بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Anak-anak dari Desa Atule'er Harus Panjat Tebing 800 M Menuju Sekolah
Go Green

Clock Link

Sunday, May 29, 2016

Anak-anak dari Desa Atule'er Harus Panjat Tebing 800 M Menuju Sekolah

Anak-anak di Desa China Ini Harus Panjat Tebing 800 Meter untuk Sekolah


Beijing - Demi pergi ke sekolah, anak-anak di Provinsi Sichuan, China ini nekat bertaruh nyawa. Anak-anak sekolah ini harus memanjat tebing terjal setinggi 800 meter, untuk mencapai sekolah mereka.

Desa bernama Atule'er yang penduduknya tidak lebih dari 400 jiwa ini, menarik perhatian publik setelah media nasional Beijing News merilis foto-foto mengejutkan yang menampilkan 15 anak sekolah, dengan usia paling muda sekitar 6 tahun, memanjat tangga menjalar di sebuah tebing.

Seperti dilansir CNN, Sabtu (28/5/2016), warga setempat menyebut tangga menjalar yang terbuat dari kayu dan menempel pada tebing terjal itu, sebagai 'tangga langit'. Untungnya, tidak setiap hari anak-anak sekolah itu memanjat tebing terjal. 


Anak-anak sekolah di China panjat tebing terjal untuk sekolah (Beijing News/Chen Jie)

Karena perjalanan yang sulit, anak-anak ini hanya pulang ke rumah dua kali dalam sebulan. Namun tetap saja, mereka harus menempuh perjalanan panjang selama 2 jam. 

Fotografer Beijing News, Chen Jie, yang menjepret foto-foto itu mengaku pertama kali mendengar soal desa itu dari teman-temannya. Ketika mengetahui anak-anak sekolah itu akan pulang ke rumah pada 14 Mei, Chen memutuskan ikut serta.

Dengan menenteng kamera di tangan, Chen mengabadikan perjalanan tak biasa anak-anak itu saat memanjat 17 anak tangga menjalar di tebing berbatu yang terjal. "Cukup berbahaya untuk dipanjat. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menuruni tebing (dengan tangga yang sama)," tutur Chen kepada CNN.


Anak-anak sekolah di China panjat tebing terjal untuk sekolah (Beijing News/Chen Jie)

Beberapa orang tua anak-anak itu secara sukarela menawarkan diri mengawasi anak-anak itu. Chen mengaku heran dan tak habis pikir ketika membandingkan perbedaan besar antara anak-anak desa Atule'er itu dengan anak-anak keluarga kaya di ibukota Beijing.

"Pikirkan saja. Orang tua di kota besar khawatir dengan anak-anak mereka yang dimanja, merasa tidak bahagia, tapi apa yang dihadapi anak-anak di sini adalah jurang yang berat -- mereka bisa jatuh kapan saja," ucapnya.

Dalam beberapa dekade terakhir, otoritas China banyak membangun infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonominya. Namun tetap saja jutaan warganya berada di bawah garis kemiskinan. Otoritas China menegaskan akan memberantas kemiskinan hingga ke wilayah paling memprihatinkan, termasuk prefektur Liangshan yang menjadi lokasi desa yang terkenal akan tangga langitnya ini. 
(nvc/imk)

No comments:

Post a Comment