بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Menancapkan Jejak di Gunung Api Purba Nglanggeran
Go Green

Clock Link

Saturday, September 15, 2012

Menancapkan Jejak di Gunung Api Purba Nglanggeran



Cerita berawal dari kebosanan yang melanda setelah aktivitas pekerjaan yang begitu padat dan melelahkan. Saya berusaha meyakinkan teman-teman seperjuangan kuliah dulu untuk refreshing. Setelah mendapat refrensi yang cukup, maka kami sepakat untuk jalan-jalan (tepatnya hiking) ke sebuah gunung api purba yang berada didaerah gunung kidul, Jogjakarta. Ya, namanya Gunung Api Purba NGLANGGERAN. Jujur, saat pertama kali mendengar namanya saya sudah bertanya-tanya. Seberapa purba kah gunung api ini?? Dan apa yang ada didalamnya?? Gunung Api Purba NGLANGGERAN juga merupakan ekowisata yang masih jarang diketahui oleh masyarakat. Sehingga menambah rasa penasaran saya. Akhirnya rasa penasaran saya terobati setelah teman-teman juga merasakan hal yang sama

Gunung Nglanggeran terletak di desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk kabupaten Gunungkidul. Berada dikawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul dengan ketinggian antara 200-700 mdpl. Gunung Nglanggeran berjarak 20 km dari kota Wonosari dan 25 km dari kota Yogyakarta. Jika dari arah Wonosari saat melewati Bunderan Sambipitu, ambil kanan arah ke dusun Bobung, kemudian menuju Desa Nglanggeran. Sedangkan saya berangkat dari arah kota Jogjakarta, melewati jalan wonosari melewati Bukit Bintang Patuk, setelah ada perempatan Radio GCD FM lalu belok kiri kira-kira 7 KM ke arah desa Ngoro-oro yang dimana banyak lokasi stasiun-stasiun transmisi televisi, kemudian menuju desa Nglanggeran. Jalannya cukup bagus dengan aspal halus hingga lokasi parkir.

Kawasan ini merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan dan secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Dari hasil penelitian dan referensi yang ada, dinyatakan Gunung Nglanggeran adalah Gunung Berapi Purba yang berumur 60 juta tahun. Usianya yang purba menjadi pemikat tersendiri bagi para pendaki. Kita sudah sering mendengar dan melihat gambar tentang manusia Purba dan gambar-gambar pra-sejarah, nah dilokasi ini kita akan melihat seperti apa Gunung Berapi Purba? Bongkahan batu yang menjulang tinggi seperti gedung bertingkat yang dulunya merupakan gunung berapi aktif sekarang dapat kita singgahi sambil menghirup udara segar sambil berfoto-foto. Sedikit berbeda dengan pendakian ke gunung lainnya yang mayoritas dikelilingi pasir berdebu dilerengnya. Gunung Api Nglanggeran justru dipenuhi batu-batu vulkanik purba berwarna hitam agak biru tua berukuran sedang hingga berukuran raksasa. Memerlukan sedikit trik untuk melewati batuan yang terkadang melintang dijalur pendakian, Namun justru disitulah keunikan mendaki Guning berapi ini. Gunung Nglanggeran juga sering digunakan untuk panjat tebing serta digunakan untuk camping atau berkemah oleh para mahasiswa pecinta alam.

-- MAP --



-- KONDISI JALAN --






POS 1

Setelah memarkirkan kendaraan, saya disambut bangunan joglo yang bernama Pendopo Joglo Kalisong di pintu masuk. Dipendopo ini kita membeli tiket masuk per-orangnya hanya Rp 2000. Disini juga ditawarkan pemandu petunjuk jalan untuk mencapai puncak. Ongkos pemandu kurang lebih Rp 30.000. Diatas bukit nanti terdapat 3 pos gardu pandang sederhana dari ketinggian yang rendah, sedang sampai puncak gunung. Tepat pukul 13.00 WIB kami memulai pendakian.

Saat menuju pos 1, saya melewati banyak bongkahan batu ukuran raksasa di kiri-kanan jalan setapak. Untungnya saya dan teman-teman hiking bukan di saat musim hujan karena jalan setapak dari tanah akan licin. Belum sampai 30 menit kami mendaki, kami sudah dihadapkan dengan sedikit rintangan untuk memanjat sebuah batu menggunakan tali. Untungnya para pemuda setempat sudah berinisiatif memasang tali agar para pendaki bisa memanjat dengan mudah. Batu yang bertinggi sekitar 5 meter-an ini pun bisa kami lewati. Setelah hampir 45 menit menapaki gundukan batu, kami menemui celah sempit untuk dilewati. Lebar celah itu hanya 1 meter dengan panjang sekitar 15 meter. Dasar celah sempit ini pun tidak rata, puncaknya ketika sampai diujung, kami harus memanjat sebuah tangga yang dirakit dari kayu berketinggian sekitar 5 meter. Diatas tangga terdapat sebongkah batu berukuran sedang yang mengganjal diatas celah tersebut. Keluar dari celah kami tiba di pos 1. Total sekitar 1 jam waktu yang kami tempuh dari pendopo menuju ke pos 1. Dipos ini kami tidak menemukan bangunan seperti pos atau gardu pandang, yang ada hanya batu yang sangat luas yang diapit perbukitan dan menghadap hamparan sawah. Pemandangannya sungguh indah. Angin juga tidak terlalu besar. Tidak jauh dari situ, tampak bangunan tower berbagai stasiun televisi yang jumlahnya cukup banyak.
















 

POS 2
Setelah istirahat kami melanjutkan menuju ke pos 2. Perjalanan mendaki sedikit lebih menantang. Kami tidak lagi menemui jalan setapak, yang ada hanyalah mendaki batu-batu yang tidak beraturan posisinya. Diseberang bukit tampak banyak monyet bergelantungan dipohon-pohon. Gunung ini memang masih suci. Belum banyak orang tahu akan keberadaan gunung yang dulunya hanya diketahui masyarakat setempat dan mahasiswa pecinta alam kampus-kampus di Jogjakarta.

Diperjalanan kami bertemu dengan pendaki-pendaki lain. Beberapa kali saya bertanya jarak untuk menuju pos berikutnya. Walaupun lelah, tapi jujur..pemandangan disekitar kami benar-benar menghipnotis sehingga memacu kami untuk terus melangkah setapak demi setapak untuk mencapai ke pos 2. 

Setelah kurang lebih 1,5 jam mendaki, kami tiba di pos 2. Datarannya lebih luas. Sudut pandang pun lebih lebar. Disini kami dimanjakan oleh dataran pulau jawa, tepatnya kota jogjakarta. Disebelah kiri kami terdapat bukit batu yang tampaknya sudah sangat purba. Batu-batunya berwarna hitam agak biru dan sudah banyak ditumbuhi rerumputan. Dipos 2 lebih potensial untuk mengambil foto. Pemandangannya benar-benar luar biasa. Udaranya pun segar. Hanya saja untuk berhati-hati jika ingin berada ditepi jurang, karena ditepinya belum ada pagar perlindungan dan jurangnya sangat dalam.


















POS 3
Lebih dari 30 menit tak terasa kami berada dipos 2. Sungguh waktu yang mubadzir jika hanya duduk dan beristirahat tanpa menikmati hingga ujung bukit. Setelah puas ber”narsis”ria, akhirnya kami melanjutkan ke pos 3, atau puncak gunung. Setelah membaca dari berbagai sumber, ada yang menyebutnya sebagai Puncak Gunung Gede.

Rute menuju pos 3 lebih bervariatif. Mulanya kami hanya menyusuri jalan setapak yang berkelak kelok. Kami masuk ke areal hutan rimba. Namun jangan khawatir tersesat, karena disetiap tikungan sudah ada papan petunjuk agar para pendaki tidak tersesat. Suatu usaha yang patut diacungi jempol kepada masyarakat sekitar/pengelola Gunung Nglanggeran. Setelah keluar dari hutan, kami menemui Beberapa bongkah batu besar dengan ketinggian kurang lebih 8 meter dengan sudut cukup curam. Hanya saja kali ini tidak terdapat tali untuk memanjat. Demi mencapai puncak akhirnya kami berusaha memanjat batu tersebut dan berhasil melewatinya. Setelah melewati batu-batu besar tadi, akhirnya kami sampai di puncak gunung. 

Rasa lega dan puas tampak diantara teman-teman saya. Sungguh tempat yang sangat nyaman dan mempesona untuk melepas kepenatan selama bekerja dikota. Kami duduk beristirahat disalah satu batu yang cukup tinggi. Terlihat beberapa spot bekas pembuatan api unggun dengan sisa-sisa kayu bakar. Dari sini kami bisa melihat kumpulan bukit-bukit yang kami lewati tadi. Waktu yang kami tunggu pun akhirnya tiba, yaa Sunset. Kami menikmati matahari tenggelam dari puncak gunung yang sangat indah hingga matahari habis ditelan bumi. Langit yang berwarna oranye menyisakan sedikit cahaya untuk menerangi jalan pulang kami. Ya, kami langsung pulang malam ini dikarenakan esok hari harus kembali bekerja.


















MENURUNI GUNUNG

Menuruni gunung dimalam hari memberikan pengalaman yang berbeda untuk kami. Jalur yang kami tempuh berbeda dengan jalur saat mendaki. Kami pun menyusuri jalan setapak yang sangat gelap. Untungnya beberapa diantara kami ada yang membawa lampu senter. Dan juga ada yang membawa handphone yang dilengkapi lampu senter sehingga sangat membantu perjalanan turun kami. Suara burung malam dan jangkrik mulai terdengar. Saya sudah tidak bisamenentukan arah mata angin. Hanya meraba setapak demi setapak jalur yang telah dibuat. 

Suasana sangat dramatis. Karena kami tidak menyewa pemandu maka kami sedikit tersesat. Saya sempat teringat salah satu adegan di film "Keramat" saat adegan tersesat dihutan Untunglah setelah 1,5 jam menuruni bukit yang terjal, kami melewati beberapa rumah penduduk. Saya sempat bertanya kepada salah satu penduduk untuk menanyakan jalur tercepat menuju tempat parkir. Dan selang beberapa saat kemudian alhamdulilah kita sampai di tempat parkir dan melanjutkan perjalanan pulang ke Jogjakarta.
Turun Gunung: 






SARAN DAN KESIMPULAN

Rasa capek kami benar-benar tergantikan dengan kepuasan yang berlipat ganda. Rasa penasaran saya benar-benar terobati. Pengalaman yang luar biasa. Medan yang dilewati cukup menantang dan bervariasi, walaupun untuk pendaki pemula seperti saya. Usahakan jangan berangkat saat musim hujan, karena dipastikan medan akan susah dilewati karena licin, dan sangat berbahaya.

Akses menuju lokasi pun cukup mudah. Jalan sudah beraspal dan banyak petunjuk jalan ke lokasi. Untuk angkutan umum pun cukup banyak. Bagi yang akan menggunakan angkutan umum bisa naik 
bis dari Jogjakarta jurusan Wonosari dan turun di depan Radio GCD FM. Setelah itu melanjutkan perjalanan menggunakan ojek dengan ongkos Rp 25.000 hingga depan pintu gerbang Gunung Nglanggeran.

Berwisata ke Gunung Nglanggeran membutuhkan beberapa kesiapan dan perbekalan. Lokasi puncak yang jauh dengan medan naik turun membutuhkan fisik yang prima. Usahakan lakukan pemanasan sebelum memulai pendakian. Ada beberapa pendaki yang kami temui mengalami kram dibetis dan perut. Pakailah celana pendek atau ¾, jangan menggunakan celana jeans. Serta pakai kaos lengan pendek yang menyerap keringat. Jangan gunakan kaos berbahan parasut (Biasanya kaos bola) yang tidak menyerap keringat, karena akan mudah masuk angin. Pakailah sepatu, jangan gunakan sendal jepit atau selop, terutama pendaki wanita : jangan sekali-sekali memakai high heels baik sendal maupun sepatu !!

Selain itu, bawalah perbekalan sebelum berangkat. Karena selama mendaki kami tidak temukan warung ataupun pedagang yang melintasi rute pendakian. Beberapa meter dari tempat parkir banyak berjajar warung untuk mengisi logistik. Kami membeli beberapa botol air mineral dan roti pengisi perut di salah satu warung tersebut. Bawa juga lotion anti nyamuk (buat yang manja), minyak kayu putih serta balsem untuk mengatasi bila terjadi kram ataupun keseleo. Bawa pula lampu senter bila akan melihat sunset dan pulang setelah matahari tenggelam. Bawalah tenda jika ingin menginap dipuncak.

Dan beberapa yang terpenting :
1. Bawalah tas plastik untuk membuang sampah. Buanglah sampah ditempat sampah yang tersedia !! Kalau perlu, masukin sampah ke plastik..bawa turun dan buang ditempat sampah.
2. Jangan asal menebang pohon/ranting. Dan jangan asal cabut pohon yang ada di hutan !!
3. Jangan berbicara kasar/saru saat mendaki. Berdoalah sebelum berangkat mendaki.
4. Hormati sesama pendaki..Saling menghormati merupakan nilai positif jiwa petualang.

Quote:
Fasilitas yang terdapat dalam kawasan Ekowisata Gunung Nglanggeran sudah sangat lengkap, sehingga pengunjung yang datang akan merasa nyaman saat berwisata di sini. Fasilitas tersebut antara lain :

1. Posko Kesehatan
2. Pusat Informasi
3. Balai Petemuan
4. Pusat Kuliner
5. Home Stay
6. Fasilitas MCK
7. Fasilitas Ibadah
8. Jalur pendakian
9. Camping Ground

No comments:

Post a Comment