بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Seperti Adegan Film 51 Imigran Kabur Membuat Lubang Pelarian
Go Green

Clock Link

Monday, May 7, 2012

Seperti Adegan Film 51 Imigran Kabur Membuat Lubang Pelarian

sumber: TRIBUNNEWS.COM




MANADO

Tak ada keraguan dibenak Oce Talus SH, Pelaksana Tugas Kepala Kantor Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado untuk masuk kerja. Ia sangat bersemangat untuk melaksanakan tugas di hari pertama untuk menggantikan sementara Herbert Sihombing Nababan, Kepala Kantor Rumah Detensi Imigrasi yang sedang cuti.

Namun di hari pertama tugasnya ia justru kecolongan. Sebanyak 51 deteni atau imigran gelap asal Afganistan dan Iran kabur dari Rudenim Manado, Sabtu (5/5) kemarin.

Layaknya adegan film tahanan melarikan, sebanyak 50 pencari suaka asal Afganistan dan 1 dari Iran ini kabur dengan cara membuat terowongan yang jaraknya berkisar antara 8 hingga 15 meter di bawah tanah.

Terowongan dibuat dari kamar paling belakang sesuai arah bangunan terletak dipojok kanan dengan nomor kamar 9. Diperkirakan para imigran kabur antara Jumat (4/5) pukul 23.30 Wita hingga Sabtu (5/5) pukul 05.00 Wita, karena petugas mengetahui penghuni tak berada di lokasi pada pukul 05.30 Wita.

"Sesuai protap kami periksa deteni jam sebelas malam masih lengkap dan pada setengah enam pagi ada deteni yang mengatakan pada petugas bahwa para imigran telah kabur," jelasnya.

Kontan, petugas gempar dengan peristiwa tersebut, Oce kemudian memerintahkan untuk mengecek seluruh ruangan, dan benar ditemukan sebuah terowongan bawah tanah, terowongan tersebut bahkan melewati pondasi bangunan rudenim tingkat dua yang dalamnya 2,5 meter.

Terowongan hanya cukup untuk satu orang, meski para imigran yang berusia rata-rata 30 tahun dengan usia termuda 16 tahun dan tertua 65 tahun berbadan besar dan tegap, mereka seolah tak takut dengan terowongan yang sempit. Bahkan hujan deras yang sempat mengguyur saat subuh atau Sabtu dini hari tak mengecilkan nyali mereka, kekhawatiran tanah akan longsor dan menimbun mereka hidup-hidup tak dipedulikan.

Para imigran meninggalkan jejak beberapa pakaian yang kotor dengan tanah becek yang menempel, lalu ada satu lampu senter dengan daya baterai yang bisa dipasang di kepala. Benda-benda tersebut ditinggal di sekitar jalan keluar. Mereka bahkan telah membawa pakaian ganti yang dibungkus plastik agar tak kotor dan nanti ketika berhasil keluar, tak ada orang yang curiga karena pakaian mereka bersih.

Oce pucat, detak jantung berdegup kencang, ia mengaku tak menyangka dengan kejadian tersebut. Di hari pertama tugasnya sebagai kepala kantor rudenim para penghuni lari. Ia mengakui apa yang dilakukan oleh para imigran tergolong rapi, diperkirakan para imigran menggunakan peralatan sendok maupun piring untuk menggali tanah dan membuat terowongan.

Lalu muncul pertanyaan, kemana tanah-tanah tersebut dibuang? Para imigran membungkus tanah-tanah tersebut dengan plastik ukuran 20 kilogram kemudian dibentuk kotak-kotak dan dibungkus kertas koran. Tanah-tanah tersebut ditata di rak-rak tempat menyimpan pakaian kemudian rak-rak tersebut ditutupi dengan sarung.

Di dalam kamar tempat terowongan dibuat, ditemukan pula tongkat besi semacam linggis dengan diameter ukuran pipa kecil peralon namun berujung tumpul. Benda tersebut diduga digunakan oleh para imigran untuk memecahkan keramik. Sedangkan lapisan semen di bawah keramik tak terlalu tebal sehingga dengan mudah bisa ditembus uleh tongkat besi tersebut. Selain itu jenis tanah gembur dengan kelembaban tinggi sehingga mudah untuk digali.

Di samping terowongan ada kamar mandi, terlihat di tembok kamar mandi beberapa bekas tangan penggali. Bercak-bercak lumpur menempel saat para penggali membersihkan diri. Ada kemungkinan tanah yang digali selain ditaruh dalam ratusan tas plastik juga dibuang di dalam toilet.

Sementara lubang yang dibuat ditutup dengan triplek kemudian ditaruh di atasnya ditumpuk kasur-kasur lantai sehingga petugas tak memperhatikan. Sebenarnya petugas sudah mencium gelagat yang aneh, karena setiap menuju kamar nomor 9 dan akan menghitung jumlah penghuni, para imigran bergerombol di depan kamar dan seolah-olah melarang petugas untuk masuk. Hal tersebut telah dilakukan sekitar tiga hari sebelum pelarian tersebut dilakukan.

Sebanyak 8 kamera CCTV yang dipasang di sekitar rudenim, satupun tak berhasil menangkap moment pelarian. Terowongan tembus ke jurang di belakang pagar bangunan, sementara kamera CCTV dipasang menempel di gedung berada di dalam pagar.

No comments:

Post a Comment