بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Kegagalan Taktik AC Milan
Go Green

Clock Link

Saturday, March 16, 2013

Kegagalan Taktik AC Milan


Raksasa itu telah kembali, menyingkirkan raksasa lainnya dengan meyakinkan, dan lolos dengan penuh gaya. Kemenangan empat gol tanpa balas menjawab segalanya. Begitulah gambaran singkat partai leg kedua Barcelona melawan AC Milan Rabu (13/3) dinihari WIB. Barcelona sukses membalikkan keadaan.

Sukses Barca tidak lepas dari taktik Jordi Roura yang sedikit memodifikasi lini depannya. Messi digeser ke sisi kanan, David Villa menjadi penyerang tengah dan Pedro menempati sisi kiri. Hal ini ternyata efektif karena David Villa mampu membuka ruang bagi rekan-rekannya.

Pertanda keberhasilan sudah terlihat sejak menit ke-5 saat Lionel Messi mampu melepas tendangan keras meski dikerumuni pemain-pemain belakang Milan dan mengubah kedudukan menjadi 1-0. Gol yang melipatgandakan semangat Blaugrana ini mengingatkan kita saat Deportivo La Coruna mengalahkan Milan dengan skor identik tahun 2004 lalu. Saat itu, Walter Pandiani membuka skor juga di menit ke-5.

Gol cepat itu juga meruntuhkan mental pemain-pemain muda Milan yang kebanyakan belum berpengalaman bermain di kompetisi sebesar Liga Champions. M’baye Niang membuktikan bahwa ia memang masih gugup saat tendangannya hanya membentur tiang gawang, padahal ia tinggal berhadapan dengan Victor Valdes.

Beberapa saat setelah kegagalan Niang itu, umpan manis Iniesta kepada Messi diselesaikan dengan tendangan akurat sang pemain terbaik dunia yang menaklukkan Christian Abbiati. Dua gol Messi dari skema permainan terbuka ini sekaligus mengakhiri catatan buruknya kala menghadapi tim-tim asal Italia. Dengan keunggulan dua gol ini, mereka tinggal menambah satu-dua gol lagi di babak kedua, lalu habislah Milan.

Milan sebenarnya bermain dengan cara yang sama seperti di leg pertama. Mereka melakukan penjagaan dan menekan sejak sepertiga lapangan mereka. Namun terlihat bahwa secara individual, permainan para pemain Rossoneri tidak sebaik di laga pertama hingga taktik tersebut tidak berjalan sempurna untuk meredam Barca. 

Di laga kedua ini, terlihat betapa tekanan besar dari publik Camp Nou berpengaruh besar pada pemain-pemain Milan sehingga mereka kerap melakukan kesalahan mendasar dalam mengoper. Kesalahan mengoper di saat inilah yang kerap membuat momentum serangan hilang sehingga Barcelona kembali mengambil inisiatif permainan. 

Ketiadaan Sulley Muntari di sisi kiri lini tengah juga dimanfaatkan betul oleh Messi dan Daniel Alves yang sering menyerang di sisi ini. Riccardo Montolivo yang bermain di posisi ini memiliki karakter bermain lebih kedalam ketimbang menjaga sisi lapangan.

Sering kali Messi atau Daniel Alves tinggal berhadapan dengan Kevin Constant. Akibatnya, bek kiri asal Prancis ini kelimpungan. Seandainya saja kemampuan umpan silang Alves lebih baik, mungkin Barcelona mampu mencetak lebih banyak gol lagi. Kondisi ini juga memaksa El Shaarawy sering turun untuk membantu Constant.

Serangan balik Milan juga sering macet di tengah. Absennya Giampaolo Pazzini cukup berpengaruh karena Niang tidak mampu menahan bola dan memanfaatkan umpan silang sebaik dirinya. Meski tidak menjadi pilihan utama sejak Mario Balotelli bergabung, produktivitas gol Pazzini sedang tinggi-tingginya dengan 13 gol yang telah ia torehkan di kompetisi Serie A.

Lini pertahanan Barca juga tampil lebih cerdik. Jordi Alba dan Dani Alves sebagai dua bek sayap mampu bermain disiplin dengan naik dan turun secara bergantian. Kedisiplinan dua pemain ini menjaga bahaya serangan balik cepat milik Milan karena minimal ada tiga bek tengah plus Sergio Busquets yang akan menghadang.

Barcelona kemudian menambah dua gol yang menamatkan perlawanan pasukan Max Allegri melalui David Villa dan Alba. Gol David Villa terjadi karena kegagalan Constant menghalau umpan dan gol Alba tercipta dari serangan balik cepat, juga dari berasal dari sisi kiri pertahanan Milan.

Milan gagal memanfaatkan keunggulan dua gol di pertemuan pertama, padahal menurut Allegri kelolosan Milan hanya tinggal berselisih hitungan sentimeter saja. Milan juga gagal mengulangi cerita rival sekota mereka Inter Milan yang hanya kalah 0-1 di Camp Nou setelah menang 3-1 di San Siro.

Saat itu, Inter yang dibawah asuhan Jose Mourinho memasang strategi yang terkenal dengan sebutan “Parkir bus” — seorang Samuel Eto’o membantu pertahanan hingga ke kotak penalti sendiri.

Dilihat dari statistik, Milan sebenarnya cukup memberi perlawanan karena mereka mampu melepas 9 tembakan, dimana menurut situs Whoscored 78 persen percobaan tembakan dilakukan didalam daerah penalti. Sementara Barcelona lebih banyak melepas tembakan dari luar daerah penalti (57 persen).

Dengan hasil ini, Barcelona bersama Malaga dan Real Madrid menjadi wakil Spanyol yang melaju ke babak perempat final. Sementara setelah tersingkirnya Milan, Juventus menjadi satu-satunya wakil Italia yang tersisa.

yahoo

No comments:

Post a Comment