran televisi NBC pada musim semi 1978. 

Menurut cendikiwan Amerika berdarah Palestina ini, penonton tentu menyadari bahwa ''Sekurangnya sebagian dari program tersebut ditujukan sebagai justifikasi dari Zionisme –meski pun pada saat yang nyaris bersamaan, pasukan Israel di Lebanon melakukan penghancuran, dengan ribuan korban nyawa warga sipil, dan penderitaan yang tak terucapkan namun segelintir wartawan yang berani menggambarkan aksi tersebut mirip penghancuran yang dilakukan AS di Vietnam.'' 

Salah satu wartawan yang disebut Said misalnya, HDS Greenway. Sang wartawan menuliskan dalam harian Washington Post pada 25 Maret 1978, berjudulVietnam-style Raids Gut South Lebanon: Israel Leaves A Path of Destruction.


Mengaburkan anti-Semit dan anti-Zionis

Tulisan menarik dapat dibaca lewat olahan Norman G Finkelstein, dalam bukuThe Holocaust Industry. Latar belakang Finkelstein cukup unik, karena kedua orang tuanya lolos dari Ghetto Warsawa dan kamp konsentrasi Nazi. Ya, ia memang seorang Yahudi.

Menurutnya, Holocaust terbukti sebagai senjata ideologi yang vital. Menyoroti Israel, Finkelstein menulis, "Lewat pengerahannya, salah satu negara dengan kekuatan militer yang mengagumkan, dengan catatan hak asasi manusia yang mengerikan, telah memotret diri sebagai negara 'korban', dan sebagai kelompok etnis yang paling berhasil di AS ini juga berhasil menyandang status sebagai korban."

Sebagai ''industri'', Finkelstein menguraikan aksi pengumpulan dana untuk ''membantu para korban yang lolos dari Holocaust''. Namun, ia pun mempertanyakan ke mana dana itu berujung. 

Di sisi lain, museum Holocaust pun tersebar di berbagai negara dan jumlahnya mencapai puluhan. Di AS sendiri, sekurangnya ada 23 museum. Di Washington DC misalnya, terdapat United States Holocaust Memorial Museum. Selain menyajikan film, museum ini memamerkan berbagai macam barang, seperti tumpukan sepatu-sepatu tua, gerbong kereta, hingga ratusan artefak lainnya. Keterangan tertulis menyebutkan barang-barang tersebut peninggalan para korban Holocaust. 

Salah satu gagasan yang diangkat adalah istilah anti-Semit dan anti-Zionis nyaris selalu dicampur adukkan. Lagi-lagi Said menuliskan, ''Para penganut paham liberal atau radikal sekali pun tak mampu membendung kebiasaan kaum Zionis yang ''menyamakan'' anti-Semit dan anti-Zionis''. Rupanya, banyak juga yang terjerumus ke dalam jebakan kaum Zionis. 

Di tengah Yahudi sendiri terdapat suara minoritas yang menentang Zionisme, terutama di kalangan ilmuwan. Sementara di kalangan akar rumput Israel, muncul kelompok seperti Matzpen. Kelompok berhaluan sosialis ini mengklaim diri sebagai anti-Israel.

Sikap anti-Zionis dan anti-Israel bahkan juga dipegang oleh sebagian kaum Yahudi Ortodoks. Di AS misalnya, Anda mungkin pernah melihat mereka berdemo mengkritisi Israel ketika Global Movement to Jerusalem (GMJ) diluncurkan baru-baru ini. 

Kini, laut Mediterania seakan menjadi saksi bahwa darah dan air mata seakan berlomba tertumpah di tanah Palestina. Menurut Anda, apakah 1 Mei 1948 sebagai an-Nakhbah, ataukah hari kemenangan yang menandai berdirinya Israel? Sejarah telah bertutur. Inilah akhir rangkaian tulisan Zionis Galau: Pilih Argentina atau Palestina.

No comments:

Post a Comment